Celaan Atau Ejekan dengan Sebagian Surat Al-Qur’an

HATI-HATI CELAAN YANG MENGANDUNG EJEKAN DENGAN SEBAGIAN SURAT AL-QUR’AN AL-KARIM

Pertanyaan
Sangat disayangkan ada surat yang sampai kepadaku dan ditujukan kepada (orang puasa yang bertanya), “Surat Al-Qur’an apa yang paling dekat di hati anda pada bulan Ramadhan?! Dia berkata, “Surat Al-Maidah (tempat hidangan makanan), Dukhon (asap), An-Nisa’ (Para wanita)? Mohon penjelasan terkait celaan semacam ini?

Jawaban
Alhamdulillah.
Perkataan yang disebutkan itu termasuk kemungkaran besar, pelecehan dengan kalam Allah Ta’ala. Dimana ia termasuk perkataan yang paling agung dan termulia. Orang yang mengejeknya termasuk kafir  diancam dengan ancaman berat. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجٌ مَا تَحْذَرُونَ (64) وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: “Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya).” Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” [At-Taubah/9: 64-66].

Hal ini tidak terjadi kecuali kepada orang bodoh dan berani melanggar hukum Allah, mereka menyangka hanya sekedar bergurau dan rehat semata. Sebagaimana kondisi orang-orang yang diturunkan ayat mulia ini.

Telah diriwayatkan Imam Thabari dalam tafsirnya (14/333) dari Sa’ad dari Zaid bin Aslam:

أن رجلاً مِن المنافقين قال لعوف بن مالك في غزوة تَبوك: ما لقُرَّائنا هؤلاء؛ أرغبنا بطونًا وأكذبنا ألسنةً، وأجبننا عند اللقاء؟! فقال له عوف: كذبتَ، ولكنك منافقٌ، لأُخْبِرَنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم، فذهب عوفٌ إلى رسول الله ليُخبره، فوجد القرآن قد سبَقه، قال زيد: قال عبدالله بن عمر: فنظرتُ إليه مُتعلقًا بحَقَب ناقة رسول الله صلى الله عليه وسلم تنكبُهُ الحجارة، يقول: ( إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ) [التوبة: 65]، فيقول له النبيُّ صلى الله عليه وسلم: ( أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ ) [التوبة: 65]؟ ما يَزيدُه.

Ada seseorang dari kalangan orang munafik mengatakan kepada Auf bin Malik dalam perang Tabuk, “Ada apa dengan orang-orang yang pandai membaca Qur’an diantara kita? Paling gendut perutnya dan paling pembohong lisan diantara kita serta paling pengecut diantara kita ketika bertemu (dengan musuh)? Maka Auf mengatakan kepadanya, “Engkau bohong. Sesungguhnya kamu adalah munafik. Pasti akan saya laporkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Maka Auf pergi menemui Rasulullah untuk melaporkan kepadanya. Ternyata Al-Qur’an telah mendahuluinya. Maka Zaid mengatakan, Abdullah bin Umar mengatakan, “Saya melihat dia bergelantungan di pelana unta Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tersandung bebatuan. Dia mengatakan, (Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja) At-Taubah/9: 65. Maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan kepadanya, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”  At-Taubah/9: 65. Tanpa menambahinya.

Abu Bakar Al-Arabi rahimahullah dalam tafsirnya, (2/543) mengatakan, “Apa yang mereka katakan tidak keluar dari kesungguhan atau permainan. Dalam kondisi bagaimanapun juga, dia kafir. Kalau bermain dengan kekufuran, maka dia kafir. Tidak ada perbedaan diantara umat. Karena merealisasikan (keseriusan) itu saudara kebenaran dan  ilmu, sementara permainan itu saudara kebatilan dan kebodohan.” Selesai

Baca Juga  Mencaci Kaum Muslimin dan Memuji Kaum Kafir

Surat-surat yang mulia ini ingin mengandung hukum, syariat dan nasehat. Seorang mukmin mencintainya karena ia adalah kalamullah. Bukan karena ia disebutkan Al-Maidah (hidangan) atau disebutkan An-Nisaa’ (para wanita). Apalagi hal ini dikaitkan dengan puasa yang menghalangi dari dua syahwat, perut dan kemaluan.

Kemudian dalam celaan jelek ini ada penyelewangan makna kalamullah. Menjurus kepada sesuatu yang dibenci dan diharamkan. Asap merupakan tanda diantara tanda-tanda hari kiamat. Bukan asap haram yang biasa dihirup dan semisalnya. Dimana seperti apa yang diharapkan orang fajir yang bermain-main. Allah Ta’ala berfirman:

فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ (10) يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (11) رَبَّنَا اكْشِفْ عَنَّا الْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ (12) أَنَّى لَهُمُ الذِّكْرَى وَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مُبِينٌ

Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata. yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman.” Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal telah datang kepada mereka seorang rasul yang memberi penjelasan.” [ Ad-Dukhon/44: 10-13].

Seharusnya orang yang mendapatkan surat semacam ini mengingkarinya. Dan memberi nasehat kepada orang yang mengirimnya. Agar tidak mengulangi menyebarkannya karena di dalamnya mengandung kekufuran kepada Allah Ta’ala dan melecehkan kalam-Nya.

Seharusnya berhati-hati atas hasil lisan. Karena satu kata bisa jadi menjerumuskan orangnya ke neraka, sejauh antara timur dan barat.

Diriwayatkan Bukhori, (6478) dan Muslim, (2988) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa beliau mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

Sesungguhnya seorang hamba berbicara suatu perkataan dari keredoaan Allah, tidak terpikirkan dalam benaknya, maka Allah angkat derajatnya. Dan seorang hamba berbicara suatu perkataan dari kemurkaan Allah yang tidak terpikirkan dalam benaknya. Dapat menjerumuskannya ke neraka Jahanam.

Diriwayatkan Bukhori, (6477) dan Muslim, (2988) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Baca Juga  Awas Bahaya Menghina Agama!

إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا، يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ المَشْرِقِ

Sesungguhnya seorang hamba  berbicara dengan suatu perkataan, tanpa penjelasan di dalamnya. Menjerumuskannya ke neraka lebih jauh dari timur.

Dalam Tirmizi, (2319) dan Ibnu Majah, (3969) dari Bilal bin Harits Al-Muzani sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata, saya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ ، فَيَكْتُبُ اللَّهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ ، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ فَيَكْتُبُ اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ

Sesungguhnya salah satu diantara kamu, berbicara dengan suatu pembicaraan dari keredoan Allah, dia tidak menyangka akan sampai kemana-mana. Maka Allah mencatat baginya keredoan-Nya sampai hari ketika bertemu dengan-Nya. Dan salah satu diantara kamu berbicara dengan suatu pembicaraan dari kemurkaan Allah, dia tidak menyangka akan sampai kemana-mana, maka Allah catat baginya  kemurkaan-Nya sampai bertemu dengan-Nya. [Dinyatakan shahih oleh Albani di Shahih Tirmizi]

Kita memohon keselamatan dan kesehatan kepada Allah.

Perlu diketahui bahwa bergurau dengan kekufuran itu kafir menurut kesepakatan para ulama’. Seperti perkataan Ibnul Arabi tadi, tidak disyaratkan dia bermaksud bermain-main. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Disana ada tiga tingkatan, tingkatan pertama dia bermaksud berbicara dan menghina. Ini prilaku sungguhan. Sebagaimana yang dilakukan musuh-musuh Islam dengan menghina Islam.

Kedua: dia bermaksud berbicara tanpa menghina. Artinya yang menunjukkan ke arah penghinaan. Akan tetapi bergurau tidak serius. Ini seperti hukum pertama. Dia kafir karena ia termasuk penghinaan dan pelecehan.

Tingkatan ketiga: tidak bermaksud pembicaraan dan tidak juga menghina. Cuma keseleo lisannya. Berbicara yang menunjukkan penghinaan tanpa ada maksud sama sekali. tidak bermaksud berbicara juga tidak bermaksud menghina. Ini yang tidak terkena hukuman. Dan kondisi seperti ini Allah turunkan firman-Nya:

لا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah),” [ Al-Baqarah/2: 225]

Ini adalah perkataan seseorang di pertengahan pembicaraan. Tidak demi Allah, ya demi Allah. Maksudnya tidak sengaja. Ini tidak termasuk hukum  bersumpah beneran. Segala sesuatu yang keluar dari lisan seseorang tanpa sengaja, maka ia tidak ada hukumnya.” Selesai dari Fatawa Nurun ‘Alad Darbi.

Wallahu a’lam.

Disalin dari islamqa

  1. Home
  2. /
  3. A4. Awas Penghina dan...
  4. /
  5. Celaan Atau Ejekan dengan...