Al-Qur`ân Bukan Sekedar Untuk Dibaca

AL-QUR’AN BUKAN SEKEDAR UNTUK DIBACA

Allâh Azza wa Jalla  menurunkan al-Qur`ânul Karîm sebagai sebagai sumber petunjuk dengan kebenaran yang absolut bagi umat manusia, khususnya bagi umat Islam, untuk diimani dan diamalkan dalam kehidupan mereka. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

الم ﴿١﴾ ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

Alif lâm mim. Kitab (Al-Qur`ân) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. [Al-Baqarah/2:1-2].

Dan Allâh Azza wa Jalla telah menyebutkan metode untuk dapat mendulang berbagai ilmu dan pelajaran dari kitab suci al-Qur`ân melalui proses tadabbur, membaca yang diiringi dengan penghayatan. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.  [Shâd/38:29]

Dan sudah menjadi sesuatu yang dipahami, bahwa tadabbur terhadap suatu perkataan tidak mungkin terwujud tanpa memahami maknanya. Dan  maksud dari suatu ucapan ialah untuk dipahami makna-maknanya, bukan sekedar tahu teks-teksnya. Maka, al-Qur`ân lebih patut untuk dipahami dengan sebaik-baiknya. Apalagi biasanya, seseorang yang menelaah suatu disiplin ilmu akan bertanya ini dan itu, agar dapat memahaminya, tidak diam saja, karena asyik membacanya, walau tanpa paham sama sekali. [Lihat Muqaddimah fî Ushûl at-Tafsîr, Ibnu Taimiyah, hlm. 21]

Sungguh aneh, apabila kitab suci yang harus dijadikan sumber petunjuk dalam mengenal Allâh Azza wa Jalla , mengetahui apa saja yang Dia cintai dan Dia benci, mengetahui pedoman-pedoman untuk hidup bahagia di dunia dan akhirat dan lain-lain, namun kita hanya sekedar tahu cara membacanya semata dan mengharap pahala sebesar-besarnya dari bacaan tersebut.  Marilah sejenak kita mencermati firman Allâh Azza wa Jalla berikut ini yang bicara tentang Ahlul Kitab:

Baca Juga  Tabbaruk Dengan Membaca Al Qur'an Al Karim

وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ

Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui al-Kitab (Taurat) kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga. [Al-Baqarah/2:78].

Sebagian  Ahli Tafsir menyatakan bahwa makna [إِلَّا أَمَانِيَّ  ]adalah (tidak mengetahui al-Kitab) kecuali  sekedar membacanya saja.

Dengan menengok penafsiran di atas, kita bisa menyadari keadaan kebanyakan kita, masih dalam level perhatian terhadap bacaannya semata, belum melangkah menuju tujuan utama al-Qur`ân diturunkan. Dan atensi sebagian orang masih banyak tertuju pada urusan dunia atau ilmu yang bukan inti dalam Islam.

Lalu, kira-kira apa yang mesti kita lakukan terhadap Kalâmulâah al-Qur`ân yang merupakan kitab suci yang paling mulia yang berisi segala kebaikan dari kitab-kitab suci sebelumnya dan banyak kebaikan penyempurna? Jawabnya, mari bangun dari kelalaian kita, mari kita alokasikan waktu untuk berusaha keras dalam memahami maksud Allâh Azza wa Jalla dalam al-Qur`ân, mendatangi majlis ilmu untuk mendengarkan tafsirannya dan membekali diri dengan buku-buku tafsir sebagai rujukan di rumah.  Termasuk kekeliruan yang nyata, umur seseorang berjalan terus-menerus menuju titik ajal, sedangkan di hadapan kita ada Kitabullah kitab paling agung, namun ia tidak memahami makna-maknanya, tidak pernah membaca tafsirnya walaupun tafsir yang ringkas. Inilah bentuk ummiyyah (buta huruf) yang memalukan, padahal orangnya bisa baca dan tulis.

Wallâhul musta’ân.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XIX/1436H/2015. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]