Seseorang yang Berpuasa sedangkan Orang-orang Makan di Tempatnya

SHALAWAT PARA MALAIKAT BAGI ORANG YANG BERPUASA SEDANGKAN ORANG-ORANG MAKAN DI TEMPATNYA

Oleh
Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi

Di antara orang-orang yang berbahagia dengan shalawat para Malaikat kepadanya adalah orang yang berpuasa dan rumahnya dijadikan tempat makan. Di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua Imam, yaitu Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Ummu ‘Umarah Radhiyallahu anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke rumahnya.[1] Ia berkata:[2] “Dan orang-orang dari kaumnya datang ke rumahnya.”

Perawi berkata: “Lalu ia menyuguhkan kurma untuk mereka, dan mereka pun memakannya, dan seseorang dari mereka menyendiri, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya: ‘Bagaimana keadaanmu?’ Dia pun menjawab: ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Tidaklah ada orang yang sedang berpuasa sedangkan orang lain makan padanya melainkan para Malaikat akan bershalawat kepada-nya sehingga mereka semua berdiri.’”[3]

Dalam riwayat lain yang diriwayatkan oleh para Imam, yaitu Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban, dari Ummu ‘Umarah binti Ka’ab Radhiyallahu anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تُصَلِّي عَلَى الصَّائِمِ إِذَا أُكِلَ عِنْدَهُ حَتَّى يَفْرُغُوْا.

Sesungguhnya para Malaikat bershalawat kepada seseorang yang berpuasa sedangkan orang-orang memakan makanannya sehingga mereka semua pergi.[4]

Al-Imam Ibnu Khuzaimah membuat bab pada hadits ini dengan judul: “Bab Tentang Shalawat Para Malaikat Kepada Seseorang yang Berpuasa sedangkan Orang-Orang Makan di Tempatnya.”[5]

Imam Ibnu Hibban membuat bab untuk hadits tersebut dengan judul: “Bab Permohonan Ampun Para Malaikat Bagi Orang yang Berpuasa sedangkan Orang-Orang Makan di Tempatnya Hingga Mereka Semua Pergi.”[6]

Baca Juga  Laknat Para Malaikat Bagi Orang Kafir yang Mati Dalam Keadaan Kafir

Syaikh Ahmad ‘Abdurrahman al-Banna ketika menjelaskan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Para Malaikat bershalawat kepada mereka,” beliau berkata: “Para Malaikat memohonkan ampunan untuknya karena kesabarannya menahan lapar, terutama jika keinginan jiwanya sangat besar, dan dia dengan kuat menahannya.”[7]

Semoga dengan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala kita semua dimasukkan ke dalam golongan mereka yang bertakwa, aamiin.

[Disalin dari buku Man Tushallii ‘alaihimul Malaa-ikatu wa Man Tal‘anuhum, Penulis Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi, Judul dalam Bahasa Indonesia: Orang-Orang Yang Di Do’akan Malaikat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1] Lihat makna kalimat ini dalam kitab Buluughul Amaani (IX/217).
[2] Yang dimaksud di sini adalah sebagian perawi hadits, dan kemungkinan dia adalah Hubaib bin Zaid, cucu Ummu ‘Umarah Radhiyallahu anha.
[3] Al-Musnad (VI/365 cet. Al-Maktab al-Islami) dan Sunan Ibni Majah bab Maa Jaa-a fish Shiyaam bab Fish Shaa-im idzaa Ukila ‘indahu (I/320-321 no. 1748). Syaikh Ahmad al-Banna mem-berikan komentar: “Sanadnya jayyid (bagus).” (Al-Fat-hur Rabbaani IX/217).
[4] Al-Musnad (VI/439 cet. Al-Maktab al-Islami dengan lafazh miliknya), Jaami’ at-Tirmidzi bab ash-Shiyaam bab Maa Jaa-a fii Fadhlish Shiyaam idzaa Ukila ‘indahu (XII/67 cet. Darul Kitab al-‘Arabi-Beirut), Shahiih Ibni Khuzaimah kitab ash-Shiyaam (III/307 no. 2138), al-Ihsaan fii Taqriibi Shahiih Ibni Hibban kitab ash-Shaum, bab Fadhlush Shaum (VIII/216-217 no. 2430). Imam at-Tirmidzi memberikan komentar: “Hadits ini hasan shahih.” (Jaami’ at-Tirmidzi II/67).
[5] Shahiih Ibni Khuzaimah (III/307).
[6] Al-Ihsaan fii Taqriibi Shahih Ibni Hibban (VIII/216).
[7] Buluughul Amaani (IX/217), Mirqaatul Mafaatiih (IV/578), dan Tuhfatul Ahwadzi (II/68).