Perlakukan Ramadhan Sebagaimana Mestinya
PERLAKUKANLAH BULAN RAMADHAN SEBAGAIMANA MESTINYA
Wahai kaum Muslimin!!! Wahai umat nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam!!!
Sungguh Allâh Azza wa Jalla telah memuliakan dan memberikan keutamaan kepada kalian. Allâh telah menganugerahkan berbagai keistimewaan kepada kalian, maka janganlah kalian sia-siakan ! Diantara keistimewaan dan keutamaan itu adalah kita dianugerahi bulan Ramadhân, bulan yang penuh dengan berbagai kelebihan. Kini bulan itu, sebentar lagi akan hadir dihadapan kita. Sebuah kesempatan emas untuk berlomba-lomba melakukan berbagai amal kebaikan. Ya, beberapa hari lagi Ramadhân akan tiba. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ
(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhân, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’ân sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. [al-Baqarah/2:185]
Kaum Muslimin, rahimakumullâh
Dahulu para assalafus shalih selalu berdoa memohon kepada Allâh Azza wa Jalla selama enam bulan agar dipertemukan dengan bulan Ramadhân. Lalu, jika Ramadhân telah berlalu, mereka kembali memohon kepada Allâh Azza wa Jalla supaya amalan mereka pada bulan tersebut diterima oleh Allâh Azza wa Jalla .
Wahai kaum Muslimin, hendaklah kita memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar kita dipertemukan dengan bulan Ramadhân. Jika Ramadhân telah tiba, maka hendaklah kita menyambutnya dengan niat yang benar dan tekad membaja untuk melaksanakan ibadah puasa dan shalat malam di dalamnya. Karena ini adalah kesempatan emas yang belum tentu akan terulang. Betapa banyak kaum Muslim yang memiliki ambisi besar untuk meraih kebaikan berangan-angan dan berharap dipertemukan dengan bulan Ramadhân supaya bisa beribadah pada bilan tersebut, namun ternyata, sebelum harapannya terwujud kematian telah mendahuluinya.
Kesehatan dan kekuatan yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepada kita, hendaklah kita pergunakan dengan maksimal, sebelum datang masanya dimana kita bisa lagi berbuat apa-apa. Karena betapa banyak orang yang berharap bisa melaksanakan ibadah puasa dan menghidupkan malam Ramadhân dengan shalat, namun sakit yang dideritanya menghalanginya dari keinginan mulia itu. Akhirnya, kalau dia ketika sehat tidak memanfaatkan masa sehatnya untuk beribadah, maka ketika sakit dia hanya bisa menyesal, karena kesempatannya untuk beribadah dia sia-siakan. Sangat berbeda dengan orang yang memanfaat masa sehatnya dalam beribadah kepada Allâh. Orang seperti ini, meski pada sakitnya dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, namun dia masih mendapatkan pahala sebagaimana ibadahnya pada masa sehatnya. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
Apabila seorang hamba sakit atau dia melakukan perjalanan, maka dicatat untuknya (pahala kebaikan) seperti kebaikan yang dia lakukan dikala sehat dan mukim (tinggal disuatu tempat). [HR. Bukhari]
Kembali kami mengajak kaum Muslimin, hendaklah kita bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla yang telah memberikan kita berbagai kenikmatan yang tiada ternilai. Hendaklah kita mempergunakannya dalam ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla , dalam mentaati Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Marilah kita memanfaatkan masa sehat kita untuk menghimpun bekal dikala kita tidak mampu lagi menghimpun bekal. Marilah kita manfaatkan waktu luang kita sebelum datang masa sempit kepada kita; masa muda kita sebelum datang masa tua; dan mari kita memanfaatkan masa hidup kita sebelum malaikat pencabut nyawa datang.
Diantara nikmat Allâh Azza wa Jalla yang wajib kita syukuri adalah kedatang bulan Ramadhân. Karena bulan ini memiliki berbagai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan yang lain; Malamnya lebih istimewa bila dibandingkan dengan malam yang lain, begitu juga dengan waktu siangnya. Pada siang bulan Ramadhân, kita diwajibkan untuk menunaikan ibadah puasa. Sedangkan dimalam harinya, kita disunatkan untuk melaksanakan qiyamul lail (terawih). Orang yang menunaikan ibadah puasa dengan dilandasi rasa iman dan keinginan untuk meraih pahala Allâh Azza wa Jalla , maka Allâh akan ampuni dosa-dosanya yang telah lewat. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa melakukan ibadah puasa karena rasa iman dan mengharapkan pahala dari Allâh Azza wa Jalla , maka dosanya yang telah lewat terampuni.[1].
Begitu juga orang yang melaksanakan shalat malam karena dorongan iman dan keinginan untuk meraih pahala Allâh Azza wa Jalla.
Bulan Ramadhân adalah bulan yang penuh dengan kebaikan dan barakah. Pada bulan ini, nilai kebaikan dilipat gandakan, kesalahan-kesalahan diampuni, derajat-derajat diangkat, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup serta gembong-gembong setan dibelenggu.
Bulan ini adalah bulan saling mengasihi juga bulan berbuat baik kepada anak yatim dan faqir miskin. Karena pada bulan ini, kita merasakan bagaimana rasanya menahan lapar dan dahaga. Oleh karena itu, sambutlah kedatangan bulan itu dengan penuh kebahagiaan dan kerinduan. Hargailah ia sebagaimana mestinya dengan niat ikhlas dan keinginan meraih pahala dari Allâh.
Muliakanlah kehadiranya karena memang ia tamu agung. Ia datang dan berlalu begitu cepat sebagai hari-hari yang lain. Dia hanya terdiri dari beberapa hari saja.
Hendaklah kita membersihkan jiwa-jiwa kita dari rasa iri dengki ! Hendaklah kita juga membersihkan lembaran-lembaran amal kita dengan taubat nasuha agar terhapus semua kesalahan yang pernah kita lakukan.
Marilah kita sambut kedatangan bulan ini dengan jiwa yang suci, lembaran baru yang putih lagi bersih. Janganlah kita membiarkan diri terlena dengan kemilau dunia yang menipu. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
Wahai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allâh. barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. [al-Munâfiqûn/63:9]
Allâh Azza wa Jalla Juga berfirman :
اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌ ۗوَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ –سَابِقُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۙ اُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۗ ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allâh serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allâh dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allâh, diberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allâh mempunyai karunia yang besar. [al-Hadîd/57:20-21]
Dan hendaklah kita senantiasa memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar senantiasa diberi hidayah dan taufiq serta di tunjuki jalan yang benar.
Bulan Ramadhân akan mengampiri kita, bagi kaum Muslimin tidak ada bulan yang lebih baik dibandingkan dengan bulan Ramadhân, sebaliknya bagi orang-orang munafiq, bulan Ramadhân merupakan bulan terburuk. Sungguh, Allâh Azza wa Jalla menuliskan pahala buat kaum Muslimin sebelum memasuki bulan Ramadhân dan menuliskan dosa dan kesengsaraan kaum munafiq sebelum memasuki bulan tersebut. Karena kaum Muslimin menyiapkan kebutuhannya dalam rangka beribadah pada bulan itu, sementara orang-orang munafik sibuk mempersiapkan strategi untuk mencari celah dan menunggu kelengahan kaum Muslimin untuk membongkar aib-aib mereka. Itulah keberuntungan kaum Muslimin dan itulah bentuk kerugian orang munafik.
Akhirnya, saya mengajak diri saya dan kaum Muslimin, marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allâh Azza wa Jalla : Marilah kita agungkan bulan Ramadhân dan kita jaga batasan-batasan yang telah Allâh Azza wa Jalla tetapkan. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ
Demikianlah (perintah Allâh). dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allâh, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.[al-Hajj/22:32]
[Disalin dari majalah As-SunnaEdisi 03/Tahun XV/1432H/2011M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] HR Imam Bukhari no. 1901 dan Riwayat Imam Muslim, no. 760
- Home
- /
- A9. Fiqih Ibadah5 Puasa
- /
- Perlakukan Ramadhan Sebagaimana Mestinya