Ancaman Mencari Ilmu Ad-Din Dengan Tidak Ikhlas

ANCAMAN MENCARI ILMU AD-DÎN DENGAN TIDAK IKHLAS

Oleh
Ustadz  Abu Isma’il Muslim al-Atsari

Seluruh umat Islam telah mengetahui bahwa mencari ilmu agama Islam termasuk kewajiban penting. Karena Allâh Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya, dan tidak ada jalan untuk mengetahui ibadah kecuali dengan ilmu. Ilmu agama bersumber dari firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan sabda Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan dengan akal, perasaan, persangkaan dan dugaan. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap Muslim. [HR. Ibnu Mâjah, no. 224. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahîh Ibni Mâjah]

Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan kepada umat untuk bertanya kepada ulama:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. [Al-Anbiya’/21: 7]

Semakna dengan ayat ini, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang panjang:

أَلاَ سَأَلُوْا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوْا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ

Tidakkah mereka bertanya ketika mereka tidak tahu, padahal sesungguhnya obat kebodohan hanyalah bertanya. [HR. Abu Dawud, no. 336, Kitab: Thaharah, Bab: al-Majruh Yatayammamu (orang yang luka bertayammum), dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahîh Abi Dawud]

Hadits ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu merupakan obat kebodohan, juga mendorong orang jahil (bodoh) untuk minta fatwa (bertanya tentang peristiwa yang terjadi) kepada Ulama’. Sehingga tidak boleh orang yang bodoh minta fatwa kepada orang bodoh lainnya, atau orang yang bodoh memberi fatwa kepada orang bodoh lainnya, sebagaimana seorang yang buta tidak boleh menuntun orang buta lainnya.

KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU
Sesungguhnya keutamaan menuntut ilmu sangat banyak, antara lain:

  • Allâh Azza wa Jalla memudahkan jalan ke surga bagi orang yang menuntut ilmu.
  • Malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap thâlibul ilmi.
  • Seorang ‘alim dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air.
  • Keutamaan seorang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang.
  • Para Ulama itu pewaris para Nabi.
Baca Juga  Sumpah Dusta Sebab Masuk Neraka

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ

Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allâh, Dia menjadikannya faham terhadap agama. [HR. Al-Bukhâri, no: 71]

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata pada syarah hadits ini, “Dan pengertian hadits ini bahwa orang yang tidak mencari pemahaman dalam agama -yaitu tidak mempelajari kaedah-kaedah Islam dan perkara-perkara cabang yang berkaitan dengannya- dia telah dihalangi dari kebaikan. Abu Ya’la telah meriwayatkan hadits Mu’âwiyah (ini) dari sanad lain yang dha’if, dan dia menambahkan pada akhir hadits:

وَمَنْ لَمْ يَتَفَقَّهْ فِي الدِّيْنِ لَمْ يُبَالِ اللهُ بِهِ

Dan barangsiapa tidak mencari pemahaman dalam agama, Allâh tidak memperdulikannya

Namun maknanya shahîh (benar). Karena barangsiapa tidak memahami urusan agamanya, berarti dia bukan seorang faqîh (orang yang faham agama), dan bukan pula mutafaqqih (orang yang berusaha mencari pemahaman agama), maka benar dinyatakan bahwa dia tidak dikehendaki dengan kebaikan. Dalam hal ini terdapat penjelasan yang nyata tentang keutamaan Ulama di atas seluruh manusia, dan keutamaan tafaqquh fid dîn (belajar agama) daripada seluruh ilmu-ilmu (lainnya)”.

Oleh karena itu tidak heran, jika Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ , وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ

Barangsiapa menghendaki dunia, maka kewajibannya menggunakan ilmu. Dan barangsiapa menghendaki akhirat, maka kewajibannya menggunakan ilmu. (Mawâi’zh al-Imam asy-Syafi’i, 1/20)

HARUS IKHLAS
Karena mencari ilmu merupakan ibadah, maka harus diniatkan dengan ikhlas semata-mata mencari ridha Allâh dan mengamalkan perintah-Nya. Karena ibadah harus didasari dengan iman, dilakukan dengan ikhlas, dan dengan mengikuti tuntunan.

Oleh karena itu Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan melihat hati manusia, apakah ikhlas, dan melihat amalnya, apakah sesuai dengan tuntunan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Baca Juga  Larangan Shurah

Sesungguhnya Allâh tidak melihat bentuk kamu dan harta kamu, tetapi Dia melihat hati kamu dan amal kamu (HR. Muslim, no. 2564)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Sesungguhnya semua amalan itu terjadi dengan niat, dan setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan. [HR. Al-Bukhâri, no.1; Muslim, no. 1907; dari Umar bin al-Khaththab]

ANCAMAN TIDAK IKHLAS DALAM MENCARI ILMU
Banyak keterangan agama yang mengancam penuntut ilmu syar’i yang tidak ikhlas.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya diharapkan dengannya wajah Allâh ‘Azza Wa Jalla, tetapi ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia maka ia tidak akan mencium bau Surga pada hari Kiamat. [HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, Shahîh ath-Targhib, no. 105]

Dari Ka’ab bin Malik Radhiyallahu anhu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ

Barangsiapa menuntut ilmu untuk menandingi para ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau memalingkan pandangan-pandangan manusia kepadanya, maka Allâh akan memasukkannya ke neraka. [HR. At-Tirmidzi, Shahîh at-Targhîb, no. 106]

Maka seseorang yang ingin selamat, hendaklah dia meluruskan niat, sehingga selamat dunia dan akhirat.

Hanya Allâh Subhanahu wa Ta’ala tempat memohon hidayah dan rahmat.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XX/1437H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]

  1. Home
  2. /
  3. A3. Waspada Al-Kabair (Dosa-Dosa...
  4. /
  5. Ancaman Mencari Ilmu Ad-Din...