Tokoh yang Baik Atau yang Buruk

TOKOH YANG BAIK ATAU YANG BURUK

Semua orang pasti ingin terhindar dari segala yang tidak menyenangkan, di dunia apalagi di akhirat kelak. Namun tidak semua orang memiliki kemampuan yang cukup untuk mengetahui cara menghindarkan diri atau menyelamatnya. Akhirnya, ia memilih untuk mengikuti orang yang dipandang bisa menuntunnya. Di sini, saat seseorang menentukan panutan dia harus berhati-hati agar tidak menyesal akhirnya. Karena panutan atau orang yang ditokohkan itu, ada yang memang layak untuk itu tapi ada juga tidak.

Sosok yang pantas diikuti dan dianut adalah orang yang memiliki kriteria sebagai ‘alim rabbaniy. Mereka panutan yang membimbing manusia meniti jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ketika menjelaskan tentang ‘alim rabbaniy, Syaikh Abdurrahman Nashir as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Mereka adalah para Ulama’ yang bijaksana, yang sabar, yang mengajarkan dan mendidik masyarakat (yang mengawali pengajaran mereka) dengan ilmu-ilmu yang sederhana sebelum yang tinggi dan Ulama yang menpraktekkan ilmu. Mereka menyuruh masyarakat agar berilmu, beramal dan mengajarkan ilmu yang ketiga hal ini merupakan poros kebahagiaan.”[1].

Selektif dalam menentukan panutan ini sangat diperlukan, karena faktanya tidak semua orang yang menjadi panutan itu berilmu. Seandainya berilmu, belum tentu dia mengamalkan ilmunya. Apalagi dalam al-Qur’an dengan gamblang disebutkan tentang keberadaan tokoh-tokoh yang mengajak manusia masuk ke neraka dan tokoh-tokoh yang mengajak ke surga.

Allâh Azza wa Jalla berfirman tentang fir’aun dan para tokoh disekitarnya:

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ

Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong [Al-Qashash/28:41]

Baca Juga  Mengenali Sabilul Mujrimin Adalah Kewajiban Syar'i

Dalam ayat lain, Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ ۖ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ

Dan Kami jadikan mereka sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka untuk mengerjakan kebaikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah [Al-Anbiyâ’/21:73].

Shahabat yang mulia, ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu anhu mengatakan, “Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan imam (pemimpin) bagi manusia di dunia ini yang mengajak manusia kepada kesesatan atau petunjuk kebaikan.” Kemudian beliau Radhiyallahu anhu membaca dua ayat tersebut di atas.[2]

Keberadaan para tokoh atau panutan yang mengajak kepada keburukan ini tentu sangat membahayakan. Dengan kelihaian lidahnya, dia bisa menggambarkan yang buruk menjadi seakan baik. Semoga Allâh Azza wa Jalla melindungi kita semua dari mereka dan keburukan mereka.

Dalam sebuah hadits disebutkan dari Tsauban Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّيْنَ

Sesungguhnya yang saya khawatirkan (akan merusak) umatku hanyalah para imam (tokoh) yang menyeru kepada kesesatan. (HSR. Abu Dawud, no. 4252 dan at-Tirmidzi, 4/504).[3]

Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan Alu asy-Syaikh berkata, “(Mereka) adalah para pemimpin, tokoh agama dan ahli ibadah yang mengarahkan manusia tanpa ilmu (pemahaman agama yang benar), sehingga mereka menyesatkan manusia, sebagaimana dalam firman Allâh Azza wa Jalla :

وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا

Dan mereka (orang-orang yang sesat) berkata, “Ya Rabb Kami (Allâh Subhanahu wa Ta’ala)! Sesungguhnya kami telah mentaati para pemimpin dan para pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar) [Al-Ahzâb/33:67][4]

Baca Juga  Sikap Islam Terhadap Perbudakan

Akhirnya, kita memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar senantiasa membimbing kita meniti jalan menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat serta menjauhkan kita dari jalan kesesatan yang berujung penderitaan yang sangat menyakitkan.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XXI/1438H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
______
Footnote
[1] Tafsir Taisîr al-Karîm ar-Rahman tentang Surat Ali Imran ayat ke-79
[2] Dinukil oleh Imam al-Baghawi dalam tafsir beliau, 5/109
[3] Hadits ini dinyatakan shahih oleh Imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani
[4] Kitab Fat-hul Majîd Syarhu Kitâbit Tauhîd, hlm. 323

  1. Home
  2. /
  3. A7. Kenapa Takut Kepada...
  4. /
  5. Tokoh yang Baik Atau...