Membangun Masjid Megah?
MEMBANGUN MASJID MEGAH?
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin rahimahullah ditanya : Sebagian orang yang dikaruniai harta oleh Allâh Azza wa Jalla senang membangun masjid besar nan megah di daerah mereka, yang menelan biaya besar, padahal terkadang di wilayah tersebut sudah ada beberapa masjid. Padahal, saat itu juga, di sebagian negara Islam lainnya sedang sangat membutuhkan pembangunan beberapa masjid. (Masalah lainnya), biaya untuk membangun satu masjid besar nan megah itu terkadang cukup untuk membangun belasan masjid di negara-negara Islam lainnya. Hanya saja, menurut keyakinan saya, mereka lebih mementingkan pembangunan masjid di daerah mereka dibandingkan membangun masjid di wilayah-wailayah lainnya.
Pertanyaan adalah : Apakah ini termasuk ajaran Islam? Apa nasehat syaikh untuk mereka?
Jawaban.
Mengeluarkan harta untuk membangun masjid itu termasuk membelanjakan atau menginfakkan harta yang terbaik. karena masjid adalah rumah Allâh, tempat yang diperintahkan untuk meninggikan dan menyebutkan nama-nama Allâh Azza wa Jalla. Masjid adalah tempat beribadah, menegakkan shalat, belajar mengajar dan lain sebagainya. Oleh karena itu disebutkan dalam hadits shahih, hadits Utsmân bin Affân Radhiyallahu anhu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا للهِ يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللهِ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
Barangsiapa membangun masjid karena Allâh Azza wa Jalla , untuk mencari wajah Allâh, maka Allâh akan membangunkan rumah di surga untuknya[1]
Menginfakkan harta untuk pembangunan masjid termasuk amalan terbaik yang pahalanya akan terus mengalir, siang dan malam, selama kaum Muslimin memanfaatkan masjid-masjid itu. Amalan ini lebih bermanfaat bila dibandingkan dengan wasiat (pesan) dari seseorang agar hartanya dibelikan hewan kurban (jika dia sudah mati). Karena manfaat hewan kurban hanya terbatas pada waktu-waktu tertentu, juga terbatas pada orang-orang terntu yaitu keluarga mayit dan beberapa orang lainnya. Berbeda dengan membangun masjid, karena manfaatnya lebih luas, lebih komplek dan lebih banyak serta lebih selamat dari pertikaian keluarga[2] bila dibandingkan dengan harta yang diwakafkan untuk membeli hewan kurban dan yang semisalnya.
Oleh karena itu, kami selalu menasehati setiap orang yang meminta pendapat kami tentang harta yang ingin dia wasiatkan agar menginfakkan harta tersebut untuk pembangunan masjid atau yang semisalnya yang tidak terkait langsung dengan para kerabat. Tujuannya agar tidak menjadi ladang konflik keluarga atau tidak menjadi penyulutnya api permusuhan diantara mereka.
Jika masjid-masjid itu termasuk wasilah mendekatkan diri kepada Allâh Azza wa Jalla , maka semakin luas dan semakin besar manfaatnya, tentu masjid itu semakin baik. Dan orang-orang yang membangun masjid-masjid tersebut, pasti telah mengeluarkan harta dalam jumlah besar, yang mungkin saja, masyarakat sekitarnya tidak membutuhkan masjid seperti itu, sementara masyarakat lain yang sedang membutuhkan pembangunan masjid di beberapa tempat diabaikan; (meskipun demikian faktanya-red) orang-orang yang membangun masjid itu tetap akan mendapatkan kebaikan sesuatu dengan niat mereka. Kita tidak perlu membicarakan niat mereka. Namun kita mengatakan, “Yang terbaik adalah mereka tidak boleh berlebihan dalam membangun masjid-masjid ini. Tujuannya mereka agar tidak terjebak dalam perbuatan melampaui batas, sombong dan menjadikannya ajang pamer. Karena ini sema menyelisihi sunnah. Semakin sederhana sebuah bangunan masjid, maka itu akan semakin mendukung untuk khusyu”. Ini sudah terbukti dilapangan.
Kami juga mengatakan, ‘Jika masyarakat tidak membutuhkan pembangunan masjid (baru), maka bisa jadi pembangunan masjid (baru itu) menjadi bencana yang berpotensi memecah belah persatuan kaum Muslimin.
Para ahli menyebutkan bahwa jika sebuah masjid (yang baru) membahayakan masjid yang di dekatnya, maka masjid baru itu dianggap sebagai masjid dhirar yang wajib dihancurkan.
Kita juga bisa mengatakan sebagai yang dikatakan oleh penanya, “Sebenarnya, ada beberapa tempat di negara-negara Islam, terutama negara-negara miskin, yang masih membutuhkan (bantuan) untuk membangun masjid. (Mengapa kalian tidak membantu mereka? Padahal-red) bisa jadi, biaya yang dikeluarkan untuk membangun satu masjid yang besar dan megah (sebagaimana disebutkan di atas-red) bisa dan cukup untuk membangun beberapa masjid yang bermanfaat untuk kaum Muslimin.
Selama orang-orang yang membangun masjid di wilayahnya dalam rangka mencari wajah Allâh , dan selama masjid-masjid itu lebih bermanfaat dimanapun adanya, di negara manapun dibangunnya, maka pembangunan masjid seperti itu harus lebih diprioritaskan dan lebih mendatangkan kebaikan.
Nur ala ad-Darb Syaikh Utsaimin 17/3564
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XXI/1438H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] HR. Al-Bukhâri, no. 439 dan Muslim, no. 533
[2] Maksudnya, jika harta diwakafkan untuk membangun masjid, maka kecil kemungkinan akan menjadi ladang pertikaian keluarga, berbeda dengan harta yang diwakafkan untuk yang lain. Seiring dengan perjalanan waktu, harta yang diwakafkan itu sering menjadi ladang pertikaian-red
- Home
- /
- A7. Peranan Masjid Dalam...
- /
- Membangun Masjid Megah?