Kesyirikan Pada Kaumnya Nabi Ilyas Alaihissalam

KESYIRIKAN PADA KAUMNYA NABI ILYAS ALIHISSALAM

Segala puji hanya untuk Allah Ta’ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya. Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah Shubhanahu wa ta’alla, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa Ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba’du:

Kesyirikan Pada Kaumnya Nabi Ilyas
Kaum nabi Ilyas ‘Alaihis salam, Allah Azza wa jalla telah menyebutkan pada kita suatu kaum yang terjatuh ke dalam kesyirikan dan melakukan peribadahan kepada sesembahan selain Allah Shubhanahu wa Ta’alla, mereka adalah Kaumnya Nabi Ilyas ‘Alaihis salam. Sebagaimana yang Allah ta’ala rekam didalam firman    -Nya setelah menceritakan kisah nabi Harun dan Musa ‘alaihima sallam, Allah Shubhanahu wa Ta’alla berfirman:

قال الله تعالى :  وَإِنَّ إِلۡيَاسَ لَمِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ ١٢٣ إِذۡ قَالَ لِقَوۡمِهِۦٓ أَلَا تَتَّقُونَ ١٢٤ أَتَدۡعُونَ بَعۡلا وَتَذَرُونَ أَحۡسَنَ ٱلۡخَٰلِقِينَ ١٢٥  ٱللَّهَ رَبَّكُمۡ وَرَبَّ ءَابَآئِكُمُ ٱلۡأَوَّلِينَ ١٢٦ فَكَذَّبُوهُ فَإِنَّهُمۡ لَمُحۡضَرُونَ

“Dan sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul-rasul. (ingatlah) ketika ia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu tidak bertakwa. Patutkah kamu menyembah Ba´i dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta. (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?. Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke dalam neraka). [ash-Shafaat/37: 123-127]

Demikian pula Allah Shubhanahu wa Ta’alla jelaskan didalam ayat yang lain:

 وَزَكَرِيَّا وَيَحۡيَىٰ وَعِيسَىٰ وَإِلۡيَاسَۖ كُلّ مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ  

“Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh”. [al-An’aam/6 : 75]

Maka berikut ini penjelasan tentang nabi Ilyas ‘Alaihi sallam beserta kaumnya, serta keterangan mengenai kesyirikan yang terjadi pada mereka.

Nama Ilyas, Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat mengenai siapa sebenarnya yang dimaksud dengan Ilyas ini, setidaknya ada dua pendapat :

  1. Pendapat pertama mengatakan Beliau adalah Idris. Imam Bukhari mengatakan, disebutkan dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas bahwasanya Ilyas adalah nabi Idris ‘alaihi sallam [1]. Al-Hafidz menjelaskan, “Adapun pernyataan Ibnu Mas’ud maka diriwayatkan oleh Abdu bin Humaid [2] dan Ibnu Abi Hatim dengan sanad yang hasan. Ibnu Mas’ud mengatakan, “Ilyas adalah Idris, sedangkan Ya’kub adalah Israil”. Sedangkan perkataan Ibnu Abbas diriwayatkan oleh Juwaibir dalam tafsirnya dari adh-Dhahak dari Ibnu Abbas, tapi sanadnya dha’if. Oleh karena itu tidak diriwayatkan oleh Bukhari, Berdasarkan hal ini, Abu Bakar bin al-Arobi [3] berpendapat bahwa Idris bukanlah kakek dari nabi Nuh. Hanya saja ia berasal dari Bani Israil, karena Ilyas berasal dari Bani Israil. Beliau berdalil dengan sambutan nabi Ilyas terhadap Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kisah Mi’raj, “Selamat datang Nabi yang shalih dan saudara yang shalih”[4]. Andai saja termasuk kakeknya tentunya Ilyas akan mengatakan sebagaimana perkataan Adam dan Ibrahim, “Dan anak yang shalih”. Ini merupakan pendalilan yang bagus, akan tetapi bisa dijawab bahwa Ilyas berkata demikian karena rasa tawadhu’ dan berlaku sopan santun. Maka itu bukanlah dalil yang kuat”.[5]

Besar kemungkinan kalau orang yang membaca firman Allah ta’ala:

Baca Juga  Memohon Perlindungan Dari Syirik

 سَلَٰمٌ عَلَىٰٓ إِلۡ يَاسِينَ 

“Kesejahteraan dilimpahkan atas Ilyas?. [Ash-Shafaat/37 : 130]

Dirinya akan mengira kalau yang dimaksud ialah nabi Idris dan berpendapat dengan perkataan di atas [6]. Imam Syaukani menuturkan, “Ibnu Mas’ud, al-A’masy [7], dan Yahya bin Watsab[8] membacanya, (و إدريس لمن المرسلين)[9].

  1. Bahwasannya beliau adalah Ilyas, bukan Idris. Mengacu pada pendapat ini maka nama beliau adalah:
  2. Ilyas bin Nasai bin Fanhash bin al-‘Izar bin Harun saudara Musa bin Imran, wallahu a’lam[10].
  3. Adapula yang mengatakan beliau adalah Ilyas bin Yas cucu nabi Harun saudara Musa.
  4. Beliau adalah Ilyas at-Tasybiy[11].
  5. Diceritakan beliau adalah Ilyas bin al-‘Azir bin al-‘Izar bin Harun bin Imran.

Kaum nabi Ilyas :
Dahulu Ilyas diutus kepada penduduk Ba’labak yang terletak di sebelah barat Damaskus [12]. Dan kota Ba’labak [13] saat ini berada dalam terutorial negeri Libanon.

Kesyirikan Kaum Ilyas :
Allah Ta’ala mengutus Ilyas kepada penduduk Ba’labak, untuk menyeru mereka kepada Allah Azza wa jalla dan meninggalkan peribadahan berhala yang mereka beri nama Ba’i [14]. al-Hafidz Ibnu Asakir menukil dengan sanadnya dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Dinamakan daerah itu dengan Ba’labak karena mereka menyembah Ba’i. Dan tempat mereka berada di depan sehingga dinamakan Ba’labak” [15]. Dan para ulama berbeda pendapat tentang arti Ba’i menjadi beberapa pendapat :

  1. Ba’i adalah nama berhala yang mereka sembah. Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan, “Pendapat ini lebih mendekati kebenaran”.[16]
  2. Dia adalah nama seorang wanita yang bernama Ba’i yang mereka sembah [17].
  3. Sedang Mujahid menuturkan, “Ba’i artinya adalah Rabb” [18]. Pendapat ini yang dipegang oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya[19].

Dan pendapat yang benar dari pendapat-pendapat diatas adalah pendapat pertama sebagaimana di isyaratkan oleh Ibnu Katsir.

Sesungguhnya mereka dahulu menyembah berhala yang bernama Ba’i. Maka Ilyas menyeru mereka untuk mentauhidkan Allah Ta’ala dan melarang dari peribadatan kepada selain Allah Shubhanahu wa Ta’alla. Yang mana sebelumnya Raja mereka telah beriman namun kemudian murtad, selanjutnya mereka terus menerus di atas kesesatan dan tidak ada seorangpun yang beriman kepada Ilyas.

Maka nabi Ilyas ‘Alaih sallam berdoa kepada Allah Shubhanahu wa Ta’alla untuk menimpakan keburukan pada mereka, sehingga Allah Shubhanahu wa Ta’alla menahan hujan untuk mereka selama tiga tahun. Lantas mereka memohon kepada Ilyas agar dihilangkan kesusahannya, dan berjanji akan beriman kepada Ilyas apabila hujan turus di negeri mereka.

Selanjutnya nabi Ilyas ‘Alaihi sallam berdoa kepada Allah Shubhanahu wa Ta’alla, dan turunlah hujan. Akan tetapi mereka menjadi lebih buruk dari kekufuran yang mereka perbuat sebelumnya. Maka Ilyas memohon kepada Allah Shubhanahu wa Ta’alla agar mewafatkannya.[20]

Al-Hafidz Ibnu Jarir ath-Thabariy menyebutkan dalam tafsirnya kisah-kisah yang lain, kebanyakannya berasal dari Israiliyat. Dari jalan Muhammad bin Ishaq dan Wahb bin Munabbih, dan tidak diketahui keshahihannya. Oleh karena itu lebih sempurna untuk berpaling dari hal tersebut[21].

Artinya, bahwa kaumnya nabi Ilyas ‘Alaihi sallam menyembah sesembahan selain Allah Shubhanahu wa Ta’alla. Mereka berbuat kesyirikan kepada -Nya dalam uluhiyah -Nya dan peribadahan kepada -Nya. Maka Allah Shubhanahu wa Ta’alla mengutus nabi Ilyas kepada mereka untuk menyeru kepada tauhid.

Dalam sebuah riwayat, mereka beriman kemudian kufur, dan dalam riwayat yang lain, bahwasanya mereka beriman kemudian kufur, kemudian beriman ketika melihat kebenaran yang dikatakan oleh nabinya[22].

Baca Juga  Syirik Dan Macam-Macamnya

[Disalin dari بيان الشرك في قوم إلياس عليه السلام Dinukil dari Buku : “Syirik pada Zaman Dahulu dan Sekarang” (1/350-354). Penulis Syaikh  Abu Bakar Muhammad Zakaria, Penerjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2014 – 1435]
______
Footnote
[1] . HR Bukhari  6/430 dengan syarah al-Fath
[2] . Beliau adalah Abdun bin Humaid bin Nashr al-Kasiy. Abu Muhammad, ahli hadist. Ada yang mengatakan namanya adalah Abdulhamid. Meriwayatkan hadits dan menulis kitab. Meriwayatkan darinya Imam Muslim, at-Tirmidzy, dan beberapa muhadits. Wafat tahun 249 H. lihat apa yang disebutkan oleh Suyuthi dalam ‘Thabaqatul Hufadz’ : 238,239.
[3] . Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad al-Mu’arifi, al-Andalusi, al-Isybili, al-Maliki, lebih masyhur dengan sebutan Ibnul Arabi. Abu Bakar. Ulama kenamaan dalam berbagai bidang fikih, ushul, dan ilmu-ilmu al-Qur’an. Lahir pada tahun 468 H dan wafat pada tahun 543 H. Di antara peninggalan karya tulisnya, Syarhul Jami’is Shahih lit Tirmidzy, al-Mahshul minal Ushul, Ahkamul Qur’an dan selainnya. Lihat  yang disebutkan oleh Umar Ridha Kahalah dalam Mu’jamul Mu’alifirn.
[4] . HR Bukhari dalam shahihnya. Kitab Ahaditsul Anbiya’i. no. 3094. Dan Muslim, Kitabul Iman no. 237
[5]. Ibnu Hajar al-Asqalaniy, Fathul Bariy : 6/430.
[6] . Lihat qiraat seperti ini dalam ad-Durrul Mantsur milik As-Suyuthi dari adh-Dhahak : 6/286. Dan disandarkan kepada Ibnu Abi Hatim.
[7]. Beliau adalah Sulaiman bin Mihran al-Kahili, maulanya, Abu Muhammad al-Kufiy al-Amasy. Salah seorang hafidz dan Qari’. Sempat melihat Anas buang air kecil. Meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa dan Ikrimah. An-Nasa’i mengatakan, ‘Tsiqatun tsabat’. Rujuk seperti yang disebutkan oleh al-Khazrajiy dalam al-Khulashah hal. 155.
[8]. Beliau adalah Imam Qudwah Muqri’, Syaikhul Qurra’, al-Asadiy al-Kahiliy, maulanya, al-Kufiy, salah satu ulama kenamaan. Meriwayatkan dari Ibnu Abbas dari Ibnu Umar, dan dari Ibnu Mas’ud dan Aisyah dan Abu Hurairah secara mursal. Al-Amasy mengatakan, “Yahya bin Watsab lebih banyak menelaah dengan fikiran dibanding Turob”.  Lihat yang disebutkan oleh adz-Dzahabiy dalam as-Siyar : 4/379-382.
[9]. Asy-Syaukani, dalam Fathul Qadir : 4/409
[10]. Ibnu Hajar al-Asqalani, dalam Fathul Bari: 6/432, dan dinisbatkan kepada Ibnu Ishaq. Disebutkan oleh ath-Thabariy dalam Tarikhnya : 1/461, dan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya : 4/19.
[11]. Asy-Syaukani, dalam Fathul Qadir : 4/409. Dan telah menyebutkan 2 pendapat yang telah lalu.
[12]. Fathul Qadir, oleh Imam Saukani.
[13]. Ba’labak dengan di fathah huruf Ba dan disukun huruf  Ain dan difathah huruf Lamnya. Huruf Ba kedua tipis dan huruf Kaf bertasydid. Sebuah kota tua yang memiliki bangunan menakjubkan dan peninggalan-peninggalan yang agung. Memiliki tiang-tiang berbatu pualam yang tidak ada yang semisalnya di dunia. Jaraknya dengan Damaskus perjalanan tiga hari, disebutkan jaraknya 12 farsakh dari arah utara. Lihat kitab Mu’jamul Buldan karangan Yaqut al-Hamwa : 1/537.
[14]. Ibnu Katsir, al-Bidayah an-Nihayah : 1/337.
[15]. Ibid 1/337
[16]. Ibid.
[17]. Ibid.
[18]. Ibnu Jarir ath-Thabari dalam tafsirnya 10/58-59
[19]. Lihat perkataan al-Bukhari dalam shahihnya : 8/405
[20]. Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’anul Adzim : 4/19-20.
[21]. Rujuk ke dalam Tafsir ath-Thabari : 10/59-60.
[22] Idem

  1. Home
  2. /
  3. A3. Waspada Terhadap Syirik...
  4. /
  5. Kesyirikan Pada Kaumnya Nabi...