Dalil-Dalil Akan Keluarnya Ya’-juj dan Ma’-juj
BERANGKAINYA KEMUNCULAN TANDA-TANDA BESAR KIAMAT
Oleh
Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil
Pasal Keempat YA’-JUJ DAN MA’-JUJ
3. Dalil-Dalil Akan Keluarnya Ya’-juj dan Ma’-juj
Keluarnya Ya’-juj dan Ma’-juj pada akhir zaman adalah salah satu tanda dari tanda-tanda besar Kiamat. Kemunculan mereka telah ditunjuki oleh al-Kitab dan as-Sunnah.
a. Dalil-dalil dari al-Qur-an al-Karim:
1). Allah Ta’ala berfirman:
وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَاِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ اَبْصَارُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ يٰوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِيْ غَفْلَةٍ مِّنْ هٰذَا بَلْ كُنَّا ظٰلِمِيْنَ
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari Berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang kafir. (Mereka berkata,) ‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zhalim.” (Al-Anbiyaa/21: 97)
2). Allah Ta’ala berfirman di dalam kisah-Nya tentang Dzul Qarnain:
ثُمَّ اَتْبَعَ سَبَبًا ٩٢حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُوْنِهِمَا قَوْمًاۙ لَّا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ قَوْلًا ٩٣ قَالُوْا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِنَّ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلٰٓى اَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا ٩٤ قَالَ مَا مَكَّنِّيْ فِيْهِ رَبِّيْ خَيْرٌ فَاَعِيْنُوْنِيْ بِقُوَّةٍ اَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا ۙ ٩٥ اٰتُوْنِيْ زُبَرَ الْحَدِيْدِۗ حَتّٰىٓ اِذَا سَاوٰى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوْا ۗحَتّٰىٓ اِذَا جَعَلَهٗ نَارًاۙ قَالَ اٰتُوْنِيْٓ اُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا ۗ ٩٦ فَمَا اسْطَاعُوْٓا اَنْ يَّظْهَرُوْهُ وَمَا اسْتَطَاعُوْا لَهٗ نَقْبًا ٩٧ قَالَ هٰذَا رَحْمَةٌ مِّنْ رَّبِّيْۚ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ رَبِّيْ جَعَلَهٗ دَكَّاۤءَۚ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّيْ حَقًّا ۗ ٩٨ وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَىِٕذٍ يَّمُوْجُ فِيْ بَعْضٍ وَّنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَجَمَعْنٰهُمْ جَمْعًا ۙ
“Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain). Hingga ketika dia sampai di antara dua gunung, didapati di belakang (kedua gunung itu) suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan. Mereka berkata, ‘Wahai Dzul Qarnain, sesungguhnya Ya’-juj dan Ma’-juj itu (makhluk yang berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?’ Dzul Qarnain berkata, ‘Apa yang telah dianugerahkan Rabb-ku kepadaku lebih baik (dari-pada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.’ Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Dzul Qarnain) berkata, ‘Tiuplah (api itu).’ Ketika besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu).’ Maka mereka (Ya’-juj dan Ma’-juj) tidak dapat mendakinya dan tidak dapat (pula) melubanginya. Dia (Dzul Qarnain) berkata, ‘(Dinding) ini adalah rahmat dari Rabb-ku, maka apabila janji Rabb-ku sudah datang, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabb-ku itu adalah benar.’ Kami biarkan mereka (Ya’-juj dan Ma’-juj) di hari itu berbaur antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sang-kakala, lalu Kami kumpulkan mereka semuanya.” (Al-Kahfi/18: 92-99)
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Allah memudahkan Dzul Qarnain,[1] seorang raja shalih, untuk membangun sebuah dinding besar agar menjadi penghalang bagi Ya’-juj dan Ma’-juj yang telah melakukan kerusakan di muka bumi dan di tengah-tengah manusia. Apabila telah datang waktu yang ditentu-kan, dan Kiamat telah dekat, maka dinding tersebut akan terbuka dan Ya’-juj
dan Ma’-juj akan keluar dengan sangat cepat, dalam jumlah yang sangat banyak, tidak ada seorang pun yang mampu menghadapinya, mereka berbaur di tengah-tengah manusia dan menyebarkan kerusakan di muka bumi.
Ini adalah salah satu tanda dekatnya tiupan sangkakala, hancurnya dunia, dan tegaknya Kiamat,[2] sebagaimana akan dijelaskan dalam beberapa hadits shahih.
b. Dalil-dalil dari as-Sunnah yang shahih
Hadits-hadits yang menunjukkan akan keluarnya Ya’-juj dan Ma’-juj adalah banyak, mencapai derajat mutawatir secara makna, sebagiannya telah disebutkan dan pada kesempatan ini akan kami ungkapkan sebagian dari hadits-hadits tersebut, di antaranya:
1). Diriwayatkan dalam ash-Shahiihain dari Ummu Habibah binti Abi Suf-yan, dari Zainab binti Jahsy Radhiyallahu anhuma, bahwasanya pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepadanya dengan kaget, beliau berkata:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ، فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مِثْلُ هَذِهِ (وَحَلَّقَ بإِصْبَعِهِ اْلإِبْهَامَ والَّتِي تَلِيْهَا) فَقَالَتْ زَيْنَبُ بِنْتُ جَحْشٍ: فَقُلْتُ: يَا رَسُـوْلَ اللهِ أََنُهْلِكُ وَفِيْنَا الصَّالِحُوْنَ؟ قَالَ: نَعَمْ، إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ.
“Laa ilaaha illallaah, celakalah orang Arab karena kejelekan telah dekat, hari ini dinding penghalang Ya’-juj dan Ma’-juj telah terbuka seperti ini.” (Beliau melingkarkan kedua jarinya; ibu jari dan telunjuknya). Zainab binti Jahsy berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah kami akan binasa sementara di antara kami masih ada orang-orang yang shalih?’ Beliau menjawab, ‘Ya, apabila kejelekan merajalela.’”[3]
2). Diriwayatkan dalam hadits an-Nawwas bin Sam’an Radhiyallahu anhu, di dalamnya diungkapkan:
إِذَا أَوْحَى اللهُ إِلَى عِيْسَى: أَنِّيْ قَدْ أَخْرَجْتُ عِبَادًا لِيْ لاَ يَدَانِ لأَحَدٍ بِقِتَالِهمْ، فَحَرِّزْ عِبَادِيْ إِلَى الطُّوْرِ، وَيَبْعَثُ اللهُ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُوْنَ، فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبْرَيَّةَ، فَيَشْرَبُوْنَ مَـا فِيْهَا، وَيَمُرُّ آخِرُهُمْ فَيَقُوْلُوْنَ: لَقَدْ كَانَ بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ، وَيُحْصَرُ نَبِيُّ اللهِ عِيْسَى وَأَصْحَابُهُ، حَتَّى يَكُوْنَ رَأْسُ الثَّوْرِ لأَحَدِهِمْ خَيْرًا مِنْ مِائَةِ دِيْنَارٍ لأَحَدِكُمُ الْيَوْمَ، فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيْسَى وَأَصْحَابُهُ فَيُرْسِلُ اللهُ عَلَيْهِمُ النَّغَفَ فِيْ رِقَابِهِمْ فَيُصْبِحُوْنَ فَرْسَى، كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ؛ ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِيُّ اللهِ عِيْسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اْلأَرْضِ فَلاَ يَجِدُوْنَ فِي اْلأَرْضِ مَوْضِعَ شِبْرٍ إِلاَّ مَلأَهُ زَهَمُهُمْ وَنَتْنُهُمْ، فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيْسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى الله، فَيُرْسِلُ اللهُ طَيْرًا كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ اللهُ.
“Ketika Allah mewahyukan kepada ‘Isa, ‘Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku, tidak ada seorang pun dapat mengalahkannya, maka kumpulkanlah hamba-hamba-Ku ke gunung Thur, kemudian Allah mengutus Ya’-juj dan Ma’-juj, mereka datang dari setiap tempat yang tinggi. Maka kelompok pertama dari mereka melewati danau Tha-bariyyah, mereka meminum airnya, lalu orang yang belakangan dari mereka berkata, ‘Di danau ini dulu pernah ada airnya.’ Nabiyullah ‘Isa dan para Sahabatnya dikepung, sehingga pada hari itu kepala seekor sapi lebih berharga daripada seratus dinar milik salah seorang dari kalian. Kemudian Nabiyullah ‘Isa dan para Sahabatnya berdo’a kepada Allah, lalu Allah mengutus ulat-ulat pada leher-leher mereka (Ya’-juj dan Ma’-juj), akhirnya mereka semua mati bagaikan satu jiwa yang mati. Kemudian Nabiyullah ‘Isa dan para Sahabatnya turun (dari gunung) ke bumi, dan ternyata mereka tidak mendapati satu jengkal pun di bumi kecuali penuh dengan bau busuk dan bangkai mereka. Selanjutnya Nabiyullah ‘Isa dengan para Sahabatnya berdo’a kepada Allah, maka Allah mengutus sekelompok burung yang lehernya bagaikan leher unta, lalu burung ter-sebut mengambil dan melemparkan bangkai-bangkai itu ke mana saja sesuai dengan kehendak Allah.”[4]
Diriwayatkan oleh Muslim. Dalam riwayat lain ada tambahan -setelah ungkapan- (لَقَدْ كَانَ بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ), “Kemudian mereka berjalan sehingga mereka sampai ke gunung al-khamr, yaitu gunung Baitul Maqdis, lalu mereka berkata, ‘Kita telah membunuh orang-orang yang ada di bumi, marilah kita bunuh makhluk yang ada di langit.’ Lalu mereka melemparkan anak panah mereka ke langit, lalu Allah mengembalikan panah-panah mereka yang telah dilumuri darah.”[5]
3). Dijelaskan dalam hadits Hudzaifah bin Asid Radhiyallahu anhu ketika menguraikan tanda-tanda Kiamat, diungkapkan di antaranya, “Ya’-juj dan Ma’-juj.”[6]
4). Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Ketika malam diisra’kannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berjumpa dengan Ibrahim, Musa, dan ‘Isa Alaihimussalam, lalu mereka membicarakan tentang Kiamat… hing-ga beliau bersabda, ‘Maka mereka mengembalikan pembicaraan kepada ‘Isa.’ (Lalu beliau (‘Isa) menyebutkan terbunuhnya Dajjal, kemudian berkata,) ‘Selanjutnya manusia kembali ke negeri-negeri mereka, lalu dihadang oleh Ya’-juj dan Ma’-juj yang berdatangan dengan cepat dari setiap tempat yang tinggi, mereka tidak akan melewati air kecuali meminumnya, tidak juga melewati sesuatu kecuali menghancurkannya, kemudian mereka (para Sahabat ‘Isa) meminta pertolongan kepadaku, lalu aku berdo’a kepada Allah, maka Allah membinasakan Selanjutnya bumi menjadi bau karena bangkai mereka, kemudian mereka (para Sahabat ‘Isa) memohon kepadaku, lalu aku berdo’a kepada Allah, akhirnya Allah mengirimkan hujan dari langit yang membawa dan melemparkan jasad-jasad mereka ke lautan.”[7]
5.) Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (lalu beliau menuturkan hadits, di dalamnya terdapat ungkapan:)
وَيَخْرُجُوْنَ عَلَـى النَّاسِ، فَيَسْتَقُوْنَ الْمِيَاهُ، وَيَفِرُّ النَّاسُ مِنْهُمْ فَيَرْمُوْنَ بِسِهَامِهِمْ فِي السَّمَاءِ، فَتَرْجِعُ مَخْضَبَةً بِالدِّمَاءِ، فَيَقُوْلُوْنَ: قَهَرْنَا أَهْلَ اْلأَرْضِ وَغَلَبْنَا مَنْ فِـي السَّمَاءِ قُوَّةً وَعُلُوًّا. قَالَ: فَيَبْعَثُ اللهُ عَلَيْهِمْ نَغَفًا فِـي أَقْفَائِهِمْ. قَالَ: فَيُهْلِكُهُمْ، وَالَّذِيْ نَفْسِى مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، إِنَّ دَوَابَّ اْلأَرْضِ لَتَسْمَنُ وَتَبْطَرُ وَتَشْكُـرُ شَكَرًا، وَتَسْكُـرُ سَكَرًا مِنْ لُحُوْمِهِمْ.
“Dan mereka keluar menuju manusia, maka mereka mengambil air dan manusia lari menjauhi mereka. Mereka melemparkan panah-panah me-reka ke langit, lalu (panah-panah tersebut) kembali dengan penuh darah, mereka berkata, ‘Kita telah mengalahkan penghuni bumi dan telah meng-ungguli kekuatan dan ketinggian orang-orang yang ada di langit.’” Beliau bersabda, “Lalu Allah Azza wa Jalla mengutus ulat-ulat di leher-leher mereka.” Beliau bersabda, “Allah menghancurkan mereka. Demi Rabb yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya binatang-binatang bumi menjadi gemuk, penuh lemak dan susu, dan mabuk karena memakan daging mereka.” [8]
[Disalin dari kitab Asyraathus Saa’ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1] Dzul Qarnain, para ulama berbeda pendapat tentang nama aslinya. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma bahwa namanya adalah ‘Abdullah bin adh-Dhahhak bin Ma’d. Ada juga yang mengatakan Mush’ab bin ‘Abdillah bin Qinan bin al-Uzd, kemudian dari Qahthan ada juga yang mengatakan tidak demikian.
Dinamakan Dzul Qarnain karena dia telah mencapai daerah timur dan barat, yaitu daerah muncul dan terbenamnya tanduk syaitan, ada juga yang mengatakan tidak demikian. Dia adalah seorang hamba yang beriman lagi shalih, dia bukanlah Dzul Qarnain al-Iskandari al-Maqduni al-Misri yang kafir, dia datang lebih akhir setelah Dzul Qarnain yang diungkapkan dalam al-Qur-an, jarak waktu di antara keduanya lebih dari 2000 tahun.
Lihat an-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (II/102-106), dan Tafsiir Ibni Katsir (V/185-186).
[2] Lihat Tafsiir ath-Thabari (XVI/15-28, XVII/87-92), Tafsiir Ibni Katsir (V/191-196, V/366-372), dan Tafsiir al-Qurthubi (XI/341-342).
[3] Shahiih al-Bukhari, kitab al-Anbiyaa’, bab Qishshatu Ya’-juj wa Ma’-juj (VI/381, al-Fat-h), dan kitab al-Fitan (XIII/106, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah (XVIII/2-4, Syarh an-Nawawi).
[4] Shahiih Muslim, bab Dzikrud Dajjal (XVIII/68-69, Syarh an-Nawawi).
[5] Shahiih Muslim, bab Dzikrud Dajjal (XVIII/70-71, Syarh an-Nawawi).
[6] Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah (XVIII/27, Syarh an-Nawawi).
[7] Mustadrak al-Hakim (IV/488-489), al-Hakim berkata, “Sanadnya shahih, akan tetapi keduanya tidak meriwayatkannya.” Dan disepakati oleh adz-Dzahabi di dalam kitab Talkhish.
Dan diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad (IV/189-190, no. 3556), tahqiq Ahmad Syakir, beliau berkata, “Sanadnya shahih.”
Al-Albani berkata, “Dha’if.” Lihat Dha’iif al-Jaami’ish Shaghiir (V/20-21, no. 4712).
Kami katakan: Beberapa hadits memperkuat hadits ini sehingga menjadikannya shahih. Wallaahu a’lam.
[8] Sunan at-Tirmidzi, bab-bab Tafsiir, Suuratul Kahfi (VIII/597-599), at-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan gharib,” dan Sunan Ibni Majah, kitab al-Fitan (II/1364-1365, no. 4080), tahqiq Syaikh Muhammad Fu-ad ‘Abdul Baqi.
Dan diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak (IV/488), beliau berkata tentangnya, “Hadits shahih dengan syarat asy-Syaikhaini, akan tetapi keduanya tidak meriwayatkannya,” dan disepakati oleh adz-Dzahabi.
Al-Hafizh berkata dalam al-Fat-h (XIII/109), “Perawinya adalah perawi ash-Shahiih hanya saja Qatadah adalah Mudallis.”
Akan tetapi dijelaskan dalam riwayat Ibnu Majah bahwasanya Qatadah secara jelas menerangkan bahwa dia mendengarkannya dari gurunya, Abu Rafi’.
Dan dishahihkan pula oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (II/265-266, no. 2272).
- Home
- /
- A4. Bahasan Tanda-Tanda Kiamat2...
- /
- Dalil-Dalil Akan Keluarnya Ya’-juj...