Tafsir Surat An-Naas

TAFSIR SURAT AN-NAAS

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Allah berfirman:

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ

Katakanlah : “Aku berlindung kepada Rabb manusia” [An-Naas : 1]

مَلِكِ النَّاسِۙ 

Raja Manusia” [An-Naas : 2]

اِلٰهِ النَّاسِۙ

Sembahan manusia” [An-Naas : 3]

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ

Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi” [An-Naas : 4]

الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ

Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam manusia” [An-Naas : 5]

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

Dari jin dam manusia” [An-Naas : 6]

Mengenai “basmalah” telah berlalu penjelasannya

Allah berfirman :

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ

Katakanlah : “Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia” [An-Naas : 1]

Dia adalah Allah Azza wa Jalla. Dia adalah Rabb manusia dan yang lainnya. Rabb manusia, malaikat, jin, langit, bumi, matahari, bulan dan Rabb segala sesuatu. Tetapi pada surat ini, dikhususkan pada manusia.

Maliki an-naas” yaitu Raja yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi terhadap manusia, kekuasaanNya sangat sempurna, Dia-lah Allah Azza wa Jalla.

Ilaahi an-naas” adalah tuhan dan sembahan mereka. Sesembahan yang hak yaitu yang dituhankan oleh hati, dicintai dan diagungkanNya, Dialah Allah Azza wa Jalla.

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ

Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi” [An-Naas : 4]

الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ

Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam manusia” [An-Naas : 5]

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

Dari jin dam maunusia” [An-Naas : 6]

Berkata para ulama : “al-waswas” ialah masdar (kata dasar) yang berarti isim fa’il. Yaitu, “al-waswas” atau “al-waswasah”, maksudnya : apa yang terlintas dalam hati berupa fikiran, sangkaan, khayalan, yang tidak ada kebenarannya.

Baca Juga  Pesan Moral Dari Kisah Ashhabul-Kahfi-1

Al-khannaas” ialah yang memerpdayakan, mengganggu, yang pergi dan datang ketika seseorang berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, dia adalah syetan. Oleh karena itu, jika adzan berkumandang syetan akan lari terkentut-kentut sehngga tidak lagi terdengar adzan tersebut. Ia akan kembali jika adzan selesai. Dan akan kembali lari jika mendengar iqamah. Jika iqamah selesai, ia akan kembali untuk mengganggu orang yang sedang shalat. Ia akan katakan : ingatlah ini, ingatlah ini. Orang itu terus diganggu sehingga ia tidak mengetahui berapa rakaat yang telah ia kerjakan. [1] Oleh karena itu, terdapat dalam sebuah atsar.

“Jika syaithan datang mengganggu maka segeralah kumandangkan adzan” [2]

“Al-ghilan” ialah syetan yang dikhayalkan seorang musafir seolah-olah sesuatu yang menakutkan, atau kedatangan musuh atau yang seumpamanya. Jika seseorang takbir, syetan itu akan lari.

“Min al-jannati wa an-naas” was-was (bisikan) ini bisa dari jin ataupun dari manusia. Adapun was-was yang datang dari jin, adalah hal yang nyata, sebab ia mengalir di aliran darah manusia. Adapun was-was dari manusia yaitu dengan membisikkan kepada orang lain suatu kejahatan dan menghiasinya, sehingga orang itu menerima kejahatan tersebut, kemudian ia pun pergi meninggalkan orang tersebut.

Ketiga surat ini (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas) dibaca Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau hendak pergi keperaduan ; beliau menghembuskan ke telapak tangannya kemudian mengusapkannya ke wajah dan anggota badannya yang dapat ia usap, [3] dan terkadang beliau membacanya setiap selesai shalat fardhu. [4]

Maka sudah sepantasnya bagi seorang insan melaksanakan sunnah ini dengan membaca tiga surat tersebut pada tempat-tempat yang telah ditentukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Baca Juga  Tafsir Surat Az-Zalzalah

Dengan ini, berakhirlah juz terkahir dari Al-Qur’an, yaitu juz An-Naba’.

Wallahu A’lam. Shalawat dan salam semoga terlimpah atas Nabi kita Muhammad dan seluruh shabat beliau.

[Disalin dari kitab Tafsir Juz ‘Amma, edisi Indonesia Tafsir Juz ‘Amma, penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari, penerbit At-Tibyan – Solo]
________
Footnote
[1]. Hadits riwayat Al-Bukhari dalam Kitab Adzan, bab : Fadhilah adzan, no. 607. Muslim dalam kitab Shalat, bab ; Fadhilah adzan dan larinya syetan ketika mendengarnya, no. 389, 83
[2]. Hadits riwayat Ahmad dalam Musnad, no. 14277
[3]. Hadits riwayat Al-Bukhari dalam kitab Fadhilah Al-Qur’an, bab : Fadhilah Mu’awwidzaat, no. 5017
[4] Hadits riwayat Abu Daud dalam Kitab Witir, bab : Istighfar, no. 1523. An-Nasa’i dalam Kitab As-Sahwi (lupa), bab : Perintah membaca Al-Mu’awwidzzat setelelah salam, no. 1337. Al-Hakim I/253 dan ia menshahihkan hadits ini karena sesuai dengan syarat Muslim