Hukum Berpuasa Di Bulan Sya’ban?

HUKUM BERPUASA DI BULAN SYA’BAN

Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah hukumnya berpuasa pada bulan Sya’ban?

Jawaban
Berpuasa pada bulan Sya’ban adalah sunah, memperbanyak puasa di bulan itu juga merupakan sunah sampai-sampai Aisyah Radhiyallahu ‘anha bertutur:

وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ

Aku tidak pernah melihat beliau (Nabi) berpuasa lebih banyak daripada di bulan Sya’ban” (Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab Shaum, Bab Puasa Sya’ban 1969)

Sebaiknya memperbanyak puasa di bulan Sya’ban menurut hadits ini.

Para ulama berkata : “Puasa di bulan Sya’ban sebagaimana sunat rawatib bagi lima shalat fardhu, seolah-olah dia mendahului puasa Ramadhan, maksudnya seakan-akan dia menjadi rawatibnya bulan Ramadhan. Karena itu sunnah puasa di bulan Sya’ban dan sunah puasa enam hari di bulan Syawal seperti rawatib sebelum shalat wajib dan sesudahnya.

Dalam puasa di bulan Sya’ban terdapat manfaat yang lain yakni mempersiapkan diri dan menyiagakannya untuk berpuasa agar dirinya menjadi siap mengerjakan puasa Ramadhan, menjadi mudah baginya untuk menunaikannya.

[Majmu Fatawa Arkanul Islam edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerjemah Furqan Syuhada, Penerbit Pustaka Arafah]

APAKAH BENAR BAHWA NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM MENGUMPULKAN PUASA SUNNAH UNTUK DIQADHA PADA BULAN SYA’BAN

Pertanyaan
Sejauhmana keshahihan hadits, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasanya berpuasa tiga hari setiap bulan, kadang beliau akhirkan hingga terkumpul baginya puasa dalam setahun, lalu beliau berpuasa pada bulan Sya’ban.”

Jawaban
Alhamdulillah.

Hadits ini diriwayatkan dari Aisyah, Ummul Mukminin radhiallahu anha, dia berkata,

Baca Juga  Minum Obat Beberapa Saat Setelah Fajar

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم من كل شهر ثلاثة أيام ، فربما أخَّر ذلك حتى يجتمع عليه صوم السنة ، وربما أخَّره حتى يصوم شعبان

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasanya berpuasa tiga hari setiap bulan, kadang beliau akhirkan hingga terkumpul baginya puasa dalam setahun, lalu beliau berpuasa pada bulan Sya’ban.”

Diriwayatkan oleh Ath-Thabrany dalam Al-Mu’jam Al-Ausath (2/320), dia berkata, “Telah menyampaikan kepada kami Ahmad, dia berkata telah menyampaikan kami Ali bin Harb Al-Jandisabury, dia berkata, telah menyampaikan kepada kami Sulaiman bin Abi Hauzah, dia berkata, telah menyampaikan kepada kami Amr bin Abi Qais, dari Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laila dari saudaranya Isa dari bapaknya Abdurrahman, dari Aisyah, dia berkata…. (dengan menyebutkan hadits tersebut). Kemudian dia berkata, “Tidak diriwayatkan hadits ini dari Abdurrahman bin Abi Laila kecuali dengan sanad ini. Hanya Amr yang mengambil riwayat ini darinya.”

Sanad hadits ini dhaif sebab adanya Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laila, ahli fiqih yang terkenal. Imam Ahmad berkata tentangnya, “Hafalannya buruk, haditsnya berubah-ubah.” Syu’bah berkata, “Aku belum pernah melihat seseorang yang hafalannya lebih buruk selain Ibnu Abi Laila.

Ali Al-Madini berkata, “Dia buruk hafalannya, haditsnya lemah.”

Karena itu, para ahli ulama melemahkan hadits ini. Al-Haitsami rahimahullah berkata, “Di dalamnya terdapat Muhammad bin Abi Laila, dia diperdebatkan.”[1]

Alhafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Ibnu Abi Laila lemah, hadits dalam bab ini serta sesudahnya menunjukkan kelemahan yang dia riwayatkan.”[2]

Asy-Syaukani rahimahullah berkata, “Dalam sanadnya terdapat Ibnu Abi Laila, dia lemah.”[3]

Para ulama berbeda pendapat tentang hikmah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjadikan bulan Sya’ban sebagai bulan yang paling banyak beliau berpuasa, dalam beberapa pendapat. Di antaranya adalah pendapat sebelumnya, akan tetapi dalilnya tidak shahih. Tampaknya orang pertama yang menukil pendapat tersebut adalah Ibnu Bathal dalam syarahnya terhadap kitab Shahih Bukhari, 4/115. Beliau juga menyebutkan berbagai pendapat lainnya yang dikutip oleh Ibnu Hajar rahimahullah dan menambahkannya. Kemudian beliau berkata, “Yang utama dalam hal ini adalah sesuai dengan riwayat hadits yang lebih shahih dari sebelumnya, yaitu yang diriwayatkan oleh Nasa’i, Abu Daud dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Usamah bin Zaid, dia berkata, “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, Aku tidak melihat engkau sering berpuasa dalam satu bulan kecuali di bulan Sya’ban?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Baca Juga  Suci Sebelum Fajar dan Mandi Setelah Fajar, Puasanya Sah

 ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Ini adalah bulan yang banyak dilalaikan orang, terletak antara Rajab dan Ramadan. Dia adalah bulan diangkatnya amal kepada Tuhan semesta alam. Aku ingin, saat amalku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa.” [4]

Wallahua’lam.

Disalin dari islamqa
[1] Majma’uzzawaid, 3/195
[2] Fathul Bari, 4/252
[3] Nailul Authar, 4/332
[4] Fathul Bari, 4/215

  1. Home
  2. /
  3. A9. Fiqih Ibadah5 Puasa...
  4. /
  5. Hukum Berpuasa Di Bulan...