Sujud Sahwi Bagi Makmûm

SUJUD SAHWI BAGI MAKMUM

Makmûm dalam shalat mengikuti imam dan tidak boleh menyelisihinya dengan sebuah perbuatan, sebagaimana dijelaskan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَلاَ تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ، فَإِذَا رَكَعَ، فَارْكَعُوا، وَإِذَا قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَقُولُوا: رَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ، وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا، وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا، فَصَلُّوا جُلُوسًا أَجْمَعُونَ

Imam dijadikan untuk diikuti maka jangan menyelisihinya. Apabila imam ruku’ maka ruku’lah dan bila mengucapkan : Sami’allahu liman hamidah maka katakanlah Rabbanaa lakalhamdu. Apabila ia sujud maka sujudlah dan bila ia shalat dalam keadaan duduk maka shalatlah dalam keadaan duduk seluruhnya. [HR al-Bukhâri no. 722].

Dalam riwayat Abu Dawud :

فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا، وَلَا تُكَبِّرُوا حَتَّى يُكَبِّرَ، وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَلَا تَرْكَعُوا حَتَّى يَرْكَعَ

Apabila imam bertakbir maka bertakbirlah dan jangan bertakbir hingga imam bertakbir dan bila imam ruku maka ruku’lah dan jangan ruku’ sampai ia telah ruku’. [Sunan Abi Dawud no. 603].

Ini kaedah penting yang berlaku secara baku kecuali ada dalil yang mengkhususkannya. Dengan demikian tidak boleh seorang makmûm menyelisihi imamnya dalam berdiri, duduk, ruku atau sujud. Wajib baginya mengikuti imam dalam semua perbuatan shalat walaupun hal ini mengharuskannya ia meninggalkan satu diantara hal yang wajib dalam shalat atau menambah rukun shalat, karena itu dimaafkan. Contohnya seorang makmûm masuk bersama imam dalam shalat zuhur tertinggal satu rakaat, maka otomatis akan kehilangan tasyahud awal dirakaat keduanya karena mengikuti imam. Bahkan duduknya bersama imam setelah rakaat yang kedua termasuk tambahan rukun bukan pada tempatnya, karena duduk tersebut adalah tasyahud awal bagi imam akan tetapi makmûm tersebut bukan tasyahud awal, sebab tasyahud awal harusnya dilakukan setelah dua rakaat dan dia sendiri baru saja melakukan rakaat pertamanya. Sang makmûm tetap mengikuti imam dalam hal ini. Shalat makmûm wajib mengikuti sholatnya imam.

Dengan demikian jelaslah kekurangan pada shalat imam dianggap juga kekurangan pada shalat makmûm dan tidak sebaliknya, sebab iman diikuti dan makmûm mengikuti.

MAKMUM DAN SUJUD SAHWI.
Imam apabila lupa dalam shalatnya, maka diwajibkan baginya sujud sahwi dan juga diwajibkan orang yang dibelakangnya untuk sujud sahwi.

Makmûm yang shalat bersama imam yang melakukan sujud sahwi ada beberapa keadaan:

1. Makmûm memulai shalat bersama imam dan imam lupa yang mengharuskannya sujud sahwi sebelum atau sesudah salam.
Diwajibkan atas makmûm untuk mengikuti imamnya dalam sujud sahwi apabila mendapatkan imam dalam semua rakaatnya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَلاَ تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ، فَإِذَا رَكَعَ، فَارْكَعُوا، وَإِذَا قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَقُولُوا: رَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ، وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا، وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا، فَصَلُّوا جُلُوسًا أَجْمَعُونَ

Imam dijadikan untuk diikuti maka jangan menyelisihinya. Apabila imam ruku’ maka ruku’lah dan bila mengucapkan : Sami’allahu iman hamidah maka katakanlah Rabbanaa lakalhamdu. Apabila ia sujud maka sujudlah dan bila ia shalat dalam keadaan duduk maka shalatlah dalam keadaan duduk seluruhnya. [HR al-Bukhâri no. 722].

Dengan demikian apabila makmûm berjamaah bersama imam dalam semua rakaat imam, lalu imam lupa dalam shalatnya dan sujud sahwi, maka makmûm wajib ikuti imam, baik sujudnya sebelum salam atau setelahnya.

Contoh Pertama : Imam lupa tidak membaca zikir dalam ruku’ yang hukumnya wajib. Tentunya makmûm tidak mengetahui apa yang dilupakan imam tersebut, sebab zikir itu tidak dikeraskan. Makmûm tidak meninggalkan satu rukun dan perkara wajib dalam shalatnya dan juga tidak tertinggal dari imam. Ketika imam akan salam, sang imam melakukan sujud sahwi sebelum salam karena meninggalkan kewajiban membaca zikir ketika ruku’ tadi. Maka makmûm wajib mengikuti imam untuk sujud sahwi dan salam bersama imam.

Contoh Kedua: Imam lupa lalu menambah ruku’ sehingga imam melakukan dua ruku’ pada rakaat yang pertama maka sang imam wajib melakukan sujud sahwi dan dilakukan setelah salam. Demikian juga para makmûm diwajibkan mengikuti imam melakukan sujud sahwi setelah salam.

2. Makmûm memulai shalatnya bersama imam dan sang makmûm yang lupa.
Apabila makmûm memulai sholat bersama imam dan tidak ketinggalan sedikitpun, namun makmûm lupa sedangkan imam tidak lupa, maka makmûm tidak sujud sahwi. Alasannya adalah:

a. Sebab makmûm sujud sahwi hanya dilakukan makmûm yang demikian bersama imam, berdasarkan keumuman sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَلاَ تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ، فَإِذَا رَكَعَ، فَارْكَعُوا، وَإِذَا قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَقُولُوا: رَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ، وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا، وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا، فَصَلُّوا جُلُوسًا أَجْمَعُونَ

Imam dijadikan untuk diikuti maka jangan menyelisihinya. Apabila imam ruku’ maka ruku’lah dan bila mengucapkan : Sami’allahu liman hamidah maka katakanlah Rabbanaa lakalhamdu. Apabila ia sujud maka sujudlah dan bila ia shalat dalam keadaan duduk maka sholatlah dalam keadaan duduk seluruhnya. [HR al-Bukhâri no. 722].

Baca Juga  Perintah Menyempurnakan Shaf

b. Sujud sahwi hukumnya wajib dan bukan rukun. Perkara wajib dalam shalat gugur dari makmûm karena mengikuti imam. Ketika perkara wajib tersebut gugur dari makmûm karena mengikuti imam, maka sujud sahwi yang hukumnya wajib gugur juga dari makmûm karena mengikuti imam.

c. Tidak dinukilkan dari seorang sahabatpun yang lupa dalam shalatnya melakukan sujud sahwi dibelakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Padahal dapat dipastikan terjadinya lupa pada salah seorang dari mereka.

d. Makmûm apabila lupa dibelakang imam, maka tidak lepas dari keadaan sujud sahwinya sebelum salam atau setelah salam. Apabila sebelum salam, maka sujud sahwinya ketika itu menyelisihi imam dan tidak mengikuti imam. Hal ini terlarang. Apabila sujud sahwinya setelah salam, maka makmum tersebut telah melakukan sesuatu yang tidak dilakukan imam. Inipun termasuk menyelisihi imam juga.

e. Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا صَلَّى قَاعِدًا فَصَلُّوا قُعُودًا

Sesungguhnya imam itu adalah Junnah (perisai), apabila ia shalat dengan keadaan duduk maka sholatlah kalian dengan keadaan duduk. [HR Muslim no. 416].

Kata Junnah di sini dijelaskan imam an-Nawawi rahimahullah dengan pengertian penutup (sâtir).[1] Juga ditegaskan imam as-Suyûthi t dengan ungkapan: Penutup bagi orang yang dibelakangnya, menutupi kesalahan yang terjadi dalam shalatnya disebabkan lupa atau lewatnya orang yang melewatinya seperti perisai yang menutupi orang dibelakangnya dan menahan dari keburukan yang menyerangnya. [2]

Dengan demikian jelaslah lupanya makmum di sini tidak dianggap. Inilah pendapat mayoritas ahli fikih.

Contohnya: Makmûm lupa sehingga tidak membaca doa dalam sujudnya, maka dia tidak melakukan sujud sahwi, karena kalau melakukan sujud sahwi sebelum salam maka dia menyelesihi imam.

Akan tetapi apabila makmûm lupa melakukan rukun yang membatalkan shalat, seperti lupa membaca al-Fâtihah, maka dia harus bangun lagi ketika imam salam dan mengerjakan rakaat yang dihukumi batal karena lupa baca al-Fâtihahnya, kemudian bertasyahud dan sujud sahwi setelah salam.

3. Makmûm masbûq dan imam lupa yang mengharuskannya sujud sahwi sebelum dan setelah salam.
Adapun makmûm masbûq adalah orang yang tertinggal satu rakaat atau lebih dalam shalat berjamaah sehingga tidak memulai shalat bersama imam. Apabila makmûm masbûq mendapati imam sujud sahwi sebelum salam maka dia wajib mengikuti sang imam dan tidak salam bersama imam, akan tetapi menyempurnakan shalatnya.

Contoh: Seorang masbûq mendapatkan imam dalam rakaat kedua atau ketiga dan imam setelah rakaat kedua langsung berdiri tanpa tasyahud awal. Imam diwajibkan sujud sahwi sebelum salam, maka makmûm masbûq tadi juga ikut sujud sahwi bersama imam kemudian menyempurnakan shalatnya.

Apabila imam melakukan sujud sahwi setelah salam maka ia tidak mengikuti imam, karena makmûm masbûq tidak boleh ikut salam bersama imam. Bahkan wajib bagi sang makmûm untuk menyempurnakan rakaat yang terlewatkan kemudian salam.

Dalam permasalahan ini ada dua keadaan makmûm masbûq ketika mendapati imam lupa dan imam harus melakukan sujud sahwi:

a. Mendapatkan imam dalam keadaan lupa dalam shalatnya.
Apabila makmûm masbûq mendapatkan imam lupa yang mengharuskan sujud sahwi, maka apabila sang imam melakukan sujud sahwi sebelum salam maka makmûm masbûq ikut sujud bersama imam kemudian menyempurnakan kekurangan yang ada kemudian sujud sahwi lagi dan salam. Hal itu karena sujud sahwi pertama bersama imam tidak pada tempatnya sebab sujud sahwi tidak dilakukan di pertengahan shalat tapi di akhir shalat. Sujud bersama imam tersebut karena kewajiban mengikuti imamnya saja. Sedangkan sujud sahwi yang kedua dikarena dia melakukan kesalahan yang terjadi pada imam juga terjadi pada makmûm.

Contoh: Seorang masbûq mendapatkan imam dalam rakaat kedua dan imam setelah rakaat kedua langsung berdiri tanpa tasyahud awal. Imam diwajibkan sujud sahwi sebelum salam, maka makmûm masbûq tadi juga ikut sujud sahwi bersama imam kemudian menyempurnakan shalatnya dan sujud sahwi lagi sebelum salam kemudian salam. Hal ini karena kesalahan tersebut terjadi pada imam dan juga pada makmûm.

Apabila makmûm masbûq mendapatkan sang imam melakukan kesalahan karena lupa dalam shalat yang mengharuskannya melakukan sujud sahwi setelah salam, maka dia tidak mengikuti imam sujud sahwi, akan tetapi bangkit berdiri dan menyempurnakan shalatkanya serta salam, kemudian sujud sahwi dan salam.

Contoh: Imam menambah satu ruku’ karena lupa dirakaat ketiga dan makmûm mendapati shalat bersama imam pada rakaat kedua, maka makmûm tidak ikut sujud sahwi bersama imam karena imam sujud sahwi setelah salam, namun wajib baginya melakukan sujud sahwi setelah sempurna shalatnya.

Baca Juga  Menggemarkan Shalat Sunnah Rawâtib

b. Tidak mendapatkan waktu sang imam lupa dalam shalatnya
Apabila makmûm masbûq dan imam lupa pada bagian yang mengharuskan sujud sahwi sebelum makmûm tersebut shalat bersamanya, maka apabila sang imam melakukan sujud sahwi sebelum salam maka makmûm masbûq ikut sujud bersama imam untuk mengikuti imam yang belum memutus shalatnya. Kemudian menyempurnakan kekurangan yang ada kemudian salam tanpa melakukan sujud sahwi lagi.

Contohnya: Imam tidak membaca zikir pada ruku’ di rakaat pertama, maka ia harus sujud sahwi sebelum salam dan makmûm masbûq mendapati salat bersama imam di rakaat kedua. Dala keadaan seperti ini, Makmûm masbûq ikut sujud sahwi bersama imam untuk ikut dan tidak menyelisihi imam dan imam juga belum memutus shalatnya dengan salam. Apabila imam mengucapkan salam maka sang makmûm berdiri menyempurnakan kekurangan rakaat yang ada kemudian salam. Makmûm tidak melakukan sujud sahwi sendiri karena kejadian lupa pada imam tersebut terjadi sebelum makmûm tersebut shalat bersama imam.

Apabila imam tersebut meninggalkan amalan shalat yang mengharuskannya sujud sahwi setelah salam maka makmûm tidak sujud sahwi bersama imam dan menyempurnakan shalatnya tanpa sujud sahwi sama sekali, karena ia ikut imam dalam keadaan yang sempurna tidak lupa dan lupa terjadi sebelum ia shalat bersama imam tersebut.

4. Makmûm masbûq lupa sedangkan imamnya tidak lupa.
Apabila makmûm masbûq lupa dalam shalatnya, sedangkan imam tidak lupa, maka makmûm tersebut melakukan sujud sahwi setelah menyempurnakan shalatnya, baik ia lupa dalam keadaan makmûm bersama imam atau setelah imam salam dan dia bangkit untuk menyempurnakan kekurangan rakaat shaaltnya.

Contohnya: Makmûm melakukan shalat bersama imam pada rakaat kedua dan pada duduk diantara dua sujud lupa zikir kemudian shalat tetap berlangsung hingga imam salam. Maka makmûm diwajiban untuk menyempurnakan rakaat yang tertinggal kemudian sujud sahwi sebelum salam untuk menutupi kekurangan yang terjadi dalam shalatnya dan dia sudah terpisah dari imamnya, sehingga tidak menyelisihi imam dalam sujud sahwinya tersebut.

HUKUM MASBUQ APABILA SALAM BERSAMA IMAM
Apabila imam salam dari shalat dan masbûq juga ikut salam, maka wajib baginya menyempurnakan shalat dan salam lagi kemudian sujud sahwi dan salam. Hal itu untuk memperbaiki kesalahan dengan adanya pertambahan salam yang menjadi rukun dalam shalatnya baik dia telah sujud bersama imam yang melakukan sujud sahwi sebelum salam atau tidak, karena sujud sahwi masbûq tersebut tempatnya adalah setelah salam.

Ibnu Qudâmah rahimahullah berkata: Seandainya ia lupa lalu salam bersama imam, maka ia bangkit berdiri dan menyempurnakan shalatnya kemudian sujud sahwi setelah salam seperti orang yang shalat sendiri.[3]

Demikian juga apabila masbûq lupa pada sebagian yang didapatkannya bersama imam dalam shalat dan imam juga lupa.

Contohnya: Imam tidak bertasbih ketika sujud karena lupa di rakaat pertama sehingga diharuskan sujud sahwi sebelum salam dan makmûm mendapati shalat bersama imam di rakaat kedua. lalu makmûm lupa bertasbih pada ruku’. Maka makmûm mengikuti imam sujud sahwi sebelum salam bersama imam. Apabila imam telah salam maka makmûm menyempurnakan shalatnya dan sujud sahwi lagi sebelum salam kemudian salam.

PERBEDAAN KEYAKINAN IMAM DAN MAKMUM TENTANG PERKARA YANG MEWAJIBKAN SUJUD SAHWI
Sudah dimaklumi adanya perbedaan pendapat diantara para ulama seputar beberapa rukun atau kewajiban dalam shalat, seperti Tahiyat awal. Ada diantara ulama yang menyatakan hukumnya wajib dan ada yang menyatakan hukumnya sunah, apabila lupa dikerjakan maka tidak wajib sujud sahwi.

Seandainya imam lupa melakukan tasyahud awal dalam keadaan yakin hukumnya sunah dan tidak sujud sahwi, maka makmûm yang memandangnya wajib tidak melakukan sujud sahwi, karena diwajibkan untuk mengikuti imam, sehingga imam bila sujud sahwi, maka makmûm ikut sujud sahwi dan bila tidak sujud sahwi maka makmûm tidak sujud sahwi. [4]

Demikianlah sebagian masalah seputar sujud sahwi pada makmûm, semoga bermanfaat.

Wabillahi Taufiq.

(Diadaptasi dari kitab Sujud as-Sahwi Fi Dhau’ as-Sunnah al-Muthaharah karya Prof. Dr. Abdullah ath-Thayâr, Tahqîq Dhawâbith di Sujud as-Sahwi karya Walîd bin Râsyid as-Sa’idân dan risalah di Sujud as-Sahwi karya Ibnu Utsaimîn)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XXI/1439H/2018M.  Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196. Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] Lihat al-Minhâj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjâj, 4/134.
[2] Syarh as-Suyûthi ‘ala Shahih Muslim 2/142.
[3] Al-Mughni 2/42.
[4] Sujud as-Sahwi Fi Dhau’ as-Sunnah al-Muthaharah hlm

  1. Home
  2. /
  3. A9. Fiqih Ibadah3 Shalat
  4. /
  5. Sujud Sahwi Bagi Makmûm