Syarat dan Kaidah Dalam Dakwah (Mengajak) Manusia Kepada Agama Islam yang Benar

Kedelepan puluh empat:
SYARAT DAN KAIDAH DALAM DAKWAH (MENGAJAK) MANUSIA KEPADA AGAMA ISLAM YANG BENAR

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Berdakwah mengajak manusia kepada Islam yang benar, yaitu mengajak manusia kepada cara beragama yang benar, baik tentang ‘aqidah, manhaj, ibadah, akhlak, dan yang lainnya menurut pemahaman Salafush Shalih. Dakwah ini harus memenuhi tiga syarat:

Pertama: سَلاَمَةُ الْمُعْتَقَدِ (‘Aqidahnya Benar)
Selamat ‘aqidahnya. Maksudnya seseorang yang berdakwah harus meyakini kebenaran ‘aqidah Salaf tentang Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, Asma’ dan Shifat, serta semua yang berkaitan dengan masalah ‘aqidah dan iman.

Kedua: سَلاَمَةُ الْمَنْهَجِ (Manhajnya Benar)
Yaitu memahami Al-Qur-an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih. Mengikuti prinsip dan kaidah yang telah ditetapkan ulama Salaf.

Ketiga: سَلاَمَةُ الْعَمَلِ (Beramal dengan Benar)
Seorang yang berdakwah, mengajak umat kepada Islam yang benar, maka ia harus beramal dengan benar yaitu beramal semata-mata ikhlas karena Allah dan ittiba’ (mengikuti) contoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak mengadakan bid’ah baik i’tiqad (keyakinan), perbuatan atau perkataan[1].

Dakwah di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan amal yang sangat mulia, ketaatan yang besar dan ibadah yang tinggi kedudukannya di sisi Allah Azza wa Jalla.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’” [Fushshilat/41: 33]

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu :

Baca Juga  Keluarnya Ya'juj Dan Ma'juj Di Akhir Zaman,Terbitnya Matahari Dari Barat

…فَوَاللهِ، َلأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ.

Demi Allah, bila Allah memberi petunjuk (hidayah) lewat dirimu kepada satu orang saja, lebih baik (berharga) bagimu daripada unta-unta yang merah.”[2]

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍإِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” [Al-‘Ashr/103: 1-3]

[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M]
_______
Footnote
[1] Lihat al-Wajiiz fii ‘Aqiidatis Salafish Shaalih (hal. 221-222). Lihat QS. Al-Baqarah/2: 112, an-Nisaa’/4: 125, al-Kahfi/18: 110, Ali ‘Imran/3: 31 dan al-Mulk/67: 2.
[2] HR. Al-Bukhari (no. 2942, 3701), Muslim (no. 2406), dari Sahl bin Sa’d Radhiyallahu anhu.

  1. Home
  2. /
  3. A3. Aqidah Ahlus Sunnah...
  4. /
  5. Syarat dan Kaidah Dalam...