Lafadz Iqamah
ADZAN DAN IQAMAH
Lafadz Iqamah yang disebutkan dalam hadits:
Iqamah disunnahkan berurutan dan bersambung seperti yang terdapat pda salah satu lafadz berikut ini:
Lafadz pertama: Sebelas kalimat, itulah iqamah yang dibaca oleh Bilal Radhiyallahu anhu di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu:
إحدى عشرة جملة، وهي إقامة بلال رضي الله عنه التي كان يقيم بها بين يدي النبي- صلى الله عليه وسلم- وهي 1- اللهُ أَكْبَرُ، 2- اللهُ أَكْبَرُ، 3- أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا الله، 4- أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ الله، 5- حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، 6- حَيَّ عَلَى الفَلَاحِ، 7- قَدْ قَامَتِ الصَّلاةُ، 8- قَدْ قَامَتِ الصَّلاةُ، 9- اللهُ أَكْبَرُ، 10- اللهُ أَكْبَرُ، 11- لَا إلَهَ إلَّا الله. أخرجه أبو داود. (HR. Abu Daud)[1].
Lafadz kedua: Tujubelas kalimat, yaitu iqamah Abu Mahdzurah Radhiyallahu anhu, yaitu:
سبع عشرة جملة، وهي إقامة أبي محذورة رضي الله عنه: التكبير أربعاً، والتشهدان أربعاً، والحيعلتان أربعاً، وقد قامت الصلاة مرتين، والتكبير مرتين، ولا إله إلا الله مرة. أخرجه أبو داود والترمذي
Empat kali takbir, tasyahud empat kali, hayya alas shalat dan hayya alal falah empat kali, qad qaamatisshalat dua kali, takbir dua kali, dan laa ilaaha illallah satu kali. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)[2].
Lafadz ketiga: Sepuluh kalimat:
عشر جمل الله أَكْبَرُ، الله أَكْبَرُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا الله، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ الله، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الفَلَاحِ، قَدْ قَامَتِ الصَّلاةُ، قَدْ قَامَتِ الصَّلاةُ، الله أَكْبَرُ، لَا إلَهَ إلَّا الله. أخرجه أبو داود والنسائي. (HR. Abu Daud dan Nasa’i)[3].
Disunnahkan melaksanakan iqamah dengan menggunakan lafadz ini pada suatu kali, dan dengan lafaz yang lain di lain kali, untuk menjaga sunnah dengan berbagai lafadznya dan menghidupkannya, apabila tidak khawatir menimbulkan fitnah.
Disunnahkan berdo’a dan mendirikan shalat di waktu antara adzan dan iqamah.
Boleh menggunakan pengeras suara untuk mengumandangkan adzan, iqamah, shalat, dan khutbah saat diperlukan, namun jika menimbulkan hal negatif atau mengganggu maka harus dihilangkan.
Disunnahkan adzan dan iqamah dilakukan oleh satu orang, seorang mu’adzzin lebih berhak dengan adzan, sedangkan imam lebih berhak terhadap iqamah, maka mu’adzzin tidak boleh iqamah kecuali setelah mendapat isyarat izin dari imam, baik dengan melihatnya, atau berdiri imam dan lain sebagainya.
Disunnahkan untuk setiap kalimat pada adzan dikumandangkan dengan satu nafas, demikian juga pendengar menjawabnya seperti itu. Adapun iqamah, tidak ada hadits shahih dari nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan adanya dzikir tertertu yang diucapkan oleh orang yang mendengarkannya.
Tata cara Adzan waktu hujan dan cuaca yang sangat dingin
Disunnnahkan bagi mu’adzzin dalam kondisi yang sangat dingin, atau pada malam yang hujan dan lain sebgainya. Mengucapkan setelah hayya alal falah, atau setelah adzan, apa yang disebutkan dalam hadits shahih:
أَلَا صَلُّوا فِي الرِّحَالِ- متفق عليه، أو يقول: صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ- متفق عليه.
(shalatlah di kendaraan) أَلاَ صَلُّوْا فِي الرِّحَالِ
Atau mengucapkan صَلُّوْا فِي بُيُوْتِكُمْ (shalatlah di rumah kalian)
Atau mengucapkan: وَمَنْ قَعَدَ فَلاَ حَرَجَ (barangsiapa yang duduk di rumahnya maka tidak mengapa).
Adzan dan Iqamah dalam perjalanan.
عن مالك بن الحويرث رضي الله عنه قال: أتى رجلان النبي- صلى الله عليه وسلم- يريدان السفر فقال النبي- صلى الله عليه وسلم-: إذَا أَنْتُمَا خَرَجْتُمَا فَأَذِّنَا، ثُمَّ أَقِيمَا، ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمَا أَكْبَرُكُمَا – متفق عليه.
Dari Malik bin al Huwairits Radhiyallahu anhu berkata: Ada dua orang datang kepada nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keduanya ingin melakukan perjalanan, maka nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian berdua pergi, maka kumandangkanlah adzan, kemudian iqamahlah, kemudian hendaklah orang yang lebih tua di antara kalian menjadi imam. (Muttafaq alaih)[4].
Hukum Adzan dan Iqamah dalam Shalat
Empat hal bagi shalat sehubungan dengan disyari’atkannya adzan dan iqamah:
- Shalat yang disyari’atkan karenanya adzan dan iqamah: yaitu shalat lima waktu dan shalat jum’at.
- Shalat yang disyari’atkan baginya iqamah saja dan tidak disyari’atkan adzan, yaitu: shalat yang dijamak dengan shalat sebelumnya, dan shalat yang diqadha.
- Shalat yang mempunyai seruan dengan lafadz tertentu, yaitu: shalat gerhana matahari dan gerhana bulan.
- Shalat yang tidak ada adzan dan iqamahnya, yaitu: shalat sunnah, shalat janazah, shalat dua hari raya, shalat istisqa’ dan sebagainya.
[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Ibadah العبادات ) Penulis : Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
_______
Footnote
[1] Hadits hasan shahih riwayat Abu Daud no (499), shahih sunan abu Daud no (469).
[2] Hadits hasan shahih riwayat Abu Daud ni (502), shahih sunan Abu Daud no (474), Tirmidzi no (192), beliau berkata: hadits hasan shahih, shaih sunan Tirmidzi no (162)
[3] Hadits hasan riwayat Abu Daud no (510), Nasa’i no(628)
[4] Shahih Bukhari no (630), Muslim no (674)
- Home
- /
- A8. Ringkasan Fiqih Islam...
- /
- Lafadz Iqamah