Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Merupakan Sifat Baarizah Para Nabi

BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA MERUPAKAN SIFAT BAARIZAH (YANG MENONJOL) DARI PARA NABI

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله

Dalam surat Maryam ayat 30-34 Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa Isa bin Maryam adalah anak yang berbakti kepada ibunya.

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا

Berkata Isa, “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, yang memberi Al-Kitab (Injil), Dia menjadikan aku seorang nabi” [Maryam/19: 30]

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi dimana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku untuk (mendirikan) shalat, (menunaikan) zakat selama aku hidup” [Maryam/19 : 31]

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

Dan Allah memerintahkan aku berbakti kepada ibuku dan tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka” [Maryam/19 : 32]

Kemudian Allah berfirman di dalam surat Ibrahim ayat 40-41

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

Wahai Rabb-ku jadikanlah aku dan anak cucuku, orang yang tetap mendirikan shalat, wahai Rabb-ku perkenankanah do’aku” [Ibrahim/14 : 40]

رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ

Wahai Rabb kami, berikanlah ampunan untukku dan kedua orang tuaku. Dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab” [Ibrahim/14 : 41]

Lihat juga dalam surat Asy-Syu’araa ayat 86-87.

وَاغْفِرْ لِأَبِي إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضَّالِّينَ

Dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat” [Asy-Syua’araa/26 : 86]

وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ

Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan” [Asy-Syua’raa/26 : 87]

Allah berfirman tentang do’a Nabi Nuh Alaihissallam untuk kedua orang tuanya.

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا

Ya Rabbku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan” [Nuh/71 : 28]

Baca Juga  Seandainya Orang Tua Menyuruh Untuk Bercerai

Demikian juga Nabi Yahya ‘Alaihis Salam yang senantiasa berbakti kepada kedua orang tuanya. Allah berfirman.

وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا

Dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. [Maryam/19 : 14]

وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا

Kesejahteraan semoga tetap atas dirinya, pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia diwafatkan dan pada hari ia dibangkitkan. [Maryam/19 : 15]

Kemudian dalam An-Naml ayat 19 tentang Nabi Sulaiman ‘Alaihis salam.

وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

Dan dia berdo’a, “Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugrahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridlai dan masukanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih” [An-Naml/27 : 19]

Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua merupakan sifat yang menonjol bagi para nabi. Semua nabi berbakti kepada kedua orang tua mereka. Dan ini menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua adalah syariat yang umum. Setiap nabi dan rasul yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ke muka bumi selain diperintahkan untuk menyeru umatnya agar berbakti kepada Allah, metauhidkan Allah dan menjauhkan segala macam perbuatan syirik juga diperintahkan untuk menyeru umatnya agar berbakti kepada kedua orang tuanya.

Bila diperhatikan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua seperti tercantum dalam surat An-Nisaa, surat Al-Isra dan surat-surat yang lainnya menunjukkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah masalah kedua setelah mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau selama ini yang dikaji adalah masalah tauhid, masalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, aqidah Salaf, untuk selanjutnya wajib pula bagi setiap muslim dan muslimah untuk mengkaji masalah berbakti kepada kedua orang tua. Tidak boleh terjadi bagi seorang yang bertauhid kepada Allah tetapi ia durhaka kepada kedua orang tuanya, wal iyadzubillah nas alullaha salamah wal ‘afiyah. Bagi seorang muslim terutama bagi seorang thalibul ‘ilm (penuntut ilmu), wajib baginya berbakti kepada kedua orang tuanya.

Baca Juga  Sikap Anak Kepada Orang Tua yang Masih Kafir

Di dalam ayat-ayat Al-Qur’an ketika disebutkan tentang bertauhid kepada Allah selalu diiringi dengan berbakti kepada kedua orang tua. Para ulama telah menjelaskan hikmah dari permasalahan ini, yaitu :

  1. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan dan Allah yang memberikan rizki, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala sajalah yan berhak untuk diibadahi. Sedangkan kedua orang tua adalah sebab adanya anak, maka keduanya berhak untuk diperlakukan dengan baik. Oleh karena itu kewajiban seorang anak untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala harus diiringi dengan berbakti kepada kedua orang tuanya.
  2. Allah lah yang telah memberikan semua nikmat yang diperoleh hamba-hambaNya, maka hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang wajib di syukuri. Kemudian kedua orang tua lah yang telah memberikan segala yang kita butuhkan seperti makan, minum, pakaian dan yang lainnya sehingga wajib bagi kita untuk berterima kasih kepada keduanya. Oleh karena itu kewajiban seorang anak atas nikmat yang diterimanya adalah bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersyukur kepada kedua orang tuanya.
  3. Allah adalah Rabb manusia yang membina dan mendidik manusia di atas manhaj-Nya, maka Allah lah yang berhak untuk diagungkan dan dicintai. Demikian juga kedua orang tua yang telah mendidik kita sejak kecil, maka kita harus bersikap tawadlu’ (merendahkan diri), tauqiir (menghormati), ta’addub (beradab) dan talattuf (berlaku lemah lembut) dengan perkataan dan perbuatan kepada keduanya.

Inilah hikmah kenapa di dalam Al-Qur’an Allah menyebutkan tentang berbakti kepada Allah kemudian diiringi dengan berbakti kepada kedua orang tua[1].

[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Darul Qolam. Komplek Depkes Jl. Raya Rawa Bambu Blok A2, Pasar Minggu – Jakarta. Cetakan I Th 1422H /2002M]
_______
Footnote
[1] Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadush Shalihin I hal.391, ta’lif Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilaly

  1. Home
  2. /
  3. A6. Berbakti Kepada Kedua...
  4. /
  5. Berbakti Kepada Kedua Orang...