Dinding Ya’-juj dan Ma’-juj
BERANGKAINYA KEMUNCULAN TANDA-TANDA BESAR KIAMAT
Oleh
Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil
Pasal Keempat YA’-JUJ DAN MA’-JUJ
4. Dinding Ya’-juj dan Ma’-juj
Dzul Qarnain membangun dinding Ya’-juj dan Ma’-juj untuk meng-halangi antara mereka dan tetangga mereka yang telah meminta pertolongan kepada Dzul Qarnain dari kejahatan Ya’-juj dan Ma’-juj.
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam al-Qur-an al-Karim:
قَالُوْا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِنَّ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلٰٓى اَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا ٩٤ قَالَ مَا مَكَّنِّيْ فِيْهِ رَبِّيْ خَيْرٌ فَاَعِيْنُوْنِيْ بِقُوَّةٍ اَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا
“Mereka berkata, ‘Wahai Dzul Qarnain, sesungguhnya Ya’-juj dan Ma’-juj itu (makhluk) yang berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami mem-bayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?’ Dzul Qarnain berkata, ‘Apa yang telah dianugerahkan Rabb-ku kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka.’” (Al-Kahfi/18: 94-95)
Ayat ini mengisahkan pembangunan dinding tersebut, adapun tempatnya berada di sebelah timur,[1] sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ
“Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah timur).…” (Al-Kahfi/18: 90)
Tempat dinding penghalang tersebut tidak diketahui tempatnya dengan pasti. Sebagian raja dan para ahli sejarah berusaha untuk mengetahui tempatnya, di antaranya adalah Khalifah al-Watsiq,[2] beliau pernah mengutus beberapa gubernurnya bersama pasukan infantri untuk pergi guna melihat dinding tersebut, menelitinya dan menjelaskan kepadanya ketika kembali. Maka mereka menelusuri dari suatu negeri ke negeri lain, dan satu kerajaan ke kerajaan lainnya hingga mereka sampai kepadanya, dan melihat dinding tersebut yang terbuat dari besi juga timah. Mereka menyebutkan bahwa mereka melihat sebuah pintu yang sangat besar dengan kuncinya yang sangat besar, demikian pula mereka melihat susu-susu dan madu pada sebuah benteng di sana, dan dijaga oleh para penjaga dari kerajaan-kerajaan yang berbatasan dengannya, dan dinding tersebut sangat tinggi sekali, tidak dapat didaki juga gunung-gunung yang ada di sekitarnya tidak dapat didaki. Setelah itu mereka kembali ke negeri mereka, setelah mengembara lebih dari 2 tahun, dan menyaksikan banyak keajaiban.”[3]
Kisah ini disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsiirnya, akan tetapi beliau tidak menyebutkan sanadnya, maka hanya Allah-lah yang mengetahui kebenaran kisah tersebut.
Dan yang ditunjukkan dari beberapa ayat terdahulu bahwa dinding tersebut dibangun di antara dua gunung, berdasarkan firman Allah Ta’ala:
حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ
“Hingga apabila dia telah sampai di antara dua gunung….” (Al-Kahfi/18: 93)
(اَلسَّدَّانَ) maknanya adalah dua gunung yang berhadapan, kemudian Allah berfirman:
حَتّٰىٓ اِذَا سَاوٰى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ
“… Hingga apabila potongan besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu….” ( Al-Kahfi/18: 96)
Maknanya adalah apabila telah sama rata dengan kedua puncak gunung.[4] Dinding itu dibuat dengan menggunakan potongan-potongan besi, kemudian cairan timah dituangkan di atasnya sehingga menjadi sebuah penutup yang sangat kuat.
Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan bahwa seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aku telah melihat sebuah dinding bagaikan kain yang bergaris.” Rasul berkata, “Engkau telah melihatnya.”[5]
Sayyid Quthub berkata, “Ditemukan sebuah dinding penghalang di dekat kota Tirmidz[6] yang terkenal dengan pintu besi, di awal abad ke-15 Masehi. Seorang ilmuan Jerman yang bernama Sild Berger pernah melewatinya dan mengabadikannya dalam bukunya, demikian pula seorang ahli sejarah dari Spanyol Kla Pejo di dalam perjalannya pada tahun 1403 M, dan beliau berkata, ‘Penutup kota pintu besi ada di jalan antara Samarkan dan India….’ Bisa saja dinging penghalang tersebut adalah dinding penghalang yang dibangun oleh Dzul Qarnain.’”[7]
Kami katakan: Barangkali dinding penghalang ini hanya sekedar pagar-pagar yang mengelilingi kota Tirmidz, seperti yang dikatakan oleh Yaqut al-Hamawi dalam kitabnya Mu’jamul Buldaan dan bukan dinding penghalang yang dibangun oleh Dzul Qarnain.”
Demikian pula, tidak penting bagi kami menentukan tempat dinding penghalang tersebut dalam pembahasan ini. Bahkan kita harus berhenti sesuai dengan yang Allah kabarkan kepada kita semua. Demikian pula yang diterang-kan dalam berbagai hadits shahih, yaitu bahwa dinding Ya’-juj dan Ma’-juj itu masih ada hingga datang waktu yang telah ditentukan untuk dirobohkan, kemudian disusul dengan keluarnya Ya’-juj dan Ma’-juj, hal itu terjadi ketika Kiamat telah dekat, sebagaimana yang dikabarkan oleh Allah Ta’ala:
قَالَ هٰذَا رَحْمَةٌ مِّنْ رَّبِّيْۚ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ رَبِّيْ جَعَلَهٗ دَكَّاۤءَۚ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّيْ حَقًّا ۗ ٩٨ وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَىِٕذٍ يَّمُوْجُ فِيْ بَعْضٍ وَّنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَجَمَعْنٰهُمْ جَمْعًا
“Dzul Qarnain berkata, ‘(Dinding) ini adalah rahmat dari Rabb-ku, maka apabila janji Rabb-ku sudah datang. Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabb-ku itu adalah benar.’ Kami biarkan mereka (Ya’-juj dan Ma’-juj) di hari itu berbaur antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.” (Al-Kahfi/18: 98-99)
Dalil yang menunjukkan bahwa dinding penghalang tersebut belum dihancurkan adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang dinding penghalang itu, beliau bersabda:
يَحْفُرُونَهُ كُلَّ يَوْمٍ حَتَّى إِذَا كَادُوا يَخْرِقُونَهُ قَالَ الَّذِي عَلَيْهِمْ: ارْجِعُوا فَسَتَخْرِقُونَهُ غَداً. قَالَ: فَيُعِيدُهُ اللهُ كَأَمْثَلِ مَا كَانَ حَتَّى إِذَا بَلَغَ مُدَّتَهُمْ وَأَرَادَ اللهُ أَنْ يَبْعَثَهُمْ عَلَى النَّاسِ قَالَ الَّذِي عَلَيْهِمْ: ارْجِعُوا فَسَتَخْرِقُونَهُ غَداً إِنْ شَاءَ الله، وَاسْتَثْنَى. قَالَ: فَيَرْجِعُونَ هُوَ كَهَيْئَتِهِ حِينَ تَرَكُوهُ، فَيَخْرِقُونَهُ وَيَخْرُجُونَ عَلَى النَّاسِ فَيَسْتَقُونَ الْمِيَاهَ، وَيَفِرُّ النَّاسُ مِنْهُمْ.
“Mereka melubangi setiap hari, hingga ketika mereka hampir saja me-lubanginya, maka pemimpin di antara mereka berkata, ‘Kembalilah, esok hari kalian akan melubanginya.’” Rasul bersabda, “Lalu Allah me-ngembalikannya tokoh seperti semula, sehingga ketika mereka telah mencapai waktunya, dan Allah berkehendak untuk mengutus mereka kepada manusia, maka orang yang memimpin mereka berkata, ‘Kembali-lah, esok hari insya Allah (dengan izin Allah) kalian akan melubanginya.’ Dia mengucapkan istisna (insya Allah).” Nabi bersabda, “Lalu mereka kembali sementara penutup tersebut tetap dalam keadaan ketika mereka tinggalkan, akhirnya mereka dapat melubanginya dan keluar ke tengah-tengah manusia, kemudian mereka meminum air dan manusia lari dari mereka.”[8]
Adapun hadits yang terdapat dalam ash-Shahiihain -seperti yang telah dijelaskan- bahwa dinding penghalang itu telah terbuka sedikit, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa kaget karenanya.
Al-Ustadz Sayyid Quthub rahimahullah melihat dari sisi tarjiih bukan dari sisi yang yakin bahwa janji Allah untuk membuka penutup itu telah terjadi, dan Ya’-juj dan Ma’-juj telah keluar, mereka adalah bangsa Tatar yang muncul pada abad ke-7 Hijriyyah. Mereka telah menghancurkan kerajaan-kerajaan Islam dan hidup di muka bumi untuk melakukan kerusakan.[9]
Al-Qurthubi rahimahullah mengomentari bangsa Tatar ini dengan ungkapannya, “Dan telah keluar sebagian dari mereka -bangsa Turk- pada zaman ini, kaum-kaum yang tidak dapat dihitung kecuali oleh Allah, dan tidak ada yang dapat mengusir mereka dari kaum muslimin kecuali Allah, sehingga mereka seperti Ya’-juj dan Ma’-juj atau sebagai pembuka bagi kedatangan mereka.”[10]
Munculnya bangsa Tatar terjadi pada masa al-Qurthubi, beliau men-dengar berbagai kerusakan dan pembunuhan yang mereka lakukan, lalu beliau mengira bahwa mereka adalah Ya’-juj dan Ma’-juj atau pembuka bagi keluar-nya Ya’-juj dan Ma’-juj.
Akan tetapi yang termasuk ke dalam tanda-tanda besar Kiamat -yaitu keluarnya Ya’-juj dan Ma’-juj di akhir zaman- belum terjadi sampai sekarang, karena hadits-hadits shahih menunjukkan bahwa kemunculan mereka terjadi setelah turunnya ‘Isa Alaihissalam. Beliaulah yang berdo’a kepada Allah untuk ke-hancuran mereka, sehingga Allah menghancurkan mereka, kemudian melemparkan mereka ke lautan, serta mengamankan negeri-negeri juga hamba-hamba-Nya dari kejahatan mereka.
[Disalin dari kitab Asyraathus Saa’ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1] Lihat Tafsiir Ibni Katsir (V/191).
[2] Beliau adalah seorang khalifah zaman ‘Abbasiyyah, namanya Harun bin Muhammad al-Mu’tashim bin Harun ar-Rasyid, dibai’at menjadi khalifah pada umur 26 tahun, dan wafat pada tahun 232 H di jalan Makkah ketika berusia 36 tahun.
Lihat al-Bidaayah wan Nihaayah (X/308).
[3] Tafsiir Ibni Katsir (V/193).
[4] Lihat Tafsiir Ibni Katsir (V/191-192).
[5] HR. Al-Bukhari secara mu’allaq di dalam Shahiihnya, pada bab Qishshatu Ya’-juj wa Ma’-juj (VI/381, al-Fat-h).
[6] (Tirmidz) Yaqut berkata, “Sebuah kota yang terkenal dan merupakan salah satu kota besar, terletak di sisi sungai Jaihun dari sebelah timur, dikelilingi oleh pagar dan pasar-pasarnya yang ramai dengan perdagangan, dialah kota dinisbatkan kepadanya al-Imam Abu ‘Isa at-Tirmidzi penulis kitab al-Jaami’ush Shahiih dan al-‘Ilal. Mu’jamul Buldaan (II/26-27).
[7] Tafsiir azh-Zhilal (IV/2293), dan lihat Asyraathus Saa’ah wa Asraaruha (hal. 75), karya Muhammad Salamah Jabr, cet. Syarikat asy-Syia’, Kuwait, cet. I, th. 1401 H.
[8] HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim, telah diungkapkan takhrijnya sebelum ini, hadits ini shahih. Lihat hal. 158.
[9] Lihat Fii Zhilaaliil Qur-aan (IV/2293-2294).
[10] Tafsiir al-Qurthubi (XI/58).
- Home
- /
- A4. Bahasan Tanda-Tanda Kiamat2...
- /
- Dinding Ya’-juj dan Ma’-juj