Shalat Taubat

SHALAT TAUBAT

Oleh
Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul

Sudah sepatutnya bagi seorang muslim untuk senantiasa berusaha bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, uga selalu merasa dalam pengawasan-Nya, serta tidak terjerumus ke dalam maksiat. Kalau toh dia berbuat dosa, maka dia akan segera bertaubat dan kembali ke jalan Allah.

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mensyariatkan shalat ini pada saat bertaubat.

Dari Asma bin Al-Hakam Al-Fazari, dia bercerita, aku pernah mendengar Ali Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Sesungguhnya aku adalah seseorang yang jika mendengar sebuah hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Allah memberiku manfaat dari hadits tersebut sesuai dengan kehendak-Nya untuk memberi manfaat kepadaku. Dan jika ada seseorang dari Sahabatnya menyampaikan hadits maka aku memintanya bersumpah. Jika dia mau bersumpah kepadaku, maka aku akan membenarkannya. Sesungguhnya Abu Bakar telah memberitahuku, dan Abu Bakar adalah seorang yang jujur, dia bercerita, aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّى ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ». ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ : وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Tidaklah seseorang melakukan suatu perbuatan dosa, lalu dia bangun (bangkit) dan bersuci, kemudian mengerjakan shalat, dan setelah itu memohon ampunan kepada Allah, melainkan Allah akan memberikan ampunan kepadanya”. Kemudian beliau membaca ayat : “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah – Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui” [Ali-Imran/3 : 135] [1]

Baca Juga  Menjama’ Dua Shalat

[Disalin dari kitab Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu, Edisi Indonesia Meneladani Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Penulis Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i]
_______
Footnote
[1]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam Kitaabush Shalaah, bab Maa Jaa-a fish Shalaah Indat Taubah, (Hadits no. 406). Lafazh di atas adalah miliknya. Dan di dalam Kitaabut Tafsiir, bab Wa min Suurati Ali Imran (hadits no. 3009). Abu Dawud di dalam Kitaabush Shalaah, bab Fil Istighfaar (hadits no. 1521). Dan diriwayatkan secara ringkas tanpa menyebut ayat oleh Ibnu Majah di dalam kitab Iqaamatush Shalaah (hadits no. 1395).
Dan hadits senada juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban di dalam kitab shahihnya (II/389-390 –al-Ihsaan).
Sanad hadits ini dinilai jayyid oleh Ibnu Hajar di dalam biografi Asma bin Al-Hakam di dalam kitab, At-Tahdziib. Juga dinilai shahih oleh Al-Allamah Ahmad Syakir di dalam tahqiqnya pada At-Tirmidzi. Serta dinilai shahih oleh Al-Albani di dalam kitab, Shahih Sunan At-Tirmidzi (I/128). Dan dinilai hasan oleh muhaqqiq kitab Jaami’ul Ushuul (IV/390). Serta muhaqqiq kitab, Al-Ihsaan (II/390).