Zina
Bab II
Sebab-Sebab yang Menjadikan Penghuni Kubur Diadzab
Sebab-Sebab Adzab Kubur Secara Terperinci
11. Zina
Di dalam hadits terdahulu diungkapkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَانْطَلَقْنَا فَأَتَيْنَا عَلَى مِثْلِ التَّنُّورِ، قَالَ: فَأَحْسِبُ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ: فَإِذَا فِيهِ لَغَطٌ وَأَصْوَاتٌ، قَالَ: فَاطَّلَعْنَـا فِيهِ فَإِذَا فِيهِ رِجَالٌ وَنِسَاءٌ عُرَاةٌ، وَإِذَا هُمْ يَأْتِيهِمْ لَهَبٌ مِنْ أَسْفَلَ مِنْهُمْ فَإِذَا أَتَـاهُمْ ذَلِكَ اللَّهَبُ ضَوْضَوْا.
“Lalu kami pun pergi dan mendatangi sebuah tempat yang serupa dengan tungku api, aku mengira bahwa beliau berkata, ‘Ternyata di dalamnya ada suara gaduh.’ Lalu kami melihat-nya dan ternyata di dalamnya ada laki-laki dan perempuan yang telanjang, tiba-tiba saja datang kepada mereka api dari bawah. Jika api itu datang, mereka semua berteriak menjerit.”
(ضَوْضَوْا) maknanya adalah menjerit.
Kemudian hadits tersebut dijelaskan di dalam perkataan kedua Malaikat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hadits berikutnya:
وَأَمَّا الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ الْعُرَاةُ الَّذِيْنَ فِيْ مِثْلِ بِنَاءِ التَّنُّوْرِ، فَإِنَّهُمُ الزُّنَاةُ وَالزَّوَانِيْ.
“Adapun laki-laki dan wanita yang berada di sebuah bangunan menyerupai tungku api adalah laki-laki dan wanita yang selalu berbuat zina.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguh-nya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” [Al-Israa’/17: 32].
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan kekejian perbuatan zina yang sangat buruk. Keburukan itu selalu saja ter-tancap di dalam akal jernih manusia, bahkan pada diri seekor hewan. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari dari ‘Amr bin Maimun al-Audi, beliau berkata, “Pada zaman Jahiliyyah aku melihat dua ekor kera yang sedang berzina, lalu kera-kera lain berkumpul dan melempari mereka sehingga mati.”
Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa perbuatan zina merupakan jalan yang paling jelek, karena zina merupakan sebab kehancuran, kefakiran di dalam dunia, siksa di dalam kubur, dan siksa yang sangat pedih di akhirat.[1]
Dan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Umamah Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بَيْنَا أَنَا نَـائِمٌ إِذْ أَتََانِي رَجُلاَنِ، فَأَخَذَا بِضَبْعِيْ فَأَتَيَـا بِي جَبَلاً وَعْرًا، فَقَالاَ: اِِصْعَدْ، فَقُلْتُ: إِنِّـي لاَ أَطِيْقُهُ فَقَـالاَ: أَنَـا سَنُسَهِّلُهُ لَكَ، فَصَعِدْتُ حَتَّى إِذَا كُنْتُ فِيْ سَوَاءِ الْجَبَلِ إِذَا بِأَصْوَاتٍ شَدِيْدَةٍ، قُلْتُ: مَـا هَذِهِ الْأَصْوَاتُ؟ قَالُوْا: هَذاَ عَوَاءُ أَهْلِ النَّارِ…
‘Ketika aku sedang tidur, tiba-tiba saja dua orang mengambil tanganku dan membawaku ke sebuah gunung yang menakutkan, mereka berdua berkata, ‘Naiklah!’ ‘Aku tidak bisa melakukannya,’ jawabku. Lalu mereka berdua berkata, ‘Aku akan membantumu.’ Akhirnya aku pun menaikinya, sesampainya di puncak gunung, tiba-tiba saja aku mendengar suara yang sangat keras, aku bertanya, ‘Suara apakah ini?’ Mereka berdua menjawab, ‘Ini adalah lolongan penghuni Neraka.’”[2]
Di dalam hadits itu diungkapkan:
ثُمَّ انْطَلَقَ فَإِذَا بِقَوْمٍ أَشَدُّ شَيْءٍ اِنْتِفَـاخًا وَأَنْتَنَهُ رِيْحًا، قُلْتُ: مَنْ هَؤُلاَءِ؟ قَالَ: هَؤُلاَءِ الزَّانُوْنَ وَالزَّوَانِي…
“Kemudian beliau pergi dan mendapati sebuah kaum, mereka sangat bengkak dan berbau busuk, aku bertanya, ‘Siapakah mereka ini?’ dia menjawab, ‘Mereka adalah laki-laki dan wanita yang selalu melakukan zina.’”
Hadits ini adalah mimpi Nabi yang merupakan wahyu baginya, karena itu sesuai dengan kenyataan. Hadits ini bisa dijadikan sebagai nash yang jelas akan adanya siksa kubur, hadits ini menyerupai hadits Samurah.[3]
[Disalin dari Al-Qabru ‘Adzaabul Qabri…wa Na’iimul Qabri Penulis Asraf bin ‘Abdil Maqsud bin ‘Abdirrahim Judul dalam Bahasa Indonesia KUBUR YANG MENANTI Kehidupan Sedih dan Gembira di Alam Kubur Penerjemah Beni Sarbeni Penerbit PUSTAKA IBNU KATSIR]
______
Footnote
[1] Ad-Daa’ wad Dawaa’, hal. 177-178 dengan sedikit perubahan dan tambahan.
[2] Hadits shahih. Diriwayatkan oleh an-Nasa-i di dalam kitab as-Sunan al-Kubraa, sebagaimana dikatakan di dalam kitab Tuhfatul Asyraaf (no. 4871). Ibnu Khuzaimah di dalam Shahih-nya (no. 1986), Ibnu Hibban (no. 1800 –Mawaarid), al-Hakim di dalam al-Mustadrak (I/430) secara singkat, dan beliau ber-kata, “Shahih dengan syarat Muslim.” Dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Al-Baihaqi di dalam kitab Itsbaat ‘Adzaabil Qabri (no. 11). As-Suyuthi di dalam kitab Syarhush Shuduur, hal. 171 menisbatkan kepada ath-Thabrani dan Ibnu Mardawaih di dalam Tafsir Al-Hafizh berkata di dalam kitab Fat-hul Baari (XII/441) setelah menisbatkannya kepada ath-Thabrani, “Hadits ini diriwayatkan dengan sanad yang jayyid.” Hadits ini dishahihkan oleh al-Albani di dalam kitab Shahiih at-Targhiib (I/420).
[3] Sebagaimana perkataan al-Hafizh dalam Fat-hul Baari (XII/441).