Imam Asy Syafi’i : Ilmu Kedokteran Ilmu yang Dilalaikan Umat

IMAM ASY-SYAFI’I : ILMU KEDOKTERAN ILMU YANG DILALAIKAN UMAT

Imam Asy-Syafi’i meski menjadi seorang ulama yang menjadi rujukan dalam fiqih, Hadits dan bahasa Arab,  namun ia juga memiliki pengatahuan mengenai ilmu kedokteran. Imam Al Baihaqi menyebutkan bab khusus mengenai pengatahuan Imam Asy Syafi’i tentang ilmu kedokteran dalam Manaqib Al Imam Asy Syafi’i dengan judul,”Perkara yang dijadikan argumen tentang pengetahuan Asy Syafi`i dalam ilmu kedokteran.”[1]

Sedangkan Imam Abu Hatim Ar Razi menuliskan bab dalam Adab Asy Syafi’i wa Manaqibuhu,”Pendapat Imam Asy Syafi`i dalam ilmu kedokteran.”[2]

Demikian pula Imam Fakhruddin Ar Razi, menusil dalam Manaqib Al Imam Asy Syafi`i,”Pengetahuan Imam Asy Syafi`i dalam ilmu kedokteran, nujum dan panahan.”[3]

Imam Asy Syafi’i memandang pentingnya ilmu kedokteran, di mana ia menyatakan Imam Al Baihaqi meriwayatkan dari Imam Asy Syafi’i,”Ilmu ada dua, ilmu fiqih untuk dien-dien, dan ilmu kedokteran untuk badan-badan.”[4]

Tidak Tinggal di Negeri yang Tidak Ada Dokter
Imam Asy Syafi’i juga menyatakan,”Jika engkau masuk ke sebuah negeri, tidak ada pemimpim yang adil, air yang mengalir, juga dokter yang pengasih, maka jangan bermukim di negeri itu.”[5]

Dalam riwayat yang lain, Imam Asy Syafi’i berkata,”Janganlah engkau tinggal di sebuah negeri yang tidak ada di dalamnya seorang ulama yang mengabarimu mengenai persoalan dien-mu, juga tidak ada dokter yang mengabarkan kepadamu masalah badanmu.”[6]

Ilmu Kedokteran Ilmu yang Dilalaikan umat Islam
Imam Al Baihaqi juga meriwayatkan, di mana Imam Asy Syafi’i pernah berkata,”Dua hal yang dilalaikan manusia: Ilmu kedokteran dan ilmu bahasa Arab.”[7]

Salah satu murid Imam Asy Syafi’i, Harmalah bin Yahya menyampaikan,”Suatu saat Imam Asy Syafi`i bersedih atas apa yang disia-siakan umat Islam dari ilmu kedokteran, di mana ia berkata.’Mereka telah menyia-nyiakan sepertiga ilmu, dan menyerahkannya kepada orang-orang Yahudi dan Nashrani.’”[8]

Baca Juga  Keistimewaan Sedekah, Renungan Bagi Orang Sakit

Pengetahuan Imam Asy Syafi’i tentang Kedokteran dan Gizi
Imam Asy Syafi’i sendiri memiliki pengatahuan mengenai ilmu kedokteran, di mana ia pernah berkata kepada muridnya Rabi`,”Wahai Rabi`, sesungguhnya Allah yang Maha Agung telah memasang pada hambanya anggota yang diam, jika ia bergerak maka hal itu menyakitkannya. Dan Ia memasang kepada hambanya anggota yang bergerak, jika ia diam maka hal itu menyakitkannya.”[9]

Mengenai obat-obatan, Imam Asy Syafi`i berkata,”Hati-hatilah dalam meminum obat dari para dokter, kecuali obat yang telah engkau ketahui.” [10]

Ibnu Abdil Hakam juga meriwayatkan dari Imam Asy Syafi’i,”Tiga hal, di mana dokter tidak bisa melakukan rekayasa, kedunguan, wabah, serta penuaan.”[11]

Putra Imam Asy Syafi`i yang bernama Muhammad juga menyampaikan,”Jika ayahku menderita demam, maka ia mencari buah utrujah, ia peras airnya dan meminumnya, karena khawatir terhadap lidahnya.”[12]

Murid Imam Asy Syafi`i Ar Rabi` bin Sulaiman menyampaikan bahwa Imam Asy Syafi’i juga pernah berkata,”Mengkonsumsi daging, menambah akal.”[13]

Harmalah juga menyampaikan,”Aku menyaksikan Asy Syafi’i melarang memakan terong di malam hari.” [14]

Pola Makan Sehat Imam Asy Syafi’i
Ar Rabi` bin Sulaiman meriwayatkan, bahwasannya Imam As Syafi’i berkisah, dimana Khalifah Harun Ar Rasyid bertanya kepadanya,”Telah sampai kabar kepadaku bahwa engkau berpagi-pagi dalam sarapan.” Imam Asy Syafi’i pun menjawab, “Benar wahai Amirul Mukminin.”

Lalu Harun Ar Rasyid pun bertanya,”Kenapa demikian?” Imam Asy Syafi’i pun menjawab,”Wahai Amirul Mukminin, hal itu karena empat perkara.”

Harun Ar Rasyid pun bertanya,”Apa itu?” Imam Asy Syafi’i pun menjawab,”Dinginnya air, udara yang bersih, sedikitnya lalat, lalu menghapus nafsuku dari makanan orang lain.”[15]

Diagnosa Imam Asy Syafi’i terhadap Seorang Dokter
Di masa Imam Asy Syafi’i sakit dan hendak wafat Al Muzani menawarkan kepada gurunya itu untuk mendatangkan seorang dokter. Imam Asy Syafi’i pun tidak menolaknya. Akhirnya didatangkanlah seorang dokter Nashrani. Dokter itu pun memeriksa Imam Asy Syafi’i. Sedangkan Imam Asy Syafi’i ketika melihat tangan dokter itu, ia melihat bahwa si dokter sedang terjangkit penyakit.

Baca Juga  Makna Hadits : Tidak ada Hammah, Shafar, Nau dan Ghoul

Setelah Itu Imam Asy Syafi’i bersyair,“Dokter datang memeriksaku dan aku memeriksanya.  Ternyata sang dokter memeriksa bersama keadaannya. Perpagi-pagi mengobatiku dengan membawa sakitnya. Sungguh ajaib pasien sakit mata merangkap dokter mata.”

Setelah beberapa hari berlalu, ternyata sang dokter meninggal. Ketika dikabarkan kepada Imam Asy Syafi’i mengenai hal itu, ia pun bersyair, “Sesungguhnya dokter dengan ilmu dan obatnya. Tak mampu tangkal takdir dan ketetapannya. Tidaklah seorang dokter itu mati karena penyakitnya. Yang sebelumnya ia pernah sembuh darinya. Telah mati baik dokter dan pasiennya. Juga yang peramu obat, penjualnya maupun membelinya.” [16].

Disalin dari Hidayatullah
[1] Lihat, Manaqib Al Imam Asy Syafi’i, 2/114
[2] Lihat, Adab Asy Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 321
[3] Lihat, Manaqib Al Imam Asy Syafi’i, hal. 323
[4] Manaqib Al Imam Asy Syafi’i, 2/114
[5] Manaqib Al Imam Asy Syafi’i, 2/115
[6] Manaqib Al Imam Asy Syafi’i, 2/115
[7] Manaqib Al Imam Asy Syafi’i, 2/116
[8] Manaqib Al Imam Asy Syafi’i, 2/116
[9] Manaqib Al Imam Asy Syafi’i, 2/117
[10] Manaqib Al Imam Asy Syafi’i, 2/117
[11] Manaqib Al Imam Asy Syafi’i, 2/121
[12] Manaqib Al Imam Asy Syafi’i, 2/118
[13] Manaqib Al Imam Asy Syafi’i, 2/120
[14] Manaqib Al Imam Asy Syafi’i, 2/119
[15] Manaqib Al Imam Asy Syafi’i, 2/122
[16] Manaqib Al Imam Asy Syafi’i, 2/122

  1. Home
  2. /
  3. A9. Fiqih Ibadah9 Makanan...
  4. /
  5. Imam Asy Syafi’i :...