Mereka yang Berjatuhan Dari Dakwah Salafiyah

MEREKA YANG BERJATUHAN DARI DAKWAH SALAFIYAH

Oleh
Syaikh Abdul Malik bin Ahmad Ramdhani Al-Jazairi

Pertanyaan.
Syaikh Abdul Malik bin Ahmad Ramdhani Al-Jazairi ditanya : Sesungguhnya kami memuji Allah Ta’ala atas nikmatnya berupa majelis yang diberkahi ini, insya Allah, bersama Syaikh Al Fadhil Abdul Malik Ramdhani. Kami katakan pada permulaan majelis ini, “Wahai Syaikh –semoga Allah memelihara anda- tentunya sudah tersembunyi bagi antum mengenai kondisi dakwah Salafiyah zaman ini yang terus menyaring dan membersihkan barisannya. Kami sangat menginginkan antum memberikan (membekali) kami dengan sebuah nasihat yang berarti, menjelaskan kewajiban seorang Salafi terhadap penyaringan dan pemurniaan dakwah ini, serta penyebab terjatuhnya para da’i dari dakwah Salafiyah ini. Semoga Allah memberkahi antum.

Jawaban.
Segala puji hanya milik Allah, kami memujinya memohon pertolongan dan ampunan-Nya, berlindung kepada-Nya dari kejahatan dari-diri kami dan kejelekan-kejelekan perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tiada seorangpun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan maka tiada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk kepadanya.

Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak untuk disembah, kecuali Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwasannya, Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, Amma ba’du.

Sebagaimana telah disebutkan dalam pertanyaan, merupakan suatu yang sangat jelas dalam pandangan kita. Pada zaman ini, banyak para da’i yang menisbatkan dirinya kepada ‘dakwah Salafiyah’ telah berjatuhan dalam barisan ini. Telah terang dan jelas pula aib yang ada pada kebanyakan mereka. Juga menjelaskan kepada kita, bahwa penisbatan mereka kepada dakwah ini yang pernah mereka lakukan mengandung dakhan (kekeruhan).

Tidak diragukan lagi, bahwa kejadian ini sangat membekas dalam diri dan sangat menyedihkan mereka yang ikhlas dalam dakwah ini, yang mencintai merebaknya kebaikan dan benci kepada kebatilan yang terus menerus menampakkan dirinya. Karena seorang yang berpegang teguh dengan sunnah, ia mencintai sunnah dan pengikutnya, serta menolongnya dan membela pengikutnya.

Bukankah cinta yang hakiki adalah cinta karena Allah, dan murka yang hakiki adalah murka karena Allah. Bahkan tali keimanan yang paling kokoh adalah cinta karena Allah, dan benci karenaNya. Sebagaimana telah digambarkan oleh Rasulullah.

Apa yang kita saksikan pada zaman ini, banyaknya para da’i yang menisbatkan diri mereka pada dakwah Salafiyah telah terpengaruh pada manhaj-manhaj asing dan aneh. Lalu meninggalkan manhaj serta dakwah Salaf yang lurus dan penuh berkah ini. Pada hakikatnya pengaruh yang ada pada diri mereka itu merupakan sari dari hawa nafsu yang selalu menyuruh kepada kejelekan.

Ada dua hal pada seseorang, ia menyalahkan atau disalahkan. Jika disalahkan tentunya kita mengajak orang yang menyalahkannya untuk (memberikan kesempatan agar ia) bertobat, serta memaafkannya agar ia meninggalkan kesalahannya yang telah lalu, dan segera kembali ke jalan Allah. Hendaknya juga ia mengetahui pula, bahwa segala urusan adalah sebagaimana yang difirmankan Allah.

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ

Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun, pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah kami sebagai pembuat perhitungan“. [Al-Anbiya’/21 : 47]

Dengan demikian jelaslah, bahwa pada hari kiamat urusannya besar dan tidak remeh. Manusia, pada hari itu akan dihisab karena segala yang pernah dilakukannya. Yang paling besar pada perhitungan tersebut ialah antara dua orang, yang menzhalimi dan dizhalimi, yang menganiaya dan dianiaya. Allah berfirman :

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا

Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang dzalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata: “aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan (yang lurus) bersama Rasul“. [Al-Furqan/25 : 27]

Kezhaliman yang paling besar adalah kesyirikan, menyekutukan Allah. Termasuk kezhaliman, yaitu seseorang yang menzhalimi saudaranya. Rasulullah telah mengabarkan, bahwa padea hari kiamat kelak akan diqishash atas seekor kambing yang bertanduk oleh seekor kambing yang tidak bertanduk.

Subhanallah, Maha Suci Allah. Kalau saja pada binatang ternak dituntut qishash (tindakan pembalasan), yaitu seekor kambing yang menanduk kambing lainnya tanpa hak, akan dibalas. Maka bagaimana halnya dengan manusia?

Baca Juga  Memberi Kabar Gembira

Allah telah menganugerahi manusia akal pikiran. Menurunkan kitab dan menjelaskan kepada mereka syariat-Nya. Firman Allah:

وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ

Dan kami telah menunjukannya dua jalan” [Al-Balad/90 : 10]

Yakni, memperkenalkan kebaikan dan kejelekan.

Dan Allah berfirman:

وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk agar mereka kembali (kepada kebenaran)“. [Al-A’raf/7 : 168]

Nash-nash Al-Qur’an dan Al-Hadist dalam masalah ini banyak sekali. Kezhaliman adalah sebuah padang rumput yang menumbuhkan kejelakan. Rasulullah bersabda:

الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Takutlah kamu kepada kezhaliman, karena kezhaliman adalah kegelapan pada hari kiamat“. [HR. Bukhari dan Muslim]

Adapun orang yang berbuat salah, hendaknya ia bertaubat dan meninggalkan kesalahannya.

Yang perlu dicermati pada saat ini, bahwa banyak da’i yang menisbatkan kepada diri mereka dalam kepemimpinan dakwah ini telah berjatuhan. Adapun jatuhnya mereka tidak ditindak-lanjuti dengan sebuah kebangkitan. Penyebabnya, karena gengsi dan keengganan untuk bertaubat dan kembali kepada kebenaran.

Saya sebutkan kepada kalian sesuatu yang saya anggap sangat penting. Bahwasanya generasi Salaf pengemban dakwah yang diberkahi ini telah banyak yang pergi di panggil Allah, dan kita selalu berprasangka baik baik kepada mereka. Bahwa mereka berada di atas kemurnian dan kejernihan.

Insya Allah sangat gamblang dan setiap orang bisa mengetahui, bahwa keberkahan dakwah mereka tampak jelas. Mereka telah pergi meninggalkan dunia, sedangkan dakwah Salafiyah dalam keadaan menang, tampak dengan jelas dan ditolong oleh Allah. Walhamdulillah, kemudian barulah nampak kemunafikan orang yang jauh dan asing dari dakwah ini. Dia berbasa-basi kepada pengikut dakwah ini dan berpura-pura, bahwa ia seolah-olah merupakan bagian dari dakwah ini. Itulah yang kalian dengar dengan istilah Quthubiyyah Salafiyah (Salafiyah versi pemikiran Sayyid Quthb), Sururiyah Salafiyah (Salafiyah versi Muhammad Surur Naif Zainal abidin) dan Bannaiyah Salafiyah (Salafiyah versi Hasan Al Banna). Sungguh hal yang aneh tapi nyata. Ketika Allah menampakkan dakwah Salafiyah, mereka tidak memiliki keleluasaan kecuali dengan berbasa-basi dan menggabungkan diri kepadanya. Padahal dakwah Salafiyah berkata kepada mereka, “biarkanlah aku!”….. “tinggalkanlah aku!”.

Inilah realita yang kita saksikan pada zaman sekarang. Terungkap realita ini, tentunya karena karunia Allah, kemudian karena kesungguhan mereka –para ulama dakwah- yang diberkahi ini.

Saya yakin, bahwa pijakan seseorang akan tertancap dengan kokoh dalam dakwah ini, teguh dan kuat karena beberapa sebab:

1. Ikhlas dalam mengemban dakwah Salafiyah.
2. Tidak mengajak manusia kepada dirinya.

Dan tidak terlintas dalam benaknya, bahwa suatu saat, ia akan menunggangi dakwah ini. Atau dakwah ini akan menanggungnya. Bahkan semestinya dialah yang menanggung beban dakwah ini dan menyampaikannya (hingga tercapai tujuan).

Namun, bagi mereka yang menghendaki agar dakwah Salafiyah inilah yang berkhidmat dan menanggung mereka, lalu dicatat dan mereka ditampakkan sebagai tokoh dalam dakwah ini, hanya karena menisbatkan diri kepadanya, maka -saya katakan dengan berterus terang- bahwa, semua itu mengakibatkan mereka dipermalukan oleh Allah Azza wa Jalla. Hal ini tampak jelas …..

Dakwah Salafiyah merupakan sebuah dakwah yang paling jelas, terang benderang dan paling kokoh. Sedangkan dakwah-dakwah yang selainnya memiliki perbedaan yang sangat jelas dalam manhaj-manhajnya. Meskipun bernisbat dalam satu manhaj, namun dalam waktu sangat cepat, nampak dengan jelas perbedaan mereka. Sebagian melaknat sebagian yang lain, dan akan tiba saatnya sebagian akan dihapus oleh sebagian yang lain.

Pada masa era tertentu, mereka menggunakan sebuah metode (cara), kemudian pada era berikutnya menggunakan metode yang lain. Setiap hari mereka melepaskan diri dari “prinsip-prinsip dasar” yang dahulunya menjadi pijakan mereka, serta berwala’ dan memusuhi karenanya.

Adapun dakwah Salafiyah, semenjak Allah menciptakan para pengembannya, dia tetap teguh, kokoh dan istiqomah (berada dalam jalur kebenaran). Maka, segala puji hanya milik Allah.

Yang dijadikan ibroh adalah keteguhan dakwah ini dan prinsip-prinsipnya, serta para syaikhnya (sesepuh) yang terus-menerus meletakkan pokok-pokok dan dasar-dasar baginya serta mentajdid agama ini dengannya.

Dengan demikian, berdasarkan pengalaman kami bahwa penyebab besar jatuhnya mereka dari dakwah ini dan tersingkapnya aib-aib mereka, karena ketidak-ikhlasan mereka dalam mengembannya.

Baca Juga  Jika Hendak Berdakwah!

Anda akan mendengar salah seorang diantara mereka berkata, “Bagaimana mungkin sebagian orang bertanya kepada ulama di negeri seberang, sementara saya seorang syaikh Salafiyah di tengah-tengah mereka?!”

Apakah mungkin orang seperti ini dikatakan mukhlis dalam berdakwah?

Yang lebih aneh lagi, perkataan mungkar dan dusta ini diucapkannya pada siang hari bolong. Hal ini menunjukkan, bahwa neraca-neraca (timbangan-timbangan) itu sudah terbalik atas si miskin ini. Jika tidak demikian, tentu tidak akan diucapkannya.

Jika bukan karena mabuk kekuasaan atau ingin menguasai dan memimpin, tentunya tidak akan diucapkannya.

Subhanallah, keinginan untuk memimpin bisa membuat seseorang menjadi mabuk, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ibnul Qayyim, “keinginan untuk menjadi pemimpin lebih memabukkan daripada mabuk yang diakibatkan oleh gelas-gelas arak.” (Al-Fawaid). Keinginan untuk memimpin adalah musibah besar. Seseorang hendaknya mengetahui tentang hal-hal ‘yang tersembunyi’ dalam dirinya. Jika berupa penyakit, hendaknya segera diatasi. Jika tidak demikian, jiwa itu akan ditimpa sesuatu yang bisa mematikannya dan berbicara sesuatu yang justeru akan membunuhnya. Sementara tidak diketahuinya, bahwa dia sedang membinasakan dirinya sendiri golongan-golongan seperti ini dapat dilihat.

Segolongan yang lain dapat dilihat dari sisi mutaba’ah (mengikuti sunnah Rasulullah). Bisa jadi memiliki keikhlasan, namun cenderung menganggap ringan dan enteng mengikuti Rasulullah. Padahal sebagimana kalian ketahui, bahwasanya Allah akan memberikan balasan berdasarkan dua pokok yang mulia ini. Yaitu, keikhlasan dan mutaba’ah. Namun, masalah keikhlasan lebih besar.

Oleh sebab itu kami katakanan, “barangsiapa yang dizhalimi oleh orang-orang yang menyampaikan kritikan kepadanya, hendaknya ia mengharap pahala dari Allah.

Hendaknya menyadari, bahwa ia bukanlah orang pertama yang disakiti dan ditimpakan hal-hal yang sama sebagaimana yang telah kalian ketahui. Maka, tidaklah mengherankan. Jika hal-hal yang sama menimpa atas orang-orang selain mereka, dan itu lebih patut terjadi jalan itu satu, jihad pun satu. Allah berfirman.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik“. [Al-Ankabut/29 : 69]

Maka orang-orang yang disakiti, hendaknya bersabar. Dan mereka yang menyakiti saudara-saudaranya, hendaknya mengingat firman Allah.

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” [Al-Ahzab/33 : 58]

Seorang yang manusia yang takut dan khawatir (terhadap adzab Allah-pent), adalah orang yang membaca Al-Qur’an dengan hati yang hidup. Tentunya akan benar- benar takut terhadap nash-nash seperti ini. Adapun seorang yang cahaya takwanya kepada Allah redup, maka cahaya yang ada pada wajahnya akan sirna. Dia hanya mondar-mandir di sekitar urusannya dengan sekehendaknya. Hanya Allah tempat memohon pertolongan.

Adapun orang-orang yang bersalah dan mendzalimi dakwah Salafiyah ini, serta menisbatkan diri mereka kepdanya hanya untuk sebuah kezhaliman dan penipuan, mereka pasti akan dipermalukan dengan terbongkarnya kedok penipuan mereka.

Sementara kelompok ahlul haq harus bersungguh-sungguh melawan mereka. Menjelaskan (kepada ummat) penyimpangan-penyimpangan mereka, demi menjaga dan memelihara agama ini. Hal ini disebabkan kehormatan mereka tidak lebih utama untuk dijaga dan dipelihara dibandingkan dengan kehormatan agama ini. Jika tidak demikian, pasti Allah jualah yang akan mempermalukan merka.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun VI/1423H/2002M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1]. Dikeluarkan oleh Majelis “Al-Huda” Al-Jazair. Disadur dari kaset Al-Mutasaqithuun Fi Thariqid Dakwah (Mereka Yang Berjatuhan Dari Dakwah Salafiyah). Rangkuman pertemuan yang membicarakan mengenai manhaj, bersama ulama-ulama dakwah Salafiyah
[2]. Diterjemahkan oleh: Tim Penerjemah Ma’had Al Irsyad Surabaya.

  1. Home
  2. /
  3. A9. Fiqih Dakwah Agama...
  4. /
  5. Mereka yang Berjatuhan Dari...