Kesyirikan Pada Kaumnya Nabi Isa ‘Alaihissallam.
KESYIRIKAN PADA KAUMNYA NABI ISA ALAIHISSALLAM
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Kaum Nashrani telah banyak tergerus dengan praktek kesyirikan”.[1] Dalam kesempatan lain beliau menuturkan, “Sesungguhnya kaum Nashrani lebih buruk dari pada orang Yahudi, dimana mereka lebih tersesat dan banyak melakukan perbuatan syirik”.[2]
Beliau juga menjelaskan, “Dan tatkala pokok agama Nashrani dibangun diatas kesyirikan dengan banyaknya jalan menuju Allah makanya mereka lebih tersesat dari pada kaum Yahudi”.[3]
Begitu pula apa yang dikatakan oleh Imam Ibnu Qoyim, beliau menjelaskan, “Pondasi agama Nashrani dibangun diatas celaan kepada Allah, dan menyekutukanNya”.[4]
Dalam kesempatan lain beliau menuturkan, “Sesungguhnya terkumpul pada kaum ini kesyirikan dan celaan kepada Allah serta suka mengurangi hakNya”.[5]
Bila demikian apa kesyirikan yang dikerjakan oleh kaum ini? Didapati ternyata ada berbagai macam jenis kesyirikan yang di lakukan oleh mereka, diantaranya ialah:
A. Berkaitan dengan Konsep Trinitas.
Dan yang dimaksud dengan trinitas sebagaimana dinukil oleh kamus kitab suci mereka, ialah, “Satu Tuhan, Tuhan bapak dan anak serta ruh qudus, dan Tuhan dzat, yang masing-masing memiliki kesamaan dalam kemampuan dan kemulian”.[6]
Mereka menerangkan konsep ini dengan perkataannya, “Sesungguhnya ajaran trinitas terkandung didalamnya beberapa perkara, yaitu:
- Mengesakan Allah.
- Ketuhanan bagi bapak, anak dan ruh Qudus.
- Sesungguhnya bapak, anak dan ruh Qudus adalah orang yang masing-masing mempunyai kelebihan semenjak dulu dan untuk selama-lamanya.
- Sesungguhnya ketiga komponen tersebut sejatinya adalah satu dzat, yang memiliki kesamaan dalam kemampuan dan kemulian.
- Dan diantara tiga komponen tadi juga mempunyai kelebihan dalam perkara tugas dan pekerjaanya.
- Sesungguhnya sebagian pekerjaan tuhan ada yang dinisbatkan dalam kitab suci kepada bapak, anak dan ruh Qudus, semisal menciptakan alam semesta serta menjaganya. Sebagian pekerjan ada yang dinisbatkan secara khusus hanya dilakukan oleh tuhan bapak semisal memilih dan menyeru orang. Sebagain pekerjan lagi ada yang dinisbatkan secara khusus kepada tuhan anak semisal pembelaan. Dan sebagian pekerjaan ada yang dinisbatkan secara khusus kepada tuhan Ruh qudus semisal memperbaharui dan mensucikan.[7]
Lebih jelasnya mereka mengatakan, “Sesungguhnya keesaan Allah merupakan keesaan hakiki, begitu pula trinitasnya, artinya tuhan yang tiga juga hakiki, yakni tiga orang yang dalam satu waktu mempunyai kelebihan yang saling berbeda satu sama lain dari tiga orang tadi dengan pekerjaan-pekerjaan dan kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh yang lainya, dan didalam satu waktu juga mereka mempunyai kesamaan dari segi kemampuan dan kemulian, serta keberadaanya, tidak ada yang saling mendahului satu sama lainnya”.
Sanggahan untuk mereka, “Pada kenyataannya konsep tadi sedang menyatukan dua perkara yang saling kontradiktif, sebab keesaan akan menafikan persekutuan, demikian pula persekutuan akan menafikan keesaan. Dimana tidak mungkin bisa berkumpul jadi satu antara keesaan dan persekutuan dalam satu tempat, sehingga menjadi jelas kalau konsep tersebut merupakan dua perkara yang kontradiktif yang tidak mungkin bisa berkumpul, hal ini sama persis seperti menyatukan antara hitam dan putih”.[8]
Dalam hal ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Dan ada kaum yang ekstrim kepada nabi Isa ‘alaihi sallam dengan mengklaim bahwa Isa adalah Tuhan atau anak Tuhan, dia adalah tuhan yang menitis bersama manusia menjadi dzat yang satu, tiga orang, bahwa diantara salah satu orang tersebut berpangkal dari kalimat, yaitu ilmu, yang bersatu bersama tabiat manusia.
Seperti yang telah dimaklumi bersama bahwa kalau salah satu dari keduanya tentunya tidak mungkin bisa terpisah satu sama lainnya, melainka jika mereka menjadikan tiga Tuhan yang saling berbeda, namun, hal tersebut tidak dikatakan oleh seorangpun diantara mereka”.[9]
Dan orang Nashrani menyakini bersatunya dua hal tadi, yang tentunya hal tersebut saling kontradiksi yang diingkari indera, akal, dan nash.
Orang Nashrani berusaha untuk bisa mendekatkan keyakinan ini kepada manusia dengan cara mengilustrasikan dalam sebuah misal dan perumpamaan yang dibuat.
Terkadang mereka mengilustrasikan dengan tubuh manusia yang tergabung dari darah, nyawa dan badan.
Kadang dengan matahari yang tersusun dari panas, dimana dengannya bisa menyinari dunia dan kadang menghilang.
Diantara mereka ada yang membuat permisalan dengan sebuah pohon, sesungguhnya pohon berasal dari akar, batang dan daun.[10]
Diantara mereka ada yang menyatakan, “Sesungguhnya al-Masih dari tuhan bapak kedudukanya sama seperti kobaran api yang menyala dengan sebab apinya, tidak berkurang yang pertama apabila yang kedua redup”.[11]
Ilustrasi dan permisalan-permisalan semacam ini sama sekali tidak ada yang cocok apalagi sesuai dengan konsep trinitas yang mereka gembar-gemborkan. Sebab perkara-perkara yang dijadikan perumpamaan tadi adakalanya memang satu dzat yang mempunyai cabang dan bagian, atau memiliki sifat dan efek, berbeda dengan dakwah trinitas mereka.
Dimana mereka menyatakan, “Mereka adalah tiga Tuhan yang hakiki yang mempunyai tugas berbeda-beda, namun, dalam satu waktu mereka adalah satu Tuhan yang hakiki”. Ucapan ini sangat jauh panggang dari apinya dengan perumpamaan yang mereka berikan, seperti manusia yang terdiri dari darah, nyawa dan tubuh, bila diperhatikan maka unsur-unsur tubuh tadi tidak bisa terpisahkan satupun diantara unsure-unsur tadi dari dzatnya, sebagaimana diketahui pula jika darah bukanlah nyawa, dan nyawa bukanlah jasad, dan jasad juga bukan darah dan nyawa. Berbeda dengan klaim mereka tentang konsep trinitas. Yang mereka sangka dalam konsep tersebut bahwa masing-masing dari ketiga Tuhan adalah tuhan yang berbeda.
Oleh sebab itu banyak diantara ulama mereka yang terus terang tidak mampu mencerna aqidah trinitas ini, mereka menyatakan, “Sesungguhnya konsep trinitas merupakan perkara yang tidak bisa dicerna dan masuk akal“.[12]
Maksud dari penjelasan ini ialah bahwa kaum Nashrani telah terjatuh kedalam kesyirikan dengan sebab ucapannya yang menganut paham trinitas. Dan hal tersebut masuk dalam kategori kesyirikan rububiyah. Dimana mereka menjadikan Allah tersusun dari perkara-perkara tadi, disamping itu mereka juga mengurangi hak Allah azza wa jalla, mereka telah mencela dan menuduh dengan perkara-perkara yang tidak pantas kepada Allah ta’ala.
Yang mana mereka mengklaim bahwa Allah –maha suci Allah dari ucapan mereka- turun dari singgasanaNya dan dari keagungan kursiNya lalu masuk kedalam lubang kemaluan wanita, lalu tinggal disana selama Sembilan bulan tertimpa antara air kencing, darah dan kotoran. Mereka mengemukakan alasanya dengan tahapan-tahapan yang harus dilalui mulai dari ari-ari, rahim dan dalam perut.
Kemudian tuhannya dikatakan keluar dari tempat dimana dirinya masuk, setelah itu menjadi bayi yang menetek, dirinya berada dalam balutan, diatas ranjang, menangis, merasa lapar, haus, kencing, buang kotoran dan digendong kemana-mana oleh banyak orang.
Selanjutnya setelah besar dirinya di tampar pipinya oleh orang Yahudi, lalu diikat kedua tanganya, diludahi wajahnya, dipukul tengkuknya, kemudian mereka menyalibnya terang-terangan dihadapan para penjahat, lalu mereka mengenakan padanya kalung bunga yang terbuat dari duri, dan memaku kedua tangan dan kakinya serta menyiksanya.
Inikah Tuhan yang benar yang berada dikedua tangannya kemampuan untuk mengurusi alam semesta, diakah tuhan yang wajib di ibadahi dan tempat bersujud kepadanya. Sungguh ucapan yang sangat menyesatkan, oleh sebab itu Allah mengatakan didalam firmanNya:
تَكَادُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ يَتَفَطَّرۡنَ مِنۡهُ وَتَنشَقُّ ٱلۡأَرۡضُ وَتَخِرُّ ٱلۡجِبَالُ هَدًّا ٩٠ أَن دَعَوۡاْ لِلرَّحۡمَٰنِ وَلَدٗا [ مريم: 90-91 ]
“Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak”. [Maryam/19: 90-91].
Disebutkan dalam hadits Qudsi Allah ta’ala berfirman:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « شَتَمَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ. وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ أَنْ يَقُولَ اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا وَأَنَا الأحد الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يلِدْ وَلَمْ يولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفُؤًا أَحَدٌ » [أخرجه البخاري]
“Anak cucu Adam telah mencelaKu dan perkara itu tidak layak untuk dilakukan. Anak Adam mendustakanKu dan hal itu tidak pantas baginya. Adapun celaan mereka padaKu ialah ucapannya, sesungguhnya Allah mempunyai anak. Sedangkan Aku adalah Esa tempat bergantung segala sesuatu yang tidak beranak tidak pula diperanakan dan tidak ada yang semisal denganNya“.[13]
Imam Ibu Qoyim menjelaskan, “Secara ringkas, kami tidak mengetahui ada suatu umat dari umat-umat yang ada yang sampai mencela penciptanya dan sesembahannya serta Tuhannya seperti yang dikerjakan oleh umat ini (Nashrani). Seperti dikatakan oleh Umar radhiyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya mereka telah memaki Allah dengan makian yang belum pernah diucapkan oleh seorangpun dari kalangan manusia”.
Bahkan, sebagian ulama ada yang memejamkan mata tatkala melihat salib, seraya berkata, “Aku tidak sanggup untuk membuka mataku untuk orang yang telah mencaci Tuhan dan sesembahannya dengan cacian yang teramat jelek”.[14]
Diantara bentuk kesyirikan mereka dalam perkara rububiyah dari sisi ini ialah ekstrim terhadap makhluk hingga menjadikanya sebagai sekutu bagi sang Pencipta dan bagian dariNya, serta sesembahan bersamaNya, dan mereka menyatakan sebagai hambanya”.[15]
Kesyirikan mereka yang lainnya dalam masalah rububiyah ialah adanya sebagian mereka yang menyerupakan bersatunya sifat ketuhanan dengan tabiat manusia dan bercampur antara keduanya bagaikan api dengan besi, sebagian lagi ada yang mengumpamakan hal tersebut seperti bercampurnya air dengan susu, ada pula yang menyerupakan hal itu dengan bercampurnya bahan makanan hingga bisa menjadi makanan tertentu -Maha Tinggi Allah dari kedustaan dan kebohongan mereka-.
Diantara bentuk kesyirikan mereka dalam rububiyah lainya ialah sikap persetujuan mereka kalau nabi Isa di tawan, bahwa kaum Yahudi mendatangi nabi Isa lalu memukulnya dan menusuknya dengan tombak lalu menyalib dan membunuhnya hingga meninggal. Mereka membiarkan dirinya tetap dalam tiang salib hingga rambutnya menempel bersama kulitnya, baru kemudian mereka menguburkannya dibawah tanah setelah tiga hari, selanjutnya ketuhanan Isa bangkit dari dalam kuburnya.[16]
Semua perkara-perkara diatas termasuk jenis kesyirikan dalam rububiyah, sebab mereka menyerupakan makhluk dengan penciptanya dan menyamakan pencipta bersama makhluk, yang merupakan pokok kesyirikan -sebagaimana sering kita jelaskan dimuka-.
B. Ucapan Mereka Berkaitan dengan Penyaliban Isa Sebagai Penebus Dosa.
Ini juga termasuk jenis kesyirikan dalam rububiyah, karena terkandung didalamnya kedustaan atas nama Allah azza wa jalla dikarenakan Allah telah menerima taubatnya nabi Adam ‘alaihi sallam serta mengampuni dosa-dosanya.
Lalu mereka menisbatkan kepada Allah dengan kesewenang-wenangan yang sangat buruk, dimana mereka mengklaim kalau Allah telah memenjarakan para nabi dan rasulNya serta para wali-waliNya di neraka Jahanam, dikarenakan kesalahan yang dilakukan oleh bapak mereka. Serta menisbatkan padaNya dengan kepandiran yang sangat, dimana dirinya lebih rela untuk disiksa oleh mereka dengan cara menyerahkan diri kepada musuhnya, hingga akhirnya mereka membunuh, menyalib dan menumpahkan darahnya.
Dan menuduhNya lemah, dimana mereka mengatakan diriNya tidak mampu berbuat apa-apa dengan kekuasaan yang dimilikiNya untuk membela diri dari bencana tersebut. demikian pula menisbatkan padaNya dengan kekurangan, dimana musuh-musuhnya mampu menguasai anak dan diriNya. Sungguh mereka melakukan seenak perutnya sendiri berkaitan dengan Allah.[17]
C. Pernyataan Mereka Bahwa al-Masih yang Akan Menghisab Manusia.
Ini juga termasuk dalam kesyirikan rububiyah, sebab tugas menghisab manusia adalah kewenangan Pencipta subhanahu wa ta’ala yang maha mulia, tidak ada andil sedikitpun dari kalangan manusia.
Itulah tadi kesyirikan-kesyirikan mereka yang semuanya berkaitan dalam perkara rububiyah. Sedangkan kesyirikan mereka dari sisi uluhiyah ialah sebagai berikut:
D. Menyembah al-Masih.
Yaitu dalam ritual ibadah sholat mereka, dimana mereka mengerjakan ibadah sholat kepada al-Masih dikarenakan dirinya dianggap sebagai wasilah oleh mereka.[18]
E. Pengagungan Mereka Terhadap Salib Hingga Sampai Pada Derajat Ibadah.
Sesungguhnya umat Nashrani menjadikan salib sebagai sesembahan yang biasa disembah, mereka jika memiliki masalah yang serius, dan bersungguh-sungguh, lalu punya keinginan untuk bersumpah dan tidak bohong maka mereka bersumpah dengan nama salibnya, mereka lebih memilih untuk berdusta apapbila bersumpah dengan nama Allah dan jujur bila bersumpah dengan nama salib.
Hingga sampai ada sebagian cendekia mereka yang menyatakan, “Sesungguhnya pengagungan kami kepada salib sama seperti pengagungan kepada kubur para nabi, sebab salib adalah kubur al-Masih karena beliau mati disana, kemudian tatkala dirinya dikubur dibumi maka kuburnya tetap didalam salib”.
Mana ada kebodohan yang bertumpuk-tumpuk semacam ini, karena sesungguhnya sujud kepada kubur para nabi serta menyembahnya adalah praktek kesyirikan, bahkan termasuk kesyirikan terbesar, dimana penutup para nabi dan imamnya orang yang bertauhid nabi kita Muhammad shalallahu ‘alihi wa sallam pernah mengkutuk orang Yahudi dan nashrani tatkala mereka menjadikan kubur para nabi mereka sebagai tempat ibadah.
Disebabkan pula, pokok kesyirikan dan peribadatan kepada berhala bermula dari berdiam diri di sisi kubur dan menjadikanya sebagai tempat ibadah. [19]
F. Melukis al-Masih Didalam Gereja dan Menyembahnya.
Tidak ada satupun gereja dari gereja-gereja milik mereka yang kosong dari lukisan Maryam, al-Masih, Gergos, Petrus dan selain mereka –yang dianggap suci menurut mereka- dari kalangan para syuhada.
Dan kebanyakan dari mereka sujud kepada lukisan-lukisan tersebut lalu berdoa kepada selain Allah azza wa jalla, hingga sampai ditulis melalui Alexander untuk raja Romawi sebuah surat yang berisikan keperluan untuk sujud kepada lukisan, bahwa Allah telah memerintahkan kepada nabi Musa ‘alaihi sallam untuk melukis.
Jelas ini adalah kedustaan yang nyata, kemudian taruhlah benar maka paling banter sebagai bentuk pengingat akan kesalahan yang pernah dilakukan sehingga mereka tidak melupakannya sebagaimana ada data yang menunjukan hal tersebut disebagian kalangan mereka. Akan tetapi, hal tersebut bukan sebagai dalil pelegalan untuk sujud kepada lukisan, lalu dimana pemahaman ini jika ditubrukan dengan apa yang dilakukan oleh mereka, kaum musyirikan yang merendahkan diri, tunduk, dan sujud dihadapan lukisan-lukisan tersebut.[20]
G. Termasuk kesyirikan yang dipraktekan oleh umat yang sesat ini ialah menjadikan Pastor dan Pendetanya sesembahan selain Allah, yaitu dengan beberapa tindakan mereka, semisal:
- Memberikan kewenangan mutlak kepada mereka untuk membikin syariat. Dimana mereka memberikan kekuasan absolut kepada para ulamanya untuk membuat syariat, sehingga merekapun membikin syariat sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Sedangkan mereka membaca pesan yang sampaikan oleh al-Masih kepada murid-muridnya, “Diriku datang kepada kalian hanyalah untuk menjelaskan kandungan Taurat serta menunaikan wasiat para nabi yang datang sebelumku, aku datang bukan untuk membatalkan kandungan Taurat namun untuk menyempurnakannya, kalau seandainya Allah meletakan langit dimuka bumi niscaya lebih ringan bagiNya dari pada aku menghapus sedikit saja dari syariatnya Musa ‘alaihi sallam”.
Dan kondisi para pengikut nabi Isa ‘alaihi sallam masih terus melaksanakan wasiat tersebut selama tiga ratus tahun setelah kematiannya. Selanjutnya ajaran beliau mulai dirubah dan diganti serta dibuat sedemikian rupa agar lebih sesuai dengan selera orang banyak.
Makar Yahudi serta kelancangan mereka dengan menghapus kandungan isi Taurat menjadikan agama al-Masih dilupakan dan dikebiri sebagiannya.
Ditambah faktor lain, seperti yang terangkum didalam kitab mereka, yang berisi, “Bahwa suatu ketika ada sekelompok orang dari kalangan Nashrani yang keluar berdakwah dari Baitul Maqdis ke negeri Anthakiyah serta negeri-negeri lainnya di wilayah Syam, untuk mengajak manusia mengikuti ajaran nabi Isa ‘alaihi sallam yang masih murni, mereka mengajak manusia untuk mengamalkan isi Taurat, mengharamkan sembelihan orang yang bukan ahlinya, mengajak mereka untuk berkhitan, mengagungkan hari sabtu, mengharamkan babi serta perkara-perkara yang telah diharamkan oleh kitab Taurat.
Tapi, hal tersebut sangat memberatkan bagi manusia, sehingga orang Nashrani berkumpul di Baitul Maqdis untuk memusyawarahkan apa solusi yang terbaik agar manusia mau mencintai agama al-Masih dan mau mengikutinya. Akhirnya mereka sepakat untuk berbaur dengan umat-umat yang lain, memberi keringanan bagi mereka, dan mau bercampur dengan mereka, memakan sembelihannya, mengikuti keinginan mereka, dan meniru akhlak mereka.
Lalu membuat syariat yang disarikan dari kitab Injil dan usulan umat-umat yang lain, lalu ditulis dalam sebuah buku panduan, dan ini berlaku pada kelompok-kelompok yang mempunyai masa besar.
Dan mereka setiap kali ingin menentukan perkara baru maka mereka berkumpul menjadi satu, lalu berpencar sesuai dengan hasil keputusannya”.[21] Bila diperhatikan maka agama Nashrani dibangun diatas pondasi agama orang banyak.
- Taklidnya umat yang tersesat ini kepada pastor dan pendetanya didalam menjalankan apa yang mereka syariatkan untuk kaumnya. Dan ini termasuk kategori kesyirikan dalam masalah uluhiyah. Dikarenakan membikin syariat merupakan hak preogatif Allah semata, sehingga syariat yang dibuat oleh pastor dan pendetanya terkandung didalamnya kesyirikan dalam perkara rububiyah, sedangkan kepatuhan Bani Israil atas syariat yang dibuat-buat ini sama dengan bentuk peribadatan kepada rahib, pendeta dan pastornya.
- Kesyirikan yang mereka kerjakan dengan memberi kewenangan kepada pastor dan pendetanya untuk mengasih pengampunan dan pengakuan taubat. Sehingga tidak dijumpai dalam agama Nashrani bagi orang yang berzina, homoseksual, atau mabuk, hukuman bagi mereka didunia, selama-lamanya, tidak pula diakhirat kelak, oleh karena pastor dan pendetanya telah mengampuni mereka.
Dalam masalah ini Imam Ibnu Qoyim pernah menuturkan, “Maka setiap kali ada orang yang mengerjakan dosa, dirinya segera mengasih hadiah kepada pendeta atau memberinya uang atau pemberian yang lain supaya dia bisa mendapat ampunannya !? dan apabila ada seorang wanita dikalangan mereka yang berzina maka wanita tersebut diantar kepada sang pastor untuk dinasehati olehnya, jika wanita tersebut pulang maka dia menceritakan kepada suaminya, kalau sang pastor telah menasehatinya sebelum dirinya pulang, lalu sang suamipun mendatanginya dan bertabaruk kepadanya!!!”.[22]
Efek Negatif Dari Kesyirikan Nashrani Terhadap Umat Ini
Akan datang penjelasan secara rinci beberapa pengaruh negatif kesyirikan mereka terhadap umat ini ketika kita menjabarkan tentang kesyirikan yang terjadi pada umat Islam pada era modern ini.
Oleh karena itu, disini kita hanya sekedar mencukupkan beberapa keyakinan yang dijumpai secara jelas atau telah dimodifkasi pada sebagian orang yang menisbatkan dirinya kepada agama Islam. Dan paragraf berikut akan menyebutkan beberapa contohnya, semisal:
- Dijumpainya pada sebagian pengikut aliran sufiyah dan sekte Jahmiyah paham al-Hulul (Pemahaman bahwa Allah bisa menitis kedalam tubuh manusia). Dimana didapati ada sebagian sekte dan golongan yang menisbatkan dirinya kepada agama Islam yang telah terjatuh ke dalam kesyirikan dan kekufuran yang hampir mirip dengan mereka. Mereka menyerupai aqidah Nashrani seperti apa yang menimpa hati orang yang telah mencapai derajat ma’rifat dari keimanan kepada Allah, pengetahuan kepadaNya, cahaya dan petunjukNya, dimana mereka mengira bahwa hal tersebut sama dengan dzatnya Allah subhanahu wa ta’ala.[23]
- Dijumpainya pada umat ini disebagian kaum Sufi keyakinan ektstrim (berlebih-lebihan) didalam mengagungkan orang-orang sholeh, dimana mereka begitu ektstrim ketika mengagungkan Rasulallah shalallahu ‘alihi wa sallam dan mengangkat beliau dari seorang hamba kepada tingkatan yang disembah.
- Adanya keyakinan pada sebagian orang yang menisbatkan dirinya kepada agama Islam bolehnya untuk sujud kepada kubur dan menjadikan kubur sebagai tempat ibadah.
- Orang Nashrani mengklaim kalau al-Masih adalah cahaya[24], begitu juga ada sebagian sekte Sufi yang bodoh dengan nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa beliau adalah cahaya dari cahayanya Allah, dan mereka berlebihan dalam masalah ini.
- Orang Nashrani memberikan kewenangan penuh untuk membuat syariat kepada pendeta dan pastornya, begitu pula kita jumpai pada sebagian orang yang taklid buta, dan juga masyarakat yang memberikan kewenangan untuk membuat aturan syariat kepada penguasa dan ulamanya, lalu mereka mengikuti aturan tersebut tanpa melihat dan mencoba untuk memperhatikan apakah selaras dengan nushus syariat ataupun tidak.
Sehingga hal ini menjadi bukti akan kebenaran sabda nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ. قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى. قَالَ: فَمَنْ إذن » [أخرجه البخاري ومسلم]
“Benar-benar kalian akan mengikuti metode orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi jengkal, sehasta demi hasta, hingag kalau sekiranya mereka masuk kedalam lubang biawak sekalipun niscaya kalian akan mengikutinya”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasul, apakah yang anda maksud orang Yahudi dan Nashrani? Beliau menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka“.[25]
[Disalin dari بيان الشرك في قوم عيسى عليه السلام (Dinukil dari Buku: “Syirik pada Zaman Dahulu dan Sekarang” (1/355-374) Penulis Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria, Penerjemah Abu Umamah Arif Hidayatullah, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2014 – 1435]
________
Footnote
[1] Majmu Fatawa 7/624 Ibnu Taimiyah.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Hidayatul Hiyari fii Ajwibatil Yahudi wa Nashara hal: 165 oleh Ibnu Qoyim.
[5] Ighatsatul Lahfan 2/699. oleh Ibnu Qoyim.
[6] Qamus al-Kitab al-Muqadas hal: 234. oleh sekumpulan Ilmuwan Nashrani.
[7] Lihat ucapan ini oleh pastor Faizy Faris dalam bukunya Haqaiq Asasiyah fil Iman al-Masihi hal: 53. dan para pengikut Nashrani yang setuju dengan ucapannya Paulus dari kalangan Ya’qubiyah, Nasthariyah dan Mulkaniyah menyetujui hal tersebut.
Lihat penjelasannya secara mendalam dalam kitab Jawabul Shahih liman Badala Dinil Masih 3/202-227. dan al-Khathat 3/550-551. Nashiha Imaniyah hal: 119-121 oleh Nashr bin Yahya bin Isa.
[8] Dirasaat fiil Adyaan Yahudiyah wa Nashraniyah hal: 168 oleh Su’ud bin Abdil Aziz al-Khalaf.
[9] Majmu Fatawa 28/608 oleh Ibnu Taimiyah.
[10] Haqaiq Asasiyah fiil Iman al-Masihi hal: 52 oleh Pastur Faizy Faris.
[11] Lihat nukilannya dalam kitab Jawabul Shahih liman Badala Dinil Masih 3/22 oleh Ibnu Taimiyah.
[12] Nashraniyah mina Tauhid ila Tatslits hal: 208 oleh D. Muhammad Ahmad al-Hajj.
[13] HR Bukhari no: 3193.
[14] Ighatsatul Lahfan 2/695-696. oleh Ibnu Qoyim.
[15] Ibid.
[16] Ibid.
[17] Ighatsatul Lahfan 2/696 oleh Ibnu Qoyim.
[18] Hidayatul Hiyari hal: 28 oleh Ibnu Qoyim.
[19] Ighatsatul Lahfan 2/698 oleh Ibnu Qoyim.
[20] Ighatsatul Lahfan 2/704-705 oleh Ibnu Qoyim.
[21] Hidayatul Hiyari hal: 168-170, 198 oleh Ibnu Qoyim.
[22] Ibid.
[23] Ibid.
[24] Majmu Fatawa 2/316-317 Ibnu Taimiyah.
[25] HR Bukhari no: 3456. Muslim no: 2669.
- Home
- /
- A9. Fiqih Dakwah Kepada...
- /
- Kesyirikan Pada Kaumnya Nabi...