Kafir Itu Jahil
KAFIR ITU JAHIL
Ilmu dan kebodohan adalah dua sisi yang berlawanan sebagaimana iman dan kufur. Ilmu akan membimbing seseorang menuju keimanan dan sebaliknya kebodohan akan menyeret seseorang ke dalam kubangan maksiat atau bahkan menyampakkannya ke lembah kekufuran. Oleh karena itu, jika kita merenungi al-Qur’an al-Karim, kita akan mendapati isyarat yang sangat jelas bahwa kebodohan merupakan pangkal segala dosa dan perbuatan maksiat.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلَىٰ قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَىٰ أَصْنَامٍ لَهُمْ ۚ قَالُوا يَا مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَٰهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ ۚ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ
Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata, “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).” Musa menjawab, “Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Rabb).” [al-A’râf/7:138]
Juga dalam firman-Nya:
قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ
Katakanlah, “Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allâh, Hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?” [Az-Zumar/39:64]
Masih banyak lagi nash-nash lainnya yang menunjukkan bahwa penyebab utama segala keburukan yang dilakukan oleh umat manusia seperti perbuatan syirik, kufur, perbuatan keji dan beragam perbuatan maksiat lainnya adalah kebodohan atau ketidaktahuannya terhadap Allâh Azza wa Jalla , Nama-nama serta sifat-sifat Allâh Azza wa Jalla juga ketidaktahuannya terhadap balasan pahala dan siksa dari Allâh Azza wa Jalla .
Hampir bisa dikatakan, bahwa semua orang yang berbuat maksiat kepada Allâh Azza wa Jalla atau yang melakukan berbagai perbuatan dosa adalah orang bodoh atau jahil.
Ini bisa didapatkan dari perkataan pada Ulama salaf ketika menjelaskan tentang kalimat bi jahâlatin, misalnya dalam firman Allâh Azza wa Jalla :
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَٰئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ
Sesungguhnya taubat di sisi Allâh hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allâh taubatnya [An-Nisâ’/4:17]
Juga yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-An’âm/6 ayat ke-54 juga yang terdapat Surat an-Nahl/16 ayat ke-119.
Firman Allâh Azza wa Jalla “bi jahâlatin” dalam ayat-ayat di atas bermakna ketidaktahuan para pelaku terhadap akibat (buruk)nya. Dia juga tidak tahu bahwa Allâh Azza wa Jalla selalu melihatnya dan mengawasinya. Dia tidak tahu bahwa itu akan mengurangi bahkan bisa menghilangkan keimanannya.
Jadi semua pelaku maksiat itu adalah orang jahil terhadap masalah-masalah ini, meskipun dia mengetahui hukum haramnya. Bahkan (na’udzu billâh) tahunya dia terhadap hukum haram sebuah perbuatan menjadi syarat perbuatannya digolongkan kedalam perbuatan maksiat yang berkonsekuensi siksa.
Penafsiran seperti di atas diriwayatkan dari sekelompok Ulama salaf yang sebagiannya disebutkan ath-Thabari rahimahullah dalam kitab tafsirnya.
- Mujâhid rahimahullah mengatakan, “Semua orang yang mendurhakai Rabbnya adalah orang jahil. (Dia akan tetap menjadi orang jahil) sampai dia berhenti dari perbuatan maksiatnya.”
- As-Suddi rahimahullah mengatakan, “Selama dia masih berbuat maksiat kepada Allâh Azza wa Jalla berarti dia orang jahil.”
Jadi, kejahilan atau kebodohan atau ketidaktahuan seseorang terhadap Allâh Azza wa Jalla merupakan penyakit berbahaya yang mematikan. Dia akan mendatangkan kecelakaan dan keburukan yang bertubi-tubi kepada orangnya. Ketika penyakit ini sudah mendekam dan menguasai raga seseorang, maka dia akan tenggelam dalam kubangan maksiat dan dosa, berpaling dari jalan yang lurus (yaitu Islam-red), tunduk dan mengekor pada tuntutan nafsu syahwat dan syubhat. Dia akan terus seperti itu sampai dia mendapatkan hidayah dari Allâh Azza wa Jalla.
Penyakit ini tidak sirna dari seseorang sampai Allâh Azza wa Jalla menganugerahkan ilmu kepadanya tentang sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya dan memberikannya petunjuk. Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allâh Azza wa Jalla , Dia akan mengajarinya ilmu tentang sesuatu yang bermanfaat dan yang bisa mendatangkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia an akhirat.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XVIII/1436H/2015. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
- Home
- /
- A9. Fiqih Dakwah Kepada...
- /
- Kafir Itu Jahil