Sebahagian Besar Manusia Tidak Akan Beriman
DAN SEBAHAGIAN BESAR MANUSIA TIDAK AKAN BERIMAN, WALAUPUN KAMU SANGAT MENGINGINKANNYA
Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan:
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Manusia mendapatkan hidayah merupakan hasil dari tersebarnya ilmu syar’i di tengah-tengah manusia. Namun realita menunjukkan, bahwa kebatilan lebih banyak tersebar melalui media massa dan semua sarana informasi serta kurikulum-kurikulum pendidikan. Apa peran para ulama dan dai sehubungan dengan hal ini?
Jawaban:
Realita ini melanda luas di semua masa untuk suatu hikmah yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana firmanNya,
“Dan sebagian besar manusia tidakakan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya“[Yusuf/12 : 103]
Dan firmanNya,
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah“[Al-An’am/6 : 116]
Kondisinya berbeda-beda. Di suatu negeri terjadi banyak kebatilan, di negeri lainnya sedikit, di suatu kabilah banyak, di kabilah lainnya sedikit. Tapi secara umum, di seluruh dunia, mayoritas manusia tidak berada di atas jalur petunjuk. Namun ini pun berbeda-beda kondisinya di setiap negara, negeri, desa dan kabilah.
Seharusnya para ahli ilmu bersemangat, jangan sampai para ahli kebatilan lebih bersemangat, bahkan seharusnya mereka lebih bersemangat daripada para ahli kebatilan, untuk menanamkan kebenaran dan menyerukannya di mana saja; di jalanan, di mobil, di pesawat terbang, di pesawat luar angkasa, di rumahnya dan di setiap tempat, hendaknya mereka senantiasa mengingkari kemungkaran dengan cara yang lebih baik dan mengajar dengan cara yang lebih baik, dengan metode yang baik, halus dan lembut. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” [An-Nahl/16 : 125]
Dalam ayat lainnya Allah menyebutkan,
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan din dari sekelilingmu” [Ali Imran/3 : 159]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ
“Barangsiapa menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala yang melakukannya”[1]
Dalam sabda lainnya beliau menyebutkan,
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُوْنُ فيِ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sesungguhnya, tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu kecuali ia akan membaguskannya, dan tidaklah (kelembutan) itu tercabut dari sesuatu, kecuali akan memburukkannya.“[2]
Para ahli ilmu tidak boleh berdiam diri dan membiarkan pelaku kejahatan, pelaku bid’ah dan orang jahil. Sungguh ini kesalahan besar dan merupakan penyebab tersebarnya keburukan, bid’ah, tertutupinya kebaikan serta sedikit dan tersembunyinya As-Sunnah.
Hendaknya para ahli ilmu berbicara tentang kebenaran dan menyerukannya serta mengingkari kebatilan dan memperingatkannya, hendaknya itu dilakukan berdasarkan ilmu dan hujjah yang nyata, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” [Yusuf/12 : 108]
Yakni dengan memperhatikan faktor-faktor pencapaian ilmu, yaitu bejalar kepada ahli ilmu, berkonsultasi kepada mereka mengenai kesulitan yang dihadapi, menghadiri halaqah-halaqah keilmuan, memperbanyak membaca Al-Qur’anul Karim dan menghayatinya serta mengkaji hadits-hadits shahih, sehingga bisa bermanfaat dan ilmunya menyebar sebagaimana saat memperolehnya dari para ahlinya yang disertai dengan dalil dan keikhlasan, niat yang baik dan kerendahan hati. Di samping itu hendaknya pula antusias untuk menyebarkan ilmu dengan segala aktifitas dan kekuatan. Jangan sampai kalah semangat oleh para ahli kebatilan dalam menyebarkan kebatilan, dan senantiasa berambisi untuk memberikan manfaat bagi kaum muslimin dalam urusan agama dan dunia mereka.
Itulah tugas para ulama, tua maupun muda, di mana saja. Yaitu, menyebarkan kebenaran disertai dalil-dalil syar’iyah, memotivasi manusia untuk melaksanakannya, mengeluarkan mereka dari kebatilan dan memperingatkannya, hal ini sebagai pelaksa-naan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa” [Al-Ma’idah/5 : 2]
Dan firmanNya,
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” [Al-‘Ashr/103 : 1-3]
Demikianlah seharusnya para ahli ilmu, di mana saja mengajak manusia ke jalan Allah, membimbing ke arah kebaikan, loyal terhadap Allah dan menasehati para hambaNya, bersikap lembut dalam menyampaikan apa yang diperintahkan kepada mereka dan apa yang dilarang pada mereka serta dalam segala hal yang diserukan agar seruannya berhasil sehingga semuanya memperoleh keberuntungan dan akibat yang terpuji serta selamat dari reka perdaya musuh-musuh. Wallahul musta ‘an.
[Majalah Al-Buhuts, edisi 36, hal. 125, Syaikh Ibnu Baz]
[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Penyusun Khalid Al-Juraisiy, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penerjemah Musthofa Aini dkk. Penerbit Darul Haq]
______
Footnote
[1]. HR. Muslim dalam Al-Imarah (1893).
[2]. HR. Muslim dalam Al-Birr wash Shilah (2594).
- Home
- /
- A9. Fiqih Dakwah Agama...
- /
- Sebahagian Besar Manusia Tidak...