Metode al-Qur’ân Dalam Menyeru Hukum Syari’at

METODE AL QUR’AN DALAM MENYERU KAUM MUKMININ KEPADA HUKUM-HUKUM SYARIAT

Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan untuk berdakwah di jalan-Nya dengan cara paling baik yang mengantarkan kepada maksud dan tujuan yang diharapkan.Tidak diragukan lagi, bahwa metode Allah Azza wa Jalla dalam hal ini adalah yang paling baik dan paling tepat.

• Sering kali Allah Azza wa Jalla menyeru kaum Mukminin untuk melakukan kebaikan atau melarang dari keburukan dengan menggunakan gelar iman yang Allah Azza wa Jalla anugerahkan kepada mereka. Misalnya, Allah Azza wa Jalla berfirman : ” Wahai orang-orang yang beriman, lakukanlah hal ini atau tinggalkanlah perkara ini…”

Seruan gaya ini berisi dua seruan sekaligus yaitu :
Pertama : seruan agar mereka melaksanakan apa yang menjadi konsekuensi keimanan, syarat-syarat dan hal-hal yang dapat menyempurnakan keimanan mereka, berupa seluruh syariat agama. Oleh karena itu itu para ulama salaf sepakat bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang dan seluruh syari’at agama ini merupakan bagian dari iman. Salah satu buktinya yaitu Allah Azza wa Jalla memulai perintah-Nya kepada kaum Mukminin dengan mengggunakan kata-kata iman. Misalnya, `Wahai orang-orang yang beriman…`.

Kedua : seruan agar mereka mensyukuri karunia keimanan yang Allah Azza wa Jalla anugerahkan, dengan menjelaskan cara bersyukur secara terperinci yaitu tunduk secara mutlak terhadap segala perintah dan larangan-Nya.

• Terkadang Allah Azza wa Jalla menyeru kaum Mukminin kepada kebaikan dan melarang mereka dari keburukan dengan menjelaskan pengaruh dan balasan di dunia maupun di akherat dari perbuatan mereka.

• Terkadang Allah Azza wa Jalla menyeru kaum Mukminin dengan menyebutkan karunia-Nya yang bermacam-macam, yang menuntut mereka agar bersyukur dengan cara melaksanakan konsekuensi keimanan.

• Terkadang Allah Azza wa Jalla menyeru kaum Mukminin dengan memberikan dorongan ataupun ancaman, dengan menyebutkan apa yang Allah Azza wa Jalla sediakan bagi kaum Mukminin yang taat yaitu ganjaran; dan bagi selain mereka berupa hukuman.

• Terkadang Allah Azza wa Jalla menyeru kaum Mukminin dengan menyebutkan nama-nama Allah Azza wa Jalla yang indah (asmâul husnâ), dan hak-hak Allah Azza wa Jalla yang agung atas hamba-Nya. Sesungguhnya hak Allah Azza wa Jalla atas para hamba adalah agar mereka benar-benar beribadah kepada-Nya secara lahir maupun batin, beribadah dan berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang suci.

Baca Juga  Orang Yang Hendak Menafsirkan Al-Qur’ân

• Terkadang Allah Azza wa Jalla menyeru kaum Mukminin agar mereka hanya menjadikan Allah Azza wa Jalla sebagai wali, tempat berlindung, tempat menyerahkan segala urusan dan menjadikan-Nya tempat kembali. Allah Azza wa Jalla memberitahu mereka bahwa inilah sumber kebahagiaan dan kesuksesan hamba. Sekiranya mereka tidak menjadikan Allah Azza wa Jalla sebagai tempat berlindung, mereka akan dikuasai oleh setan yang memberikan angan-angan semu dan tipu muslihat, sehingga lenyaplah berbagai kebaikan dari mereka serta akan menjerumuskan ke lembah kebinasaan.

• Terkadang Allah Azza wa Jalla mendorong kaum Mukminin kepada kebaikan dan memperingatkan mereka agar tidak bertasyabuh dengan orang-orang yang lalai, enggan dan penganut agama selain Islam, agar kaum Mukminin tidak tertimpa celaan atau lainnya yang menimpa orang-orang itu. Sebagaimana firman-Nya

فَتَكُونَ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Nanti kamu termasuk orang-orang yang merugi [Yunus/10:95]

فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ

Sehingga engkau termasuk orang-orang yang zhalim [al-An’am/6:52]

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik [al-Hadid/57:16]

METODE AL QUR’AN DALAM MENDAKWAHI ORANG-ORANG KAFIR
Al-Qur’ân mengajak mereka untuk masuk Islam dan beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menyebutkan keindahan syariat dan agamanya. Al-Qur’ân juga menyebutkan bukti-bukti kenabian Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam guna memberi petunjuk bagi orang-orang yang menginginkan kebenaran dan keadilan, serta menegakkan hujjah bagi orang-orang yang menentang. Ini merupakan metode paling agung yang diserukan kepada semua orang yang menyelisihi agama Islam.

Sesungguhnya keindahan agama Islam dan kelebihan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , tanda-tanda dan bukti-bukti beliau di dalamnya terdapat kesempurnaan dakwah, yaitu dengan cara berpaling dari kebathilan syubhat dan hujjah orang-orang yang menyelisihinya. Sesungguhnya apabila kebenaran telah jelas, maka dapat diketahui bahwa semua yang menyelisinya adalah kebathilan dan kesesatan.

Al-Qur’ân menyeru mereka dengan menyebutkan hal-hal yang menakutkan bagi mereka, berupa siksaan dunia dan akherat (yang menimpa) umat-umat terdahulu. Juga dengan menyebutkan berbagai kejelekan dan akibat buruk yang terdapat pada agama-agama bathil tersebut serta hukuman-hukuman yang hina. Al-Qur’ân memperingatkan mereka supaya tidak mentaati pemimpin-pemimpin sesat dan dai-dai penyeru kepada api neraka. Mereka harus meninggalkan ketaatan terhadap tokoh-tokoh tersebut. Sesungguhnya kelak di akherat mereka akan berandai-andai, sekiranya mereka dahulu di dunia mentaati Rasul n dan tidak mentaati pemimpin mereka yang sesat. Kelak kecintaan dan persahabatan dengan para pemimpin itu akan berubah menjadi kebencian dan permusuhan.

Baca Juga  Mendahulukan Mashlahat Mengutamakan Keburukan Terkecil

Sebagaimana seruan al-Qur’ân terhadap kaum Mukminin, al-Qur’ân juga menyeru mereka dengan menyebutkan karunia dan nikmat yang telah Allah Azza wa Jalla berikan kepada mereka. Sesungguhnya Dzat yang di-Esakan dalam hal mencipta, mengatur dan memberi nikmat lahir dan bathin, Dia-lah yang wajib ditaati dan dilaksanakan perintahnya dan dijauhi larangannya oleh segenap makhluk.

Al-Qur’ân juga menyeru mereka dengan menjelaskan kebathilan dan keburukan yang ada pada agama mereka, kemudian membandingkannya dengan agama Islam. Supaya jelas bagi mereka mana yang wajib diutamakan dan dipilih.

Al-Qur’ân menyeru mereka dengan cara yang paling baik. Apabila mereka semakin sombong dan menentang, maka al-Qur’ân mengancam mereka dengan siksa yang keras. Al-Qur’ân menjelaskan kepada manusia jalan yang telah mereka tempuh. Mereka tidak menyelisihi agama karena ketidak-tahuan atau karena syubhat yang menyebabkan mereka berhenti dari syariat. Akan tetapi, dikarenakan pengingkaran dan penentangan mereka.

Al-Qur’ân juga menjelaskan sebab-sebab yang menghalangi mereka dari mengikuti petunjuk, yaitu hawa nafsu. Tatkala mereka memilih kebatilan daripada kebenaran, hati mereka terkunci, jalan kebenaran pun tertutup, kemudian setan menguasai diri mereka hingga mereka tidak lagi memperoleh perlindungan dari Allah Azza wa Jalla .

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan memalingkan mereka jika mereka berpaling (dari kebenaran) karena mengikuti hawa nafsu mereka. Makna-makna ini banyak disebutkan dalam al-Qur’ân di berbagai tempat. Renungilah al-Qur’ân, agar engkau mendapatkan kejelasan dan keagungan.

(Dikutip dari kitab Al-Qawâidul Hisân, Syaikh Abdurrahmân bin Nâshir as-Sa`di, Hal 30-31, 33-34)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01-02/Tahun XII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

  1. Home
  2. /
  3. A8. Qur'an Hadits2 Ilmu...
  4. /
  5. Metode al-Qur’ân Dalam Menyeru...