Bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Membaca Al-Qur`ân
BERSAMA RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM MEMBACA AL-QUR’AN
Tentang Al-Qur`ân, selain menyampaikan kandungan maknanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyampaikan cara membacanya yang baik dan benar. Tak terhitung berapa banyak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan bacaan Al-Qur`ân kepada para sahabat. Sebab, aktifitas shalat tidak lepas dari bacaan yang dikeraskan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memeritahkan Rasul-Nya untuk membaca Al-Qur`ân dengan tartil. Maksudnya, semaksimal mungkin memperjelas bacaannya. Demikian keterangan Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma. Dari situ, para ulama bersepakat sunnahnya membaca Al-Qur`ân dengan tartil.[1].
Ummul-Mu`minin Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma menceritakan cara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al-Qur`ân.
Katanya: “Nabi memutus-mutus bacaannya. Beliau membaca الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ” dan berhenti. Kemudian membaca الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ dan berhenti ……”.[2]
Demikianlah sifat bacaan Al-Qur`ân beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , berhenti di setiap akhir ayat, tidak menyambungnya dengan ayat selanjutnya.[3]
Bacaan yang sekarang diistilahkan dengan mad wajib muttashil, beliau membacanya dengan panjang. Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu pernah mengajarkan kepada seorang laki-laki membaca. Orang itu membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini:
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ
dengan pendek. Maka Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu menegur: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membacakannya seperti itu kepadaku“.
Lelaki itu bertanya: “Bagaimana beliau membacakannya kepadamu, wahai Abu ‘Abdir-Rahmân?”
Lantas Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu membacanya dengan panjang. [Ash-Shahîhah, no. 2237].[4]
Seberapa tinggikah suara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat membaca Kalamullah? Dalam hal ini, ‘Abdullah bin Abi Qais Radhiyallahu anhu pernah menanyakannya kepada ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma : “Apakah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu mengecilkan suara atau mengeraskannya?”
‘Aisyah Radhiyallahu anhuma menjawab: “Semua itu pernah dilakukannya. Terkadang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengecilkan suaranya, dan suatu waktu mengeraskan suaranya (dalam membaca Al-Qur`ân)”.
Aku berkata: “Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjadikan kelonggaran pada masalah ini”[5].
Suatu kali, ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu pernah diminta oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membacakan surat di hadapannya. Tak pelak lagi, jika hati sahabat itu dipenuhi rasa keheranan, kenapa diminta membacakan Al-Qur`ân oleh insan yang Al-Qur`ân diturunkan kepadanya?! Untuk menepis kebingungan Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي
Sesungguhnya aku suka mendengarkannya dari selainku
Fakta juga menunjukkan, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca satu ayat dengan diulang-ulang. Peristiwa ini diberitakan oleh Mu’awiyyah bin Qurrah Radhiyallahu anhu. Dia sempat menyaksikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat al-Fathu ayat 1-2 pada hari penaklukan kota Makkah. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca dan mengulang-ulanginya. Mu’awiyyah bin Qurrrah lantas berkata: “Kalau seandainya orang-orang tidak berkumpul mengelilingiku, niscaya aku akan menirukan suara atau gaya bacaannya”[6].
Tujuan utama dalam membaca Al-Qur`ân, yaitu untuk tadabbur, supaya berpengaruh secara positif bagi keimanan yang membacanya. Bukan sekedar untuk berlomba. Dan juga, lantaran membaca Al-Qur`ân termasuk dzikir yang paling afdhal. Maka seyogyanya seseorang menekuninya, tidak melewatkan satu hari dan malam tanpa lantunan ayat-ayat Al-Qur`ân dari bibirnya.[7]
Wallahul Muwaffiq.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1] At-Tibyân, hlm. 93
[2] Berhenti di setiap akhir ayat. Lihat Syaikh al-Albâni dalam Mukhtashar Syamâ`il.
[3] Shifatu Shalatin-Nabiyyi, hlm. 68. Selanjutnya Syaikh al-Albâni berkata: “Ini merupakan sunnah yang belakangan ini telah ditinggalkan kebanyakan para qaari, apalagi orang-orang selain mereka”.
[4] Dengan hadits ini, Imam Ibnul Jazari rahimahullah memandang wajibnya memanjangkan mad muttashil, seperti bentuk kata di atas Lihat ash-Shahîhah, 5/280.
[5] Mukhtashar Asy-Syamâ`il, no. 271
[6] Mukhtashar Asy-Syamâ`il, no. 273
[7] Shahîh al-Adzkâr an-Nawawiyyah, 110
KEUTAMAAN BELAJAR DAN MENGAJARKAN AL-QUR’AN
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Qur`ân dan mengajarkannya [HR. al-Bukhâri 5027 dari ‘Utsmân bin ‘Affân Radhiyallahu anhu]
Penjelasan:
Hadits ini tertuju kepada seluruh umat Islam. Sebaik-baik orang adalah insan yang memadukan dua hal di atas, belajar al-Qur`ân dari orang lain dan mengajarkannya kepada orang. Belajar dan mengajar ini mencakup aspek lafzhi (bacaan) dan maknawi. [Syarah Riyâdhus Shâlihîn, Syaikh al-‘Utsaimîn dengan ringkas]
Mutiara hadits:
- Al-Qur`ân adalah ilmu yang paling utama dan terpenting.
- Belajar al-Qur`ân dan mengajarkannya serta menjelaskan makna dan hukum-hukumnya termasuk ibadah yang utama.
- Sifat orang Mukmin, menghimpun manfaat individu dan sosial (Fadhâilul-Qur`ân Ibnu Katsîr 84).
- Berdakwah dapat dilakukan dengan banyak cara. Termasuk di dalamnya, mengajarkan al-Qur`ân yang merupakan cara yang paling mulia. (al-Fath , 9/76)
- Mengajarkan al-Qur`ân merupakan kesibukan generasi Salaf disamping menjalankan kesibukan-kesibukan lainnya.
- Mengajarkan al-Qur`ân hukumnya fardhu kifâyah, bila sudah ada yang mengerjakan, yang lain gugur kewajibannya. (at-Tibyân,33)
- Seorang pencari ilmu memulai belajar dan menghafal al-Qur`ân terlebih dahulu.
- Generasi Salaf tidak mengajarkan hadits maupun fikih kecuali kepada orang yang sudah hafal al-Qur`ân. (al-Majmû’ 1/38)
- Imam Nâfi rahimahullah salah seorang imam qir`âh sab’ah mengajarkan al-Qur`an lebih dari 70 tahun.
Wallâhu a’lam
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XIII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
- Home
- /
- B2. Topik Bahasan4 Uswah...
- /
- Bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi...