Keluarnya Binatang Dari Perut Bumi

BERANGKAINYA KEMUNCULAN TANDA-TANDA BESAR KIAMAT

Oleh
Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

Pasal Kedelapan KELUARNYA BINATANG DARI PERUT BUMI
Munculnya binatang bumi di akhir zaman adalah salah satu tanda dekat-nya Kiamat telah tetap berdasarkan al-Qur-an dan as-Sunnah:

1. Dalil-Dalil Kemunculannya
a. Dalil-dalil dari al-Qur-an al-Karim:

Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ الْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ

Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml/27: 82)

Ayat yang mulia ini menjelaskan kemunculan binatang. Hal itu terjadi ketika manusia telah rusak, meninggalkan perintah-perintah Allah, dan meng-gantikan agama yang benar. Ketika itu Allah mengeluarkan binatang dari dalam bumi kepada mereka, lalu dia berbicara dengan manusia atas hal itu.[1]

Para ulama berkata tentang makna firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ, maksudnya adalah telah pasti ancaman atas mereka karena perbuatan mereka yang terus-menerus melakukan kemaksiatan, kefasikan, pembangkangan, berpaling dari ayat-ayat Allah, tidak mentadabburinya, tidak mengamalkan hukumnya, juga tidak berhenti melakukan kemaksiatan, dan sehingga nasihat tidak lagi bermanfaat, tidak dapat diingatkan lagi dari kedurhakaan. Lalu Allah berfirman, ‘Jika mereka telah demikian, maka Kami akan mengeluar-kan binatang dari dalam bumi yang dapat berbicara dengan mereka,’ yaitu binatang yang dapat memahami dan berbicara dengan mereka, padahal biasa-nya binatang tidak bisa berbicara dan tidak mengerti, hal itu agar dia memberitahukan manusia bahwa apa yang terjadi adalah tanda (dekatnya Kiamat) dari Allah Ta’ala.[2]

‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Jatuhnya perkataan (ketetapan) atas mereka terjadi dengan wafatnya para ulama, hilangnya ilmu dan diangkatnya al-Qur-an.”

Kemudian beliau berkata, “Perbanyaklah membaca al-Qur-an sebelum ia diangkat!” Mereka bertanya, “Mush-haf-mush-haf ini akan diangkat, lalu bagaimana dengan yang ada dalam dada-dada manusia (hafalan mereka)?” Beliau menjawab, “Al-Qur-an akan diambil pada malam hari, lalu di pagi harinya mereka kosong (dari al-Qur-an), melupakan Laa ilaaha illallaah, dan mereka terjatuh pada ucapan Jahiliyyah juga sya’ir-sya’ir mereka, hal itu terjadi ketika perkataan (ketetapan) jatuh atas mereka.”[3]

b. Dalil-dalil dari as-Sunnah al-Muthahharah.
Pertama: Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثَلاَثٌ إِذَا خَـرَجْنَ، لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِـي إِيْمَانِهَا خَيْرًا: طُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَالدَّجَّالُ، وَدَابَّةُ اْلأَرْضِ.

Baca Juga  Bumi Tempat Berkumpul

Ada tiga hal yang jika keluar, maka tidak akan berguna lagi keimanan orang yang belum beriman sebelumnya atau belum mengusahakan kebaikan yang dilakukan dalam keimannya, terbitnya matahari dari barat, Dajjal, dan binatang bumi.’”[4]

Kedua: Beliau pun meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Aku telah menghafal satu hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak pernah kulupakan setelahnya, aku mendengar beliau bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ اْلآيَاتِ خُرُوْجًا طُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَخُرُوْجُ الدَّابَّةِ عَلَـى النَّاسِ ضُحًى، فَأَيُّهُمَا مَا كَانَتْ قَبْلَ صَاحِبَتِهَا فَاْلأُخْرَى عَلَى إِثْرِهَا قَرِيْبًا.

Sesungguhnya tanda-tanda (Kiamat) yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari barat dan keluarnya binatang kepada manusia pada waktu dhuha. Mana saja yang terlebih dahulu, maka yang lainnya terjadi setelahnya dalam waktu yang dekat.’”[5]

Ketiga: Telah dijelaskan sebelumnya hadits Hudzaifah bin Asid tentang tanda-tanda besar Kiamat, disebutkan di antaranya binatang, dan pada sebagian riwayat lain “Binatang bumi”.[6]

Keempat: Al-Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dari Abu Umamah Radhiyallahu anhu secara marfu’ kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

تَخْرُجُ الدَّابَّةُ، فَتَسِمُ النَّاسَ عَلَى خَرَاطِيْمِهِمْ، ثُمَّ يَغْمُرُوْنَ فِيْكُمْ، حَتَّى يَشْتَرِيَ الرَّجُلُ الْبَعِيْرَ فَيَقُوْلُ: مِمَّنِ اشْتَرَيْتَهُ؟ فَيَقُوْلُ: اِشْتَرَيْتُهُ مِنْ أَحَدِ الْمَخَطِّيِّيْنَ.

Akan keluar binatang, lalu dia akan memberikan tanda kepada manusia pada hidung mereka, kemudian mereka akan menjadi banyak di tengah-tengah kalian, sehingga ada seseorang yang membeli unta, lalu dia bertanya, ‘Dari siapakah engkau membelinya?’ Dia menjawab, ‘Dari seseorang yang hidungnya diberikan tanda.’”[7]

Kelima: Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

بَادِرُوا بِاْلأَعْمَالِ سِتًّا… (وَذَكَرَ مِنْهَا:) دَابَّةَ اْلأَرْضِ.

Bersegeralah kalian beramal (sebelum datang) enam hal:… (beliau me-nyebutkan di antaranya:) binatang bumi.”[8]

Keenam: Al-Imam Ahmad dan at-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

تَخْرُجُ الدَّابَّةُ وَمَعَهَا عَصَا مُوْسَـى عليه السلام وَخَاتَمُ سُلَيْمَانَ عليه السلام ، فَتَخْطِمُ الْكَـافِرَ -قَالَ عَفَّانُ (أَحَدُ رُوَاةِ الْحَدِيْثِ): أَنْفَ الْكَافِرِ- بِالْخَاتَمِ وَتَجْلُوْ وَجْهَ الْمُؤْمِنِ بِالْعَصَا، حَتَّى إِنَّ أَهْلَ الْخِوَانِ لَيَجْتَمِعُوْنَ عَلَى خِوَانِهِمْ فَيَقُوْلُ هَذَا: يَا مُؤْمِنُ! وَيَقُوْلُ هَذَا: يَا كَافِرُ!

Seekor binatang akan keluar dengan membawa tongkat Musa Alaihissalam, dan cincin Sulaiman Alaihissalam, lalu dia akan memberikan tanda (cap sebagai tanda pengenal) kepada seorang kafir -Affan[9] (salah seorang perawi hadits) berkata, ‘Pada hidung seorang kafir- dengan cincin, dan menjadikan bercahaya serta memutihkan wajah seorang mukmin dengan tongkat, sehingga orang-orang yang sedang berkumpul pada hidangan makanan akan saling menyeru, maka yang ini berkata, ‘Wahai mukmin!’ Sementara yang lain berkata, ‘Wahai Kafir!’”[10]

Baca Juga  Asyraatush Saa'ah (Tanda-Tanda Besar Kiamat)

[Disalin dari kitab Asyraathus Saa’ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1] Lihat Tafsiir Ibni Katsir (VI/220).
[2] At-Tadzkirah (hal. 697) dengan sedikit perubahan.
[3] Tafsiir ath-Thabari (XIII/234).
[4] Shahiih Muslim, kitab al-Iimaan, bab az-Zamanul Ladzi la Yuqbalu fiihil Iimaan (II/195, Syarh an-Nawawi).
[5] Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah bab Dzikrud Dajjal (XVIII/77-78, Syarh an-Nawawi).
[6] Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah (XVIII/27-28, Syarh an-Nawawi).
[7] Musnad Imam Ahmad (V/268, dengan catatan pinggir Muntakhab al-Kanz).
Al-Haitsami berkata, “Perawinya adalah perawi ash-Shahiih selain ‘Umar bin ‘Abdirrahman bin ‘Athiyyah, dia adalah tsiqat.” Majma’uz Zawaa-id (VIII/6).
Al-Albani berkata, “Shahih.” Lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (III/37, no. 2924), dan Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (I/3/31, no. 322).
[8] Shahiih Muslim , bab fii Baqiyyati min Ahaadiitsid Dajjal (XVIII/781, Syarh an-Nawawi).
[9] Beliau adalah Abu ‘Utsman, ‘Affan bin Muslim bin ‘Abdillah ash-Shifar al-Bashri, dia adalah tsiqat tsabtan hujjatan (haditsnya diterima sebagai hujjah), banyak meriwayatkan hadits, wafat pada tahun 220 H rahimahullah. Lihat Tahdziibut Tahdziib (VII/230-234).
[10] Musnad Imam Ahmad (XV/79-82, no. 7924) tahqiq Ahmad Syakir, beliau berkata, “Sanadnya shahih.”
Sunan at-Tirmidzi, bab-bab Tafsiir, surat an-Naml (IX/44), beliau berkata, “Hadits hasan.” Dan Mustadrak al-Hakim (IV/485-486).
Al-Albani berkata, “Dha’if,” dalam Dhaaif al-Jaami’ish Shaghiir (III/26, no. 3412).
Penyebab dilemahkannya hadits ini karena di dalam sanadnya ada ‘Ali bin Zaid bin Jad’an, dia menurut beliau (Syaikh al-Albani) lemah.
Adapun Syaikh Ahmad Syakir, berpendapat bahwa beliau adalah tsiqat, beliau berkata dalam komentarnya terhadap al-Musnad (II/122, no. 783), “’Ali bin Zaid, dia adalah Ibnu Jad’an, dan telah dijelaskan sebelumnya bahwa kami mentsiqahkannya, walaupun sebenarnya dia diperdebatkan, yang kuat menurut kami adalah mentsiqahkannya, dan at-Tirmidzi menshahihkan hadits-haditsnya.”

  1. Home
  2. /
  3. A4. Bahasan Tanda-Tanda Kiamat2...
  4. /
  5. Keluarnya Binatang Dari Perut...