Penutup
PENUTUP
Pada hakekatnya seorang anak harus berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Meski orang tua masih dalam keadaan musyrik mereka tetap mempunyai hak untuk mendapatkan perlakuan yang baik dari anak-anaknya.
Berbuat baik kepada kedua orang tua harus didahulukan daripada fardlu kifayah dan amalan-amalan sunnah lainnya. Berbuat baik kepada kedua orang tua didahulukan daripada berjihad dan hijrah di jalan Allah. Berbuat baik kepada orang tua harus didahulukan dari pada kepada istri dan anak-anak.
Berbuat baik kepada kedua orang tua tidak berarti harus meningggalkan kewajiban terhadap istri dan anak-anaknya. Kewajiban memberikan nafkah kepada istri dan anak-anak tetap dipenuhi walaupun kepada kedua orang tuanya harus didahulukan.
Imam Qurthubi secara umum mengatakan bahwa dalam berbakti kepada kedua orang tua hendak-nya seorang anak menyetujui apa yang dikehendaki, diinginkan dan dimaui oleh kedua orang tua. Fudlail bin Iyadl berkata, “Janganlah engkau mencegah apa-apa yang disenangi keduanya.” Ketika ditanya bagaimana tentang bentuk berbakti kepada orang tua, Fudlail menjawab, “Janganlah engkau melayani kedua orang tuamu dalam keadaan malas.”
Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam ki-tabnya Al Adabul Mufrad. Ketika Abu Hurairah ditanya bagaimana berbakti kepada kedua orang tua, ia berkata, “Janganlah engkau memberikan nama seperti namanya, janganlah engkau berjalan dihadapannya, dan janganlah engkau duduk sebelum dia duduk.”[1] Artinya, orang tua dipersilahkan duduk terlebih dahulu.
Tidak boleh berbuat baik kepada kedua orang tua dalam bermaksiat kepada Allah. Apabila orang tua menyuruh melakukan sesuatu yang haram atau mencegah dari perbuatan yang wajib, maka tidak boleh ditaati. Bahwa orang yang paling baik untuk kita jadikan teman dan sahabat karib selama-lamanya adalah orang tua sendiri.
Harta yang dimiliki seorang anak pada hakekatnya adalah milik orang tua. Sebagaimana telah datang seorang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,“Ya Rasulullah, orang tua saya telah meng-ambil harta saya,” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memarahi orang tersebut dan berkata, “Kamu dan hartamu milik bapakmu.”[2] Berikan kepada orang tua apa yang ada pada kita yang pada hakekatnya adalah milik orang tua. Karena kita bisa berusaha, bekerja dan mendapat gaji, mendapatkan ma’isyah (mata pencaharian), karena sebab orang tua yang melahirkan dan mendidik kita.
Kalau keduanya sudah meninggal, tetap ber-buat baik dengan mendo’akan, menyambung tali silahturahmi kepada teman-teman orang tua yang disambung oleh keduanya.
Untuk menjadikan anak shalih berbakti kepada orang tua, bergantung dari pendidikan orang tua terhadap anaknya. Kalau ingin memiliki anak yang berbakti kepada kedua orang tua, tidak boleh meninggalkan pendidikan. Cara mendidiknya supaya menjadi anak yang shalih, anak yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta taat kepada kedua orang tuanya. Sejak kecil dididik dengan mentauhidkan Allah, diajarkan Al Qur’an, sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, diajarkan cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan juga diajarkan tentang shalat.
Seandainya sekarang ini ada anak yang durhaka kepada orang tuanya, kemudian orang tua ini menyesal dan bersedih, mungkin dahulu dia pernah berbuat durhaka kepada orang tuanya sehingga sekarang dibalas oleh anak-anaknya. Ada riwayat yang masih perlu diperiksa, menyebutkan, “Hendak lah kalian berbuat baik kepada orang tua kalian niscaya anak kalian akan berbuat baik kepada kalian.” Jadi dengan berbuat baik kepada orang tua, insya Allah anak-anak akan berbuat baik kepadanya. Tetapi kalau durhaka kepada orang tua, anak-anak pun akan durhaka kepadanya.
Hendaklah memperhatikan kedua orang tua seumur hidup dan jangan merasa lelah, capek, maupun letih, dalam berbakti kepada keduanya sebagaimana kita tidak capek dan letih dalam taat kepada Allah.
Kalau selama ini pernah durhaka kepada orang tua, segeralah minta maaf dan berbuat baik kepada keduanya. Jangan mengulangi lagi dan bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya baik laki maupun yang perempuan. Mohon ampun dan bertaubat kepada Allah kemudian merubah sikap. Seandainya kedua orang tua sudah meninggal mohon ampun kepada Allah dan mendo’akannya dan bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya, menyambung silaturahmi dengan teman-teman kedua orang tua.
Kalau ingin bahagia dan mendapat berkah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diluaskan rizki serta dipanjangkan umur dan dimudahkan segala urusan, dimasukkan ke dalam surga maka harus terus berbuat baik kepada orang tua. Jangan lupakan semua yang pernah diberikan kedua orang tua karena semua kebaikan mereka tidak dapat dihitung dengan apapun juga.
[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Darul Qolam. Komplek Depkes Jl. Raya Rawa Bambu Blok A2, Pasar Minggu – Jakarta. Cetakan I Th 1422H /2002M]
_______
Footnote.
[1] Shahih Al Adabul Mufrad no. 32
[2] HR. Ibnu Majah-2291 (Shahih Ibnu Majah no. 1855), Ath Thahawi dalam Musykilul Atsar 4/277 no. 1598 (Shahih Musykilul Atsar Imam Ath Thahawi tahqiq Syu’aib Al Arnauth)
- Home
- /
- A6. Berbakti Kepada Kedua...
- /
- Penutup