Buah-Buah Keikhlasan
BUAH-BUAH KEIKHLASAN
Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari
Perintah Ikhlas, Larangan Riya’ Dan Syirik[1]
Ketahuilah –wahai saudaraku sesama muslim- semua amalan pasti itu pasti terjadi dengan niat. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya semua amalan itu terjadi dengan niat, dan setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan. (HR. Bukhâri dan Muslim)
Mengikhlaskan niat untuk Allâh Subhanahu wa Ta’ala adalah wajib berdasarkan firman-Nya Azza wa Jalla :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya beribadah kepada Allâh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus..[al-Bayyinah/98:5]
Ayat dan hadits di atas menunjukkan kewajiban ikhlas dalam seluruh amal perbuatan manusia. Oleh karena itu kita wajib ikhlas dalam menuntut ilmu, mengamalkannya, melaksanakan shalat, zakat, infaq, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi mungkar, dakwah, nikah dan walimahnya, dan lain sebagainya. Jangan hanya meniatkan dunia semata, seperti meraih kedudukan, sanjungan, pujian, dan kesenangan dunia semata.
Makna Ikhlas
Secara bahasa, ikhlas artinya memurnikan, sedangkan dalam istilah syara’ , ikhlas adalah memurnikan niat dalam beribadah kepada Allâh, semata-mata mencari ridha-Nya dan mengharapkan pahala di akhirat, serta membersihkan niat dari syirik niat, seperti riya’, sum’ah, mencari pujian, balasan, dan ucapan terimakasih dari manusia, serta niat duniawi lainnya.
Ikhlas adalah mencari ridha Allâh sebagaimana firman-Nya Azza wa Jalla :
وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Dan barangsiapa yang berbuat demikian (yaitu: memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia) karena mencari keridhaan Allâh, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. [An-Nisa’/4:114]
Ikhlas adalah menghendaki pahala akhirat sebagaimana firman-Nya Azza wa Jalla :
مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ اْلأَخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَالَهُ فِي اْلأَخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ
Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat [as-Syura/42:20]
Kesalahan Seputar Ikhlas[2]
Tentang urgensitas niat telah diketahui banyak orang, tetapi banyak di antara mereka tidak memahami makna ikhlas dengan benar. Ada beberapa kesalahan seputar ikhlas yang perlu kita waspadai, diantaranya:
- Anggapan bahwa ikhlas artinya tidak memiliki keinginan. Ini adalah anggapan yang keliru, karena ikhlas artinya memurnikan kehendak untuk meraih ridha Allâh Azza wa Jalla . Jadi bukan tidak berkehendak.
- Anggapan bahwa orang yang menghendaki ridha Allâh harus meninggalkan duniawi, harta-benda, wanita, kedudukan, dan sebagainya. Padahal semua ini adalah kesenangan yang Allâh Azza wa Jalla berikan di dunia ini bagi orang-orang yang Dia kehendaki. Jika seorang mukmin memilikinya dengan cara yang benar, menjadikannya sebagai sarana meraih ridha Allâh, dan tidak melalaikan dari beribadah kepadaNya, maka ini semua tidak mengapa.
- Anggapan bahwa ikhlas adalah beribadah hanya dengan dorongan cinta kepada Allâh, tanpa raja’ (harapan) terhadap surga dan tanpa khauf (takut) terhadap neraka. Padahal Allâh Azza wa Jalla memuji hamba-hamba-Nya yang mengharapkan rahmat-Nya dan takut terhadap siksa-Nya.
Hal-Hal Yang Merusakkan Niat Ikhlas
Banyak perkara yang merusakkan keikhlasan seseorang, sehingga ibadahnya menjadi sia-sia. Di antara perusak-perusak itu adalah :
- Orang yang tujuan hidupnya hanya duniawi. Ini adalah syirik dalam niat.
- Beribadah dengan niat mengetahui hal-hal ghaib.
- Riya’, sum’ah, dan ‘ujb. Riya’ adalah: memperlihatkan ketaatan untuk mendapatkan kebaikan dunia, pujian, atau kedudukan di hati manusia. Sum’ah semakna dengan riya’ namun berkaitan dengan amalan yang diperdengarkan. ‘Ujb yaitu merasa besar atau membanggakan ketaatan.
Buah-Buah Ikhlas
Karena ikhlas memiliki kedudukan yang sangat agung dalam agama Allâh, maka pasti ia memiliki banyak faedah. Diantara faedah-faedahnya adalah :
Amalannya diterima dan mendapatkan pahala dari Allâh Azza wa Jalla.
Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, “Dan barangsiapa yang berbuat demikian (yaitu: memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia) karena mencari keridhaan Allâh, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. [an-Nisa’/4:114]
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa harus ada dua hal penting pada setiap amalan, jika tidak ada, maka amalannya tidak akan diterima. Kedua hal itu :
- ikhlas karena Allâh Azza wa Jalla .
- amalan itu sesuai dengan apa yang telah disyari’atkan oleh Allâh dalam al-Qur’an atau dijelaskan oleh Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Jika salah satu dari dua hal ini rusak, amalan itu tidak akan diterima, sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allâh Azza wa Jalla :
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya.[Al-Kahfi/18:110]
Dalam ayat ini Allâh Azza wa Jalla memerintahkan agar amalan itu shalih, maksudnya sesuai dengan syari’at, kemudian Allâh Azza wa Jalla memerintahkan agar pelakunya ikhlas.
al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, “Dua hal ini merupakan rukun diterimanya amalan, yaitu amalan itu harus murni untuk Allâh, benar sesuai syari’at Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir surat al-Kahfi)
Oleh karena itu orang yang tidak ikhlas, amalannya akan ditolak oleh Allâh Azza wa Jalla . Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
فَمَنْ عَمِلَ مِنْهُمْ عَمَلَ الْآخِرَةِ لِلدُّنْيَا لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الْآخِرَةِ نَصِيبٌ
Barangsiapa di antara mereka (umat ini) beramal dengan amalan akhirat untuk dunia, maka di akhirat dia tidak mendapatkan bagian apapun. (HR. Ahmad, dan lain-lain; lihat kitab, Ahkâmul Janâiz, hlm. 53)
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلَ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
Sesungguhnya Allâh tidak akan menerima dari semua jenis amalan kecuali yang murni untukNya dan untuk mencari wajahNya. (HR. Nasai, no: 3140. Lihat: Silsilah Ash-Shahîhah, no: 52; Ahkâmul Janâiz, hlm. 63)
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
Allâh tabaraka wa ta’ala berfirman, “Aku paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa beramal dengan suatu amalan, dia menyekutukan selain Aku bersamaKu pada amalan itu, Aku tinggalkan dia dan sekutunya. (HR. Muslim, no: 2985)
Meraih pertolongan Allah Azza wa Jalla.
Dalam sebuah hadits disebutkan :
عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ ظَنَّ أَنَّ لَهُ فَضْلاً عَلَى مَنْ دُونَهُ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ فَقَالَ نَبِىُّ اللَّهِ : إِنَّمَا يَنْصُرُ اللَّهُ هَذِهِ الأُمَّةَ بِضَعِيفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلاَتِهِمْ وَإِخْلاَصِهِمْ
Dari Mush’ab bin Sa’d, dari bapaknya, bahwa dia menyangka dirinya memiliki keunggulan dibandingkan para sahabat Nabi yang lainnya, maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allâh menolong umat ini adalah dengan sebab doa, sholat, dan keikhlasan orang-orang yang lemah dari umat ini.” (HR. an-Nasâ’i, no. 3191; dishahihkan oleh al-Albâni dalam Shahîhut Targhîb, no. 6)
Hati yang bersih dari dendam, hasad dan khianat.
Dalam sebuah hadits dinyatakan, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ثَلاَثٌ لاَ يُغَلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ إِخْلاَصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومِ جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ
Hati seorang mukmin tidak akan dimasuki dendam dengan sebab tiga perkara (yaitu) ikhlas dalam amal untuk Allâh; memberi nasehat kepada para pemimpin kaum muslimin; menetapi jama’ah mereka, karena sesungguhnya do’a mereka meliputinya”. (HR. Tirmidzi, no. 2870; Ibnu Mâjah, no. 3056; dishahihkan oleh al-Albâni)
Selamat di dunia.
Sesungguhnya kehidupan dunia ini penuh dengan ujian dan godaan. Jalan keselamatan dari hal itu adalah keikhlasan. Marilah kita perhatikan bagaimana Nabi Yusuf Alaihissallam bisa selamat dari cobaan! Ikhlas itulah sebabnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Rabbnya. Demikianlah, agar Kami memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba Kami yang terpilih. [Yusuf/12: 24]
Keselamatan di akhirat.
Allah Azza wa Jalla berfirman mengenai sekelompok hamba-hambaNya yang ikhlas, dalam surat al-Insân, ayat 8 – 12, yang artinya :
- Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.
- (Mereka berkata dalam hati:) “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allâh, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
- Sesungguhnya kami takut akan (azab) Rabb kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan”.
- Maka Rabb memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.
- dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera. (Al-Insan/76: 8-12)
Dan lain-lain dari buah dan faedah ikhlas yang sangat banyak.
Inilah sedikit pembahasan tentang ikhlas dan buah-buahnya, semoga Allâh selalu menganugerahkan keikhlasan niat kepada kita dan kebenaran di dalam amal. Sesungguhnya Dia Maha mendengar doa dan berkuasa mengabulkannya. Al-hamdulillahi rabbil ‘alamin
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XV/1432H/2011. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1] Lihat Kitab Al-Ikhlas, hlm. 11-13, karya syaikh Husain bin ‘Audah Al-‘Awaisyah
[2] Lihat kitab Al-Ikhlas, karya syaikh Umar Al-‘Asyqar
- Home
- /
- A9. Fiqih Dakwah Tazkiyah...
- /
- Buah-Buah Keikhlasan