Propaganda Yang Dilancarkan Pada Separuh Awal Abad Empat Belas Hijriyah
TINJAUAN HISTORIS TEORI PENYATUAN AGAMA DAN BEBERAPA KASUS YANG BERKAITAN DENGANNYA (3)
Oleh
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid
PROPAGANDA YANG DILANCARKAN PADA SEPARUH AWAL ABAD EMPAT BELAS HIJRIYAH
Kemudian propaganda tersebut tenggelam beberapa waktu. Terkungkung di dalam dada para penganutnya. Mereka menampakkan Islam namun menyembunyikan kekufuran. Hingga akhirnya muncullah gerakan : Son Moon At-Tauhidiyah atau disebut juga gerakan Al-Mooniyah.[1]
Sebelumnya muncul pula gerakan Al-Masuuniyah [2], yaitu sebuah organisasi Yahudiyah untuk menguasai dunia, menyebarkan kesesatan dan kehidupan bebas. Mereka bersembunyi di balik seruan kepada penyatuan tiga agama, membuang fanatisme agama di bawah satu ikatan, yaitu iman kepada Allah, semuanya orang-orang beriman. Diantara orang yang terjerat propaganda mereka adalah Jamaluddin bin Shafdar Al-Afghani (meninggal pada tahun 1314 di Turki) [3] dan muridnya, yaitu Syaikh Muhammad Abduh bin Hasan At-Turkimani (meninggal pada tahu 1323 di Iskandiriyah).[4]
Diantara upaya yang dilakukan oleh Muhammad Abduh adalah mendirikan sebuah organisasi bernama “Jam’iyah Ta’lif Wat Taqrib (Organisasi Penyatuan dan Pendekatan)” bersama tokoh gerakan yaitu Mirza Muhammad Baqir Al-Irani yang pernah memeluk agama Nasrani lalu kembali memeluk Islam dan Jamaluddin Al-Afghani serta beberapa pemikir lainnya di Beirut. Misi organisasi tersebut adalah melakukan pendekatan antara tiga agama. Beberapa warga Iran, Inggris dan Yahudi ikut bergabung bersama organisasi ini. Anda dapat baca hal itu secara rinci dalam buku : “Tarikh Al-Utsadz Al-Imam” (I/817-829) karangan Muhammad Rasyid Ridha (wafat tahun 1354)
Diantara usaha Muhammad Abduh dalam hal ini adalah mengadakan kontak surat menyurat dengan beberapa pastor. Sebagaimana disebutkan dalam buku Al-A’mal Al-Kamilah karangan Muhammad Abduh (II/363-367) disusun oleh Muhammad Umarah
Muncullah kontroversi seputar teori ini. Ada yang mendukung dan ada pula yang membantahnya, para pendukungnya antara lain Muhammad Abduh, Muhammad Husein Haikal, Dr. Husein Al-Harawi, Abdul Jawwad Asy-Syarqaawi dalam Majalah Mingguan Politik Mesir mulai edisi 2821 bulan Shafar tahun 1351 dan seterusnya.
Dan dalam surat kabar Al-Hilal edisi 484 dan 485 tahun 1357 dan 1358, dalam makalah yang berjudul : “Mungkinkah menyatukan agama Islam dengan Nasrani ?” Dialog interaktif antara Muhammad Farid Wajdi, Muhammad ‘Arafah, Abdullah Al-Faisyawi Al-Ghazzi dengan beberapa pastor. Dialog dan surat menyurat terus berlangsung seputar persoalan tersebut dan dalam mencari jawaban pertanyaan di atas, yaitu mungkinkah menyatukan agama Islam dengan agama Nasrani dalam aspek spiritual ataukah hanya dalam aspek material saja ?
Seorang Nasrani bernama Ibrahim Luqa menganggap mustahil usaha penyatuan agama Islam dengan Nasrani dalam kedua aspek tersebut. Akan tetapi sangat mungkin menyatukan Islam dan Nasrani demi kepentingan nasional, demikian katanya. Kemudian ia berkata : “Tidak ada jalan untuk menyatukan keduanya secara totalitas, kecuali salah satu dari keduanya bersedia meyakini keyakinan yang lain. Yaitu beriman kepada ketuhanan Isa, penitisannya, kematiannya dan kebangkitannya, hingga seluruhnya menjadi Nasrani tulen atau beriman bahwa Isa hanyalah salah satu dari rasul dan nabi yang diutus, hingga seluruhnya menjadi muslim tulen”.
[Disalin dari kitab Al-Ibthalu Linazhariyyatil Khalthi Baina Diinil Islaami Wa Ghairihii Minal Adyan, edisi Indonesisa Propaganda Sesat Penyatuan Agama, Oleh Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid, Terbitan Darul Haq]
______
Footnote
[1] Lihat Al-Mausu’ah Al-Muyassarah II/669-673, cetakan ketiga
[2] Lihat Al-Mausu’ah Al-Muyassarah hal.449-454 cetakan pertama
[3] Lihat kitab Shahwatur Rajulil Maridh karangan Muwaffiq bani Al-Murajjih hal.345 dan kitab Jamalauddin Al-Afghani fil Mizan
[4] Ibid
- Home
- /
- A8. Politik Pemikiran Pluralisme
- /
- Propaganda Yang Dilancarkan Pada...