Apakah Wanita Juga Menghadiri Shalat Jama’ah?

APAKAH WANITA JUGA MENGHADIRI SHALAT JAMA’AH?

Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi

Dibolehkan bagi wanita mendatangi masjid dan mengikuti shalat jama’ah. Dengan syarat menghindari hal-hal yang membangkitkan syahwat dan menimbulkan fitnah, seperti perhiasan dan parfum.[1]

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

لاَ تَمْنَعُوْا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ، وَبُيُوْتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ.

Janganlah kalian melarang isteri-isteri kalian mendatangi masjid. Sedangkan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.”[2]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَيُّمَا امْرَأَةٍ أَصَابَتْ بُخُوْرًا فَلاَ تَشْهَدْنَ مَعَنَا الْعِشَاءَ اْلآخِرَةَ.

Wanita mana saja yang memakai wewangian, maka janganlah ia shalat ‘Isya’ di waktu akhir bersama kami.[3]

Dan darinya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَمْنَعُوْا إِمَاءَ اللهِ مَسَاجِدَ اللهِ، لكِنْ وَلْيَخْرُجْنَ وَهُنَّ تَفِلاَتٌ.

Janganlah kalian halangi para hamba wanita Allah menghadiri masjid-masjid Allah. Jika mereka hendak keluar juga, maka hendaknya mereka tidak mengenakan wangi-wangian.[4]

Rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.
Sekalipun wanita diperbolehkan mendatangi masjid, hanya saja shalat mereka di dalam rumah-rumah mereka lebih utama.

Dari Ummu Humaid as-Sa’idiyyah Radhiyallahu anha. Dia mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya senang shalat bersamamu.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Sesungguhnya saya mengetahui bahwa engkau senang shalat bersamaku. Namun, shalatmu di rumahmu lebih baik daripada shalatmu di kamarmu. Dan shalatmu di kamarmu lebih baik daripada shalatmu di tempat tinggalmu. Dan shalatmu di tempat tinggalmu lebih baik daripada shalatmu di masjid kaummu. Dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik daripada shalatmu di masjidku.”[5]

Baca Juga  Shalatnya Wanita yang Sedang Umrah di Masjidil Haram atau Hotel?

[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA – Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 – September 2007M]
_______
Footnote
[1] Fiqhus Sunnah (I/193).
[2] Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 530)], Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/274 no. 563), Ahmad (Fat-hur Rabbaani) (V/195 no. 1333).
[3] Shahih: [Shahiihul Jaami’ush Shaghiir (no. 2702)], Shahiih Muslim (I/328 no. 444), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (XI/231 no. 4157), Sunan an-Nasa-i (VIII/154).
[4] Hasan shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 529)], Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/273 no. 561), Ahmad (Fat-hur Rabbani) (V/193 no. 1328).
[5] Hasan: [Ahmad (Fat-hur Rabbani) (V/198 no. 1337)], Shahiih Ibni Khuzaimah (III/95 no. 1689).

  1. Home
  2. /
  3. A9. Wanita dan Keluarga...
  4. /
  5. Apakah Wanita Juga Menghadiri...