Lailatul Qadar
SYI’AR-SYI’AR TA’ABBUDIYYAH PADA BULAN RAMADHAN DAN PENGARUHNYA
Pembahasan 2
LAILATUL QADAR
Malam ini termasuk salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh umat Muhammad, yaitu malam kemuliaan dan penghormatan bagi umat yang agung lagi terpuji ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyinggung tentang keutamaan umat ini dalam Kitab-Nya yang memberi penjelasan yang nyata, di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ﴿٣﴾فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ﴿٤﴾أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus Rasul-Rasul.” [Ad-Dukhaan/44: 3-5]
Dia Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ﴿١﴾وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ﴿٢﴾لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ﴿٣﴾تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ﴿٤﴾سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur-an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemulia-an itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun Malaikat-Malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” [Al-Qadr/97: 1-5]
Disebut lailatul qadar karena ia merupakan malam yang mulia lagi agung, yang padanya Allah menetapkan apa yang terjadi dalam satu tahun mengenai masalah-masalah yang bijak.
Para ulama menyebutkan beberapa keutamaan lailatul qadar, di antaranya adalah:
- Bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan al-Qur-an pada malam itu.
- Malam itu lebih baik dari seribu bulan.
- Turunnya para Malaikat pada malam itu.
- Banyaknya keselamatan pada malam itu dari adzab سَلاَمٌ هِيَ “Malam penuh keselamatan”.
- Mengenai keutamaannya, Allah Ta’ala menurunkan satu surat penuh yang dibaca hingga hari Kiamat.
Sudah pasti malam itu berlangsung pada bulan Ramadhan, pada sepuluh malam terakhir dari bulan tersebut, yakni pada hari-hari ganjil. Hal itu didasarkan pada apa yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah Radhiyallahu anha, di mana dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan…’”[1]
Juga apa yang diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ.
“Carilah lailatul qadar pada tanggal ganjil dari sepuluh malam terakhir (dari bulan Ramadhan).”[2]
Disunnahkan padanya untuk melakukan qiyamul lail, banyak memanjatkan do’a, istighfar, dan shadaqah, karena lailatul qadar merupakan waktu yang sangat agung.
Hal tersebut telah ditunjukkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa mengerjakan qiyam (shalat Tahajjud) pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan diberikan ampunan atas dosa-nya yang telah lalu.”[3]
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyembunyikan ilmu tentangnya (waktu munculnya lailatul qadar) dari hamba-hamba-Nya sebagai rahmat bagi mereka untuk memperbanyak amalan mereka dan mencarinya pada malam-malam yang penuh kemuliaan itu dengan shalat, dzikir dan do’a. Sehingga dengan demikian, mereka akan ber-tambah dekat kepada Allah dan semakin banyak pula pahala yang didapat dari-Nya. Selain itu, Allah menyembunyikan pengetahuan tentang malam itu sebagai upaya untuk menguji mereka, sehingga dapat diketahui siapa yang bersungguh-sungguh dan gigih dalam mencarinya dan siapa pula yang malas lagi mengabaikannya. Sebab, orang yang ingin mendapatkan sesuatu maka dia akan bersungguh-sungguh dalam memperolehnya dan segala sesuatu terasa sangat ringan dalam merealisasikannya. Tetapi terkadang, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memperlihatkan malam itu kepada sebagian hamba-Nya dengan beberapa tanda yang dapat mereka ketahui, sebagai-mana yang pernah disaksikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersujud pada pagi harinya di air dan tanah liat.[4]
[Disalin dari buku “Meraih Puasa Sempurna”, Diterjemahkan dari kitab “Ash-Shiyaam, Ahkaam wa Aa-daab”, karya Dr. ‘Abdullah bin Muhammad bin Ahmad ath-Thayyar, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir].
_______
Footnote
[1] Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. (Shahiih al-Bukhari (III/41) dan Shahiih Muslim (III/170))
[2] Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. (Shahiih al-Bukhari (III/41) dan Shahiih Muslim (III/170))
[3] Diriwayatkan oleh al-Bukhari. (Shahiih al-Bukhari (III/40))
[4] Majaalisu Syahri Ramadhaan (hal. 107). Dan ada beberapa orang peneliti yang telah melakukan kajian secara detail, di mana mereka menyebutkan lebih dari enam puluh pendapat mengenai malam lailatul qadar ini. Sebagian pendapat saat ditahqiq (diteliti), kembali lagi kepada sebagian lainnya. Tetapi yang rajih, wallaahu a’lam, adalah apa yang telah kami sebutkan di atas. Se-bagai tambahan pengetahuan, lihat al-Haawii lil Fataawaa, karya as-Suyuthi (I/333). Dia mengungkapkan: “Mengenai lailatul qadar itu banyak pendapat yang telah saya hitung, terdapat kurang lebih lima puluh pendapat, ‘Wahai saudaraku, shalatlah.’” Lihat kitab Suthuu’ul Badr bi Fadhaa–ili Lailatil Qadar karya Ibrahim al-Hazimi (hal. 69 dan setelahnya).
- Home
- /
- A9. Fiqih Ibadah5 Puasa...
- /
- Lailatul Qadar