Perkara-perkara yang Harus Diingat Sebelum Bertaubat
PERKARA-PERKARA YANG HARUS DIINGAT SEBELUM BERTAUBAT
Wahai orang yang bertaubat, jika kamu sudah mantap ingin melakukan perjalanan menuju keluasaan ampunan Allah Yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang. Maka ingatlah hal-hal berikut ini:
1. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat, Dia mengetahui apa yang tersembunyi di mata dan dada manusia, jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah bisa melihatmu.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اُُعْبُدِ اللهَ كَـأَنَّكَ تَرَاهُ، وَكُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ.
“Beribadahlah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya dan jadilah di dunia ini sekan-akan engkau orang asing atau penyeberang jalan.”1
2. Lihatlah keagungan siapa yang engkau maksiati dan jangan melihat kepada kecilnya suatu kemaksiatan.
Allah Ta’ala berfirman:
نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ﴿٤٩﴾وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيمُ
“Kabarkan kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahwa sesungguhnya adzab-Ku adalah adzab yang sangat pedih.” [Al-Hijr/: 49-50]
3. Anggap jeleklah perbuatan dosa, bahwa ia adalah:
- Racun yang menghancurkan yang akan menghalangi manusia dari kebahagiaan dunia dan akhirat.
- Sebab jauhnya seorang hamba dari Allah.
- Dinding penghalang antara hamba dengan Rabb-nya.
Barangsiapa yang kehilangan dirinya, maka dia telah mendapatkannya telah dipenuhi dengan kekurangan-kekurangan ini. Jika ia mendapatkan taufiq, maka akan bangkit darinya rasa takut akan kehancuran jiwanya, dia akan merasa sakit disebabkan jalan yang ia tempati semakin jauh dari Allah. Jika ia merasa sakit, maka ia akan kembali, bersegera menolak segala sesuatu yang akan membuat dirinya jatuh ke dalam lembah-lembah dosa.
Seberapa besar seseorang menganggap keburukan dosa, maka sebesar itu pula kemungkinan ia untuk menyesal dan bertaubat. Dan menganggap keburukan dosa akan melahirkan tiga perkara, yaitu: mengagungkan perintah, mengagungkan Yang memerintah, dan membenarkan adanya pahala.
Allah Ta’ala berfirman:
ذَٰلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. [Al-Hajj/22: 32]
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Sesungguhnya seorang mukmin apabila melihat dosa-dosanya, seakan-akan ia sedang duduk di bawah sebuah gunung, ia khawatir gunung itu akan menimpanya. Adapun orang durhaka, ia melihat dosa-dosa ibarat lalat yang lewat dihidungnya.”2
4. Hendaklah seorang hamba memisahkan dirinya dari tempat-tempat ia melakukan dosa, juga berpisah dengan teman-teman yang memfasilitasi dan membantu dia dalam berbuat dosa. Serta memutuskan hubungan dengan mereka, selama mereka masih seperti itu.
Permasalahan ini sudah disebutkan secara jelas dalam hadits tentang orang yang membunuh 99 jiwa.
[Disalin dari buku Luasnya Ampunan Allah” Terjemahan dari kitab at-Taubah an-Nashuuh fii Dhau-il Qur-aan al-Kariim wal Ahaa-diits ash-Shahiihah, Ditulis oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali hafizhahullaah, Penerjemah Ruslan Nurhadi, Lc. Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
______
Footnote
1 HR. Ahmad (II/132), Abu Nu’aim dalam kitab al-Hilyah (VI/115) dari hadits Ibnu ‘Umar, dan dishahihkan oleh al-Albani dalam kitab Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 1473).
2 HR. Al-Bukhari (XI/102) dan at-Tirmidzi (no. 2497).
- Home
- /
- A6. Wajibnya Taubat Nasuha
- /
- Perkara-perkara yang Harus Diingat...