Kenyataan Umat Islam : Keadaan Ad-Dakhn
KENYATAAN (REALITA) UMAT ISLAM DAN BERITA KENABIAN RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
Oleh
Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilaaly
Kedua : Keadaan Ad Dakhn
Hal ini kamu dapatkan pada petunjuk kenabian yang ada pada hadits Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَان رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ : كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُوْنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَ كُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ أِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرِّ فَجَاءَنَااللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ شَرِّ قَالَ نَعَمْ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرِ قَالَ نَعَمْ وَفِيْهِ دَخَنٌ قَلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَسْتَنُّوْنَ بِغَيْرِ سُنَّتِي وَيَهْدُوْنَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرِّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا فَقُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا قثلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ فَمَاتَرَى إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ فَقُلْتُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلُ تِلكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ عَلَى أَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Dari Hudzaifah bin Al-Yaman, beliau berkata : orang-orang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan sedangkan aku bertanya kepadanya tentang keburukan karena takut jangan-jangan menimpaku. Maka aku bertanya : ‘Wahai Rasulullah kami dahulu berada di zaman jahiliyah dan keburukan, lalu Allah memberikan kami kebaikan ini, apakah setelah kebaikan ini ada keburukan ? Beliau menjawab : ‘Ya’, Aku bertanya : Dan apakah setelah keburukan itu ada kebaikan .? Beliau menjawab : ‘Ya, dan ada padanya kabut (dakhan). Aku bertanya lagi : Apa kabut (dakhan)nya tersebut.? : Beliau menjawab : Satu kaum yang mengikuti contoh teladan selain sunnahku, dan mengambil petunjuk selain petunjukku, kamu menganggap baik dari mereka dan kamupun mengingkarinya. Aku bertanya lagi : Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan lagi.?. Beliau menjawab : ‘Ya, para da’i yang mengajak ke pintu-pintu neraka (Jahannam), barang siapa yang menerima ajakan mereka, niscaya mereka jerumuskan ke dalam neraka’. Aku bertanya lagi : Wahai Rasulullah berilah tahu kami sifat-sifat mereka ?. Beliau menjawab : ‘Mereka dari kaum kita dan berbicara dengan bahasa kita’. Aku bertanya lagi : Wahai Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya ?. Beliau menjawab : ‘Berpegang teguhlah pada jama’ah muslimin dan imamnya’. Aku bertanya lagi : Bagaimana jika tidak ada jamaah maupun imam ? Beliau menjawab : ‘Hindarilah semua kelompok-kelompok itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon hingga kematian menjemputmu dalam keadaan seperti itu“. [Hadits Shahih Riwayat Bukhari 6/615-616. Fathul Baari, dan Muslim 1847]
Sesungguhnya racun berbahaya yang menghancurkan kekuatan kaum muslimin, melumpuhkan gerakan mereka dan merenggut barokahnya, bukanlah pedang-pedang orang kafir yang berkumpul mengadakan tipu daya terhadap Islam, pemeluknya dan negaranya, akan tetapi dia adalah bakteri penyakit yang keji yang merebak di dalam tubuh Islam yang besar dalam waktu yang sangat lambat akan tetapi terus menerus dan efektif (berdaya guna).
Hal ini menegaskan bahwa penamaan orang-orang Yahudi terhadap negara Islam dengan nama ” laki-laki yang sakit (the sickman) ” sangat tepat sekali, karena merekalah yang menanamkan bakteri syahwat dan virus syubhat ke dalam tatanan negara Islam, kemudian tumbuh dan berkembang di dalam pemeliharaan dan pembinaan mereka serta meminum air susu mereka sampai tak tersisa.
Beraneka ragam ibarat para pensyarah hadits ini seputar pengertian Ad Dakhan, akan tetapi bertemu pada satu hasil yang sama.
Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Baari 13/36. : “Dan (maknanya) adalah hiqd (kedengkian), dan ada yang mengatakan Ad Daghal (penghianatan dan makar), dan ada yang mengatakan : Kerusakan hati, dan ketiga makna ini hampir sama mengisyaratkan bahwa kebaikan yang datang setelah keburukan tersebut tidak murni bahkan telah keruh. Dan ada yang mengatakan : Yang dimaksud dengan Ad Dakhan adalah kabut, dan itu mengisyaratkan kepada keruhnya keadaan. Ada pula yang mengatakan : (maknanya) semua perkara yang tidak disukai. Berkata Abu Ubaid : Maksud hadits ini ditafsirkan oleh hadits yang lain yaitu.
لا تَرْجِعْ قُلُوْبُ قََوْمِ عَلَى مَا كَانَتْ عَلَيْهِ
“Tidaklah akan kembali hati-hati satu kaum kepada apa yang telah dimilikinya“.
Dan asal maknanya adalah keruh yang ada di warna binatang tunggangan, maka seakan-akan maknanya bahwa sebagian hati-hati mereka tidak saling menjernihkan.
Imam An-Nawawi rahimahullah menukilkan dalam syarah Shahih Muslim 12/237-237 perkataan Abu Ubaid ini.
Berkata Al-Baghawi rahimahullah dalam Syarah Sunnah 15/15 dan sabdanya (وَفِيهِ دَخَنٌ) bermakna kebaikan tersebut tidak murni bahkan telah ada padanya kekeruhan dan kegelapan, dan asal kata Dakhan adalah kekeruhan yang menuju warna gelap yang ada pada warna bintanga tunggangan.
Al-Adzim Abaadi rahimahullah telah menukilkan dalam Aunul Ma’bud 11/316 perkataan dari Al-Qaari : Dan asal kata Dakhan adalah kekeruhan dan warna yang ke-hitam-hitaman, maka ada padanya satu penunjukkan bahwa kebaikan telah terkeruhkan oleh kerusakan.
Saya berkata : Penjelasan-penjelasan ini dapat disimpulkan menjadi dua perkara.
- Marhalah (tahapan zaman) ini bukanlah mana kebaikan yang murni, akan tetapi telah tercemari dengan kekeruhan yang mengotori kebaikan yang bersih itu dan menjadikan rasanya asin sekali.
- Kekeruhan ini merusak hati-hati orang dan menjadikannya lemah ketika menjalar padanya penyakit umat ini dan tercemari syubhat-syubhat.
Kami di sini tidak ingin memperpanjang waktu dalam setiap penjelasan untuk menjelaskan yang benar dari yang salah, yang selamat dari yang rusak ; karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan beberapa perkara yang penting.
1. Kebid’ahan
Sesungguhnya kekeruhan (Ad Dakhan) ini adalah penyimpangan yang terjadi pada manhaj kenabian yang benar yang telah mengantar kepada masa kebaikan yang murni, lalu kabut kekeruhan (Ad Dakhan) ini menyebabkan terjadinya pencemaran syari’at yang telah terang benderang ini (Islam) yang malamnya seperti siangnya, bukanlah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda dalam menafsirkan makna Ad Dakhan sebagaimana telah ada dalam hadits Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu ketika dia menanyakan kepada beliau.
قَوْمٌ يَسْتَنُّوْنَ بِغَيْرِ سُنَّتِي وَيَهْدُوْنَ بِغَيْرِ هَدْيِي
“Satu kaum yang mengikuti contoh teladan selain sunnahku, dan mengambil petunjuk selain petunjukku”
Ini merupakan akar penyakit dan sumber bencana, yaitu penyimpangan dari As-Sunnah dalam manhaj dan pemalingan dari contoh teladan kenabian dalam prilaku dan amal.
Berdasarkan hal ini jelaslah bahwa Ad Dakhan yang mengeruhkan kebaikan, mengotori kemurnian serta merubah keindahannya adalah kebid’ahan yang telah bermunculan dari sekte Mu’tazilah, Shufiyah, Jahmiyah, Khawarij, Asyariyah, Murji’ah dan Rafidhah sejak abad-abad timbulnya fitnah, lalu menyebarkan tahrif (penyimpangan), ajaran-ajaran sesat dan ta’wil dalam Islam, sehingga tidak tersisa dari Al-Qur’an kecuali tulisan hurufnya dan dari Islam kecuali namanya serta dari peribadatan kecuali bentuknya (tampak luarnya).
Dari sini jelaslah kebid’ahan itu berbahaya karena dia merusak hati-hati (jiwa) dan jasmani sedangkan musuh-musuh (Islam) hanya merusak jasmani saja. Oleh karena itu telah bersepakat ucapan para As Salaf Ash Shalih tentang kewajiban memerangi Ahlul Bid’ah dan menghijrahinya (memboikotnya).
Setelah menukil ucapan Sufyan Ats Tsauri rahimahullah : Barangsiapa memasang pendengarannya dengan baik kepada Ahlul Bid’ah dalam keadaan mengetahuinya, maka dia telah keluar dari penjagaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diserahkan kepada dirinya sendiri. Ia juga berkata : Barangsiapa yang mendengarkan suatu kebid’ahan maka janganlah disampaikan kepada para sahabatnya dan janganlah dimasukkan kedalam hati-hati mereka. Sejarawan Islam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata dalam kitabnya yang agung Syiar A’lam Nubala 7/261 : Kebanyakan para Salaf bersepakat terhadap peringatan ini, mereka memandang hati itu lemah dan syubhat itu menyambar-nyambar.
Saya berkata : Sungguh benar dan baik rahimahullah serta telah memberikan nasehat.
Dan dengan itu jadilah umat Islam berada di akhir rombongan manusia, mengikuti setiap gerakan dan menguatlah kebatilan di bumi sedangkan ia sebenarnya sangat lemah. Setiap munafik pun berbicara tentang perkara umat Islam.
Kemudian muncullah generasi-generasi penerus yang mengikuti syahwat dan terjajah oleh syubhat, sehingga penyakit Al Wahn menyerang hati-hati mereka. selanjutnya timbullah pada umat Islam kebodohan dan cinta kehidupan (dunia) sehingga belum dapat kembali ber-amar ma’ruf nahi mungkar dan berjihad fi sabilillah. Akibatnya, hilanglah posisi sebagai umat terbaik dikarenakan mereka belum menunaikan persyaratan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal itu. [Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim karya Ibnu Katsir 1/339-405]
Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
أَنْتُمْ عَلَى بَيْنَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ ثُمَّ تَظْهَرُ فِيْكُمْ السَكْرَتَانِ سَكْرَةُ الجَهْلِ وسَكْرَةُ حُبِّ الْعِيْشِ وَسَتَحَوَّلُوْنَ عَنْ ذَلِكَ فَلاَ تَأْمُرُوْنَ بِمَعْرُوْفِ وَلاَ تَنْهَوْنَ عَنِ مُنْكَرٍ ولاََتُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ القَائِمُوْنَ يَوْمَئِذٍ بِالْكِتَأبِ و السُّنَّةِ لَهُمْ أَجْرُ لِخَمْسِيْنَ صِدِّيْقًا قَالُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ مِنَّا أَوْ مِنْهُمْ ؟ قَالَ : لاَ بَلْ مِنْكُمْ
“Kalian berada di atas petunjuk Rabb kalian, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dan berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian muncul di dalam hati kalian dua penyakit yang memabukkan, kebodohan dan cinta kehidupan (dunia), lalu kalian berbaik dari sikap kalian dahulu, kalian tidak lagi beramar ma’ruf nahi mungkar dan tidak berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pada saat itu orang yang melaksanakan Al-Qur’an dan As-Sunnah mendapatkan pahala lima puluh orang siddiq. Lalu mereka bertanya : Wahai Rasulullah dari kami atau dari mereka ? Beliau menjawab : Tidak, bahkan dari kalian“[1]
2. Benteng Pertahanan Kita (Umat Islam) Terancam dari Dalam
[Disalin dari Kitab Limadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy, edisi Indonesia Mengapa Memilih Manhaj Salaf (Studi Kritis Solusi Problematika Umat) oleh Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilaly, terbitan Pustaka Imam Bukhari, penerjemah Kholid Syamhudi]
________
Footnote
[1] Diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam kitabnya Hilyatul Auliya’ 8/49 dengan sanad lemah. Saya dahulu menshahihkan sanadnya dalam kitab ” Al-Qaulul Mubin fi Jamaatil Muslimin” hal.36 kemudian saya mendapatkan kelemahannya dan saya telah jelaskan dalam kitab saya “Al-Qobiduuna ‘Alal Jamar” hal. 21-22. Pada kesempatan ini saya sampaikan lagi untuk melepaskan tanggung jawab saya, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni kesalahan saya. Ini adalah amant ilmiyah yang saya pegang teguh
- Home
- /
- A3. Mengapa Memilih Manhaj...
- /
- Kenyataan Umat Islam :...