Ringkasan Sifat Shalat Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam (2)
RINGKASAN SIFAT SHALAT NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
Oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
Perhatian :
Tulisan ini hanya ringkasan, bagi pembaca yang ingin mengetahui dalil-dalilnya dipersilahkan merujuk buku aslinya yaitu : “Sifat Shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam“, oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
6. Ruku’
- Bila selesai membaca, maka diam sebentar menarik nafas agar bisa teratur.
- Kemudian mengangkat kedua tangan seperti yang telah dijelaskan terdahulu pada takbiratul ihram.
- Dan takbir, hukumnya adalah wajib.
- Lalu ruku’ sedapatnya agar persendian bisa menempati posisinya dan setiap anggota badan mengambil tempatnya. Adapun ruku’ adalah rukun.
Cara Ruku’
- Meletakkan kedua tangan diatas lutut dengan sebaik-baiknya, lalu merenggangkan jari-jari seolah-olah menggemgam kedua lutut. Semua itu hukumnya wajib.
- Mensejajarkan punggung dan meluruskannya, sehingga jika kita menaruh air dipunggungnya tidak akan tumpah. Hal ini wajib.
- Tidak merendahkan kepala dan tidak pula mengangkatnya tapi disejajarkan dengan punggung.
- Merenggangkan kedua siku dari badan.
- Mengucapkan saat ruku’. سُبْحَانَ رَبِّيَ العَظِيمِ. “Segala puji bagi Allah yang Maha Agung“. tiga kali atau lebih.[1]
Menyamakan Panjangnya Rukun
- Termasuk sunnah untuk menyamakan panjangnya rukun, diusahakan antara ruku’ berdiri dan sesudah ruku’, dan duduk diantara dua sujud hampir sama.
- Tidak boleh membaca Al-Qur’an saat ruku’ dan sujud.
I’tidal Sesudah Ruku’
- Mengangkat punggung dari ruku’ dan ini adalah rukun.
- Dan saat i’tidal mengucapkan . سَمِعَ الله لِمَنْ حَمِدَه. “Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya“. adapun hukumnya wajib.
- Mengangkat kedua tangan saat i’tidal seperti dijelaskan terdahulu.
- Lalu berdiri dengan tegak dan tenang sampai seluruh tulang menempati posisinya. Ini termasuk rukun.
- Mengucapkan saat berdiri. رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ “Ya tuhan kami bagi-Mu-lah segala puji“[2].
Hukumnya adalah wajib bagi setiap orang yang shalat meskipun sebagai imam, karena ini adalah wirid saat berdiri, sedang tasmi (ucapana Sami’allahu liman hamidah) adalah wirid i’tidal (saat bangkit dari ruku’ sampai tegak).
- Menyamakan panjang antara rukun ini dengan ruku’ seperti dijelaskan terdahulu.
7. Sujud
- Lalu mengucapkan “اللهُ أَكْبَرُ Allahu Akbar “Allah Mahabesar” dan ini wajib.
- Kadang-kadang sambil mengangkat kedua tangan.
Turun Dengan Kedua Tangan.
- Lalu turun untuk sujud dengan kedua tangan diletakkan terlebih dahulu sebelum kedua lutut, demikianlah yang diperintahkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta tsabit dari perbuatan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk menyerupai cara berlututnya unta yang turun dengan kedua lututnya yang terdapat di kaki depan.
- Apabila sujud -dan ini adalah rukun- bertumpu pada kedua telapak tangan serta melebarkannya.
- Merapatkan jari jemari.
- Lalu menghadapkan ke kiblat.
- Merapatkan kedua tangan sejajar dengan bahu.
- Kadang-kadang meletakkan keduanya sejajar dengan telinga.
- Mengangkat kedua lengan dari lantai dan tidak meletakkannya seperti cara anjing. Hukumnya adalah wajib.
- Menempelkan hidung dan dahi ke lantai, ini termasuk rukun.
- Menempelkan kedua lutut ke lantai.
- Demikian pula ujung-ujung jari kaki.
- Menegakkan kedua kaki, dan semua ini adalah wajib.
- Menghadapkan ujung-ujung jari ke qiblat.
- Meletakkan/merapatkan kedua mata kaki.
Berlaku Tegak Ketika Sujud
- Wajib berlaku tegak ketika sujud, yaitu tertumpu dengan seimbang pada semua anggota sujud yang terdiri dari : Dahi termasuk hidung, dua telapak tangan, dua lutut dan ujung-ujung jari kedua kaki.
- Barangsiapa sujud seperti itu berarti telah thuma’ninah, sedangkan thuma’ninah ketika sujud termasuk rukun juga.
- Mengucapkan ketika sujud. سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى “Subhaana rabbiyal ‘alaa” Maha Suci Rabbku yang Maha Tinggi diucapkan tiga kali atau lebih.
- Disukai untuk memperbanyak do’a saat sujud, karena saat itu do’a banyak dikabulkan.
- Menjadikan sujud sama panjang dengan ruku’ seperti diterangkan terdahulu.
- Boleh sujud langsung di tanah, bolah pula dengan memakai alas seperti kain, permadani, tikar dan sebagainya.
- Tidak boleh membaca Al-Qur’an saat sujud.
Iftirasy dan Iq’a Ketika Duduk Antara Dua Sujud
- Kemudian mengangkat kepala sambil takbir, dan hukumnya adalah wajib.
- Kadang-kadang sambil mengangkat kedua tangan.
- Lalu duduk dengan tenang sehingga semua tulang kembali ke tempatnya masing-masing, dan ini adalah rukun.
- Melipat kaki kiri dan mendudukinya. Hukumnya wajib. (111)
- Menegakkan kaki kanan (112) (sifat duduk seperti no. 111 dan 112 ini disebut Iftirasy).
- Menghadapkan jari-jari kaki kekiblat.
- Boleh iq’a sewaktu-waktu, yaitu duduk diatas kedua tumit.
- Mengucapkan pada waktu duduk. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي ، وَاجْبُرْنِي ، وَارْزُقْنِي ، وَعَافِنِي ، وَارْزُقْنِي
“Allahummagfirlii, warhamnii’ wajburnii’, warfa’nii’, wa ‘aafinii, warjuqnii”. Ya Allah ampunilah aku, syangilah aku, tutuplah kekuranganku, angkatlah derajatku, dan berilah aku afiat dan rezeki - Dapat pula mengucapkan. رَبِّ اغْفِرْ لِي , رَبِّ اغْفِرْ لِي “Rabbigfirlii, Rabbigfilii”. Ya Allah ampunilah aku, ampunilah aku.
- Memperpanjang duduk sampai mendekati lama sujud.
Sujud Kedua
- Kemudian takbir, dan hukumnya wajib.
- Kadang-kadang mengangkat kedua tangannya dengan takbir ini.
- Lalu sujud yang kedua, ini termasuk rukun juga.
- Melakukan pada sujud ini apa-apa yang dilakukan pada sujud pertama.
Duduk Istirahat
- Setelah mengangkat kepala dari sujud kedua, dan ingin bangkit ke rakaat yang kedua wajib takbir.
- Kadang-kadang sambil mengangkat kedua tangannya.
- Duduk sebentar diatas kaki kiri seperti duduk iftirasy sebelum bangkit berdiri, sekadar selurus tulang menempati tempatnya.
Rakaat Kedua
- Kemudian bangkit raka’at kedua -ini termasuk rukun- sambil menekan kelantai dengan kedua tangan yang terkepal seperti tukang tepung mengepal kedua tangannya.
- Melakukan pada raka’at yang kedua seperti apa yang dilakukan pada rakaat pertama.
- Akan tetapi tidak membaca pada raka’at yang kedua ini do’a iftitah.
- Memendekkan raka’at kedua dari raka’at yang pertama.
Duduk Tasyahud
- Setelah selesai dari raka’at kedua duduk untuk tasyahud, hukumnya wajib.
- Duduk iftirasy seperti diterangkan pada duduk diantara dua sujud.
- Tapi tidak boleh iq’a ditempat ini.
- Meletakkan tangan kanan sampai siku diatas paha dan lutut kanan, tidak diletakkan jauh darinya.
- Membentangkan tangan kiri diatas paha dan lutut kiri.
- Tidak boleh duduk sambil bertumpu pada tangan, khususnya tangan yang kiri.
Menggerakkan Telunjuk dan Memandangnya
- Menggemgam jari-jari tangan kanan seluruhnya, dan sewaktu-waktu meletakkan ibu jari diatas jari tengah.
- Kadang-kadang membuat lingkaran ibu jari dengan jari tengah.
- Mengisyaratkan jari telunjuk ke qiblat.
- Dan melihat pada telunjuk.
- Menggerakan telunjuk sambil berdo’a dari awal tasyahud sampai akhir.
- Tidak boleh mengisyaratkan dengan jari tangan kiri.
- Melakukan semua ini disemua tasyahud.
Ucapan Tasyahud dan Do’a Sesudahnya
Tasyahud adalah wajib, jika lupa harus sujud sahwi.
Membaca tasyahud dengan sir (tidak dikeraskan).
التَّحِيَّاتُ للهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
“Segala penghormatan bagi Allah, shalawat dan kebaikan serta keselamatan atas Nabi[3] dan rahmat Allah serta berkat-Nya. Keselamatan atas kita dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad hamba dan rasul-Nya“.
Sesudah itu bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengucakan :
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اَللّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
“Ya Allah berilah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau bershalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Mulia. Ya Allah berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesunguhnya Engkau Maha Terpuji dan Mulia“.
Dapat juga diringkas sebagai berikut :
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ و بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
“Ya Allah bershalawtlah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana engkau bershalwat dan memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkau Terpuji dan Mulia“.
Kemudian memilih salah satu do’a yang disebutkan dalam kitab dan sunnah yang paling disenangi lalu berdo’a kepada Allah dengannya.
Rakaat Ketiga dan Keempat
- Kemudian takbir, dan hukumnya wajib. Dan sunnah bertakbir dalam keadaan duduk.
- Kadang-kadang mengangkat kedua tangan.
- Kemudian bangkit ke raka’at ketiga, ini adalah rukun seperti sebelumnya.
- Seperti itu pula yang dilakukan bila ingin bangkit ke raka’at yang ke empat.
- Akan tetapi sebelum bangkit berdiri, duduk sebentar diatas kaki yang kiri (duduk iftirasy) sampai semua tulang menempati tempatnya.
- Kemudian berdiri sambil bertumpu pada kedua tangan sebagaimana yang dilakukan ketika berdiri ke rakaat kedua.
- Kemudian membaca pada raka’at ketiga dan keempat surat Al-Fatihah yang merupakan satu kewajiban.
- Setelah membaca Al-Fatihah, boleh sewaktu-waktu membaca bacaan ayat atau lebih dari satu ayat.
Qunut Nazilah dan Tempatnya
- Disunatkan untuk qunut dan berdo’a untuk kaum muslimin karena adanya satu musibah yang menimpa mereka.
- Tempatnya adalah setelah mengucapkan : رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ “Rabbana lakal hamdu“.
- Tidak ada do’a qunut yang ditetapkan, tetapi cukup berdo’a dengan do’a yang sesuai dengan musibah yang sedang terjadi.
- Mengangkat kedua tangan ketika berdo’a.
- Mengeraskan do’a tersebut apabila sebagai imam.
- Dan orang yang dibelakangnya mengaminkannya.
- Apabila telah selesai membaca do’a qunut lalu bertakbir untuk sujud.
Qunut Witir, Tempat dan Lafadznya
Adapun qunut di shalat witir disyari’atkan untuk dilakukan sewaktu-waktu.
Tempatnya sebelum ruku’, hal ini berbeda dengan qunut nazilah.
Mengucapkan do’a berikut :
اللَّهُمَّ اهْدِنِيْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ ، وَعَافِنِيْ فِيْمَنْ عَافَيْتَ ، وَتَوَلَّنِيْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ ، وَبَارِكْ لِيْ فِيْمَا أَعْطَيْتَ ، وَقِنِيْ شَرَّ مَا قَضَيْتَ ؛ إِنَّكَ تَقْضِيْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ ، وَ إِنَّهُ لاَ يُذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ وَلاَ منجا منك إلا إليك
“Ya Allah tunjukilah aku pada orang yang engkau tunjuki dan berilah aku afiat pada orang yang Engkau beri afiat. Serahkanlah aku pada orang yang berwali kepada-Mu, berilah aku berkah pada apa yang Engkau berikan kepadaku, lindungilah aku dari keburukan yang Engkau tetapkan, karena Engkau menetapkan, dan tidak ada yang menetapkan untukku. Dan sesungguhnya tidak akan hina orang yang berwali kepada-Mu, dan tidak akan mulia orang yang memusuhi-Mu, Engkau penuh berkah, Wahai Rabb kami dan kedudukan-Mu sangat tinggi, tidak ada tempat berlindung kecuali kepada-Mu“.
Do’a ini termasuk do’a yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diperbolehkan karena tsabit dari para shahabat radiyallahu anhum.
Kemudian ruku’ dan bersujud dua kali seperti terdahulu.
Tasyahud Akhir dan Duduk Tawaruk
- Kemudian duduk untuk tasyahud akhir, keduanya adalah wajib.
- Melakukan pada tasyahud akhir apa yang dilakukan pada tasyahud awal.
- Selain duduk di sini dengan cara tawaruk yaitu meletakan pangkal paha kiri ketanah dan mengeluarkan kedua kaki dari satu arah dan menjadikan kaki kiri kebawah betis kanan.
- Menegakkan kaki kanan.
- Kadang-kadang boleh juga dijulurkan.
- Menutup lutut kiri dengan tangan kiri yang bertumpu padanya.
Kewajiban Shalawat Atas Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Berlindung Dari Empat Perkara
Wajib pada tasyahud akhir bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana lafadz-lafadznya yang telah kami sebutkan pada tasyahud awal.
Kemudian berlindung kepada Allah dari empat perkara, dan mengucapkan :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari siksa Jahannam dan dari siksa kubur, dan dari fitnah orang yang hidup dan orang yang mati serta dari keburukan fitnah masih ad-dajjal“.[4]
Berdoa Sebelum Salam
Kemudian berdo’a untuk dirinya dengan do’a yang nampak baginya dari do’a-do’a tsabit dalam kitab dan sunnah, dan do’a ini sangat banyak dan baik. Apabila dia tidak menghafal satupun dari do’a-do’a tersebut maka diperbolehkan berdo’a dengan apa yang mudah baginya dan bermanfaat bagi agama dan dunianya.
Salam dan Macam-macamnya
- Memberi salam kearah kanan sampai terlihat putih pipinya yang kanan, hal ini adalah rukun.
- Dan kearah kiri sampai terlihat putih pipinya yang kiri meskipun pada shalat jenazah.
- Imam mengeraskan suaranya ketika salam kecuali pada shalat jenazah.
Macam-macam cara salam.
- Mengucapkan. “ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ” ke arah kanan dan mengucapkan. “السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ” ke arah kiri.
- Seperti diatas tanpa (وَبَرَكَاتُهُ).
- Mengucapkan.“السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ” ke arah kanan dan. “السَّلامُ عَلَيْكُمْ” ke arah kiri.
- Memberi salam dengan satu kali kedepan dengan sedikit miring kearah kanan.
Penutup
Saudaraku seagama.
Inilah yang terjangkau bagiku dalam meringkas sifat shalat nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai satu usaha untuk mendekatkannya kepadamu sehingga engkau mendapatkan satu kejelasan, tergambar dalam benakmu, seakan-akan engkau melihatnya dengan kedua belah matamu. Apabila engkau melaksanakan shalatmu sebagaimana yang aku sifatkan kepadamu tentang shalat nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku mengharapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menerima shalatmu, karena engkau telah melaksanakan satu perbuatan yang sesuai dengan perkataan nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.
Setelah itu satu hal jangan engkau lupakan, agar engkau menghadirkan hatimu dan khusyu’ ketika melakukan shalat, karena itu tujuan utama berdirinya sang hamba di hadapan Allah Subahanahu wa Ta’ala, dan sesuai dengan kemampuan yang ada padamu dari apa yang aku sifatkan tentang kekhusu’an serta mengikuti cara shalat nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga engkau mendapatkan hasil diharapkan sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan firman-Nya.
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ
Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.
Akhirnya. Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menerima shalat kita dan amal kita secara keseluruhan, dan menyimpan pahala shalat kita sampai kita bertemu dengan-Nya. “Di hari tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak kecuali yang datang dengan hati yang suci”. Dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
[Disalin dari buku Ringkasan Sifat Shalat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Oleh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Penerjemah Amiruddin Abd. Djalij, M Dahri, Penerbit Lembaga Ilmiah Masjid At-Taqwa Rawalumbu Bekasi Timur]
_______
Footnote.
[1] Masih ada dzikir-dzikir yang lain untuk dibaca pada ruku’ ini, ada dzikir yang panjang, ada yang sedang, dan ada yang pendek, lihat kembali kitab Sifat Shalat nabi.
[2] Masih ada dzikir-dzikir yang lain untuk dibaca pada ruku’ ini, ada dzikir yang panjang, ada yang sedang, dan ada yang pendek, lihat kembali kitab Sifat Shalat Nabi
[3] Ini adalah yang disyariatkan sesudah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan tsabit dalilnya diriwayatkan Ibnu Mas’ud, Aisyah, Ibnu Zubair dan Ibnu Abas Radhiyallahu ‘anhu, barang siapa yang ingin penjelasan lebih lengkap lihat kitab Sifat Shalat.
[4] Fitnah orang hidup adalah segala yang menimpa manusia dalam hidupnya seperti fitnah dunia dan syahwat, fitnah orang yang mati adalah fitnah kubur dan pertanyaan dua malaikat, dan fitnah masih ad-dajjal apa yang nampak padanya dari kejadian-kejadian yang luar biasa yang banyak menyesatkan manusia dan menyebabkan mereka mengikuti da’wahnya tentang ketuhanannya
- Home
- /
- A9. Fiqih Ibadah3 Shalat
- /
- Ringkasan Sifat Shalat Nabi...