Hal-Hal yang Menakutkan Di Alam Kubur

HAL-HAL YANG MENAKUTKAN DI ALAM KUBUR

Oleh
Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A

Apabila kita mengamati nash-nash yang shahîh dari al-Qur`ân dan Sunnah serta di topang oleh pemahaman dan pandangan para Ulama dalam memahami nash-nash tersebut, maka diketahui bahwa manusia akan melewati empat alam kehidupan, yaitu: alam rahim, alam dunia, alam barzakh (kubur), alam akhirat. Semua proses kehidupan setiap alam tersebut memiliki kekhususan masing-masing, tidak bisa disamakan antara satu dengan lainnya. Misalnya alam rahim, mungkin saja bisa diketahui sebagian proses kehidupan di sana melalui peralatan kedokteran yang canggih, tapi di balik itu semua, masih banyak keajaiban yang tidak terungkap dengan jalan bagaimana pun. Semua itu merupakan rahasia yang sengaja Allah Azza wa Jalla tutup dari ilmu dan pandangan umat manusia. Allah Azza wa Jalla telah menerangkan dalam firman-Nya yang berbunyi:

وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا

Tidaklah kalian diberi ilmu kecuali sedikit saja [al-Isrâ`/17:85]

Apalagi bila kita hendak berbicara tentang kehidupan alam kubur dan alam akhirat, tiada pintu yang bisa kita buka kecuali pintu keimanan terhadap yang ghaib, melalui teropong nash-nash al-Qur`ân dan Sunnah. Beriman dengan hal yang ghaib adalah barometer pembeda antara seorang Mukmin dengan seorang kafir, sebagaimana termaktub dalam firman Allah Azza wa Jalla :

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ

Kitab (al-Qur`ân) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib”.[al-Baqarah/2:2-3]

Banyak nash dari al-Qur`ân dan Sunnah yang mengukuhkan persoalan ini, yang tidak mungkin diuraikan dalam tulisan yang singkat ini.

Keadaan Manusia di Alam Kubur
Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti akan melewati alam kubur. Alam ini disebut pula alam barzakh yang artinya perantara antara alam dunia dengan alam akhirat, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla yang artinya,

لَعَلِّيْٓ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلَّاۗ اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَاۤىِٕلُهَاۗ وَمِنْ وَّرَاۤىِٕهِمْ بَرْزَخٌ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

“Apabila kematian datang kepada seseorang dari mereka, ia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada Barzakh (pembatas) hingga hari mereka dibangkitkan. [al-Mukminûn/23:100]

Para ahli tafsir dari Ulama Salaf sepakat mengatakan, “Barzakh adalah perantara antara dunia dan akhirat, atau perantara antara masa setelah mati dan hari kebangkitan.[1]

Alam Barzakh dinamakan dengan alam kubur adalah karena keadaan yang umum terjadi. Karena pada umumnya jika manusia meninggal dunia, dia dikubur dalam tanah. Namun, bukan berarti orang yang tidak dikubur terlepas dari peristiwa-peristiwa alam barzakh. Seperti orang yang dimakan binatang buas, tenggelam di lautan, dibakar ataupun terbakar. Sebab Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Seperti yang diceritakan Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ فَإِذَا مَاتَ فَحَرِّقُوْهُ وَاذْرُوْا نِصْفَهُ فِي الْبَرِّ وَنِصْفَهُ فِي الْبَحْرِ فَوَاللَّهِ لَئِنْ قَدَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ لَيُعَذِّبَنَّهُ عَذَابًا لاَ يُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِنْ الْعَالَمِيْنَ فَأَمَرَ اللَّهُ الْبَحْرَ فَجَمَعَ مَا فِيهِ وَأَمَرَ الْبَرَّ فَجَمَعَ مَا فِيهِ ثُمَّ قَالَ لِمَ فَعَلْتَ قَالَ مِنْ خَشْيَتِكَ وَأَنْتَ أَعْلَمُ فَغَفَرَ لَهُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang tidak pernah beramal baik sedikit pun berkata kepada keluarganya: apabila ia meninggal maka bakarlah dia, lalu tumbuk tulangnya sehalus-halusnya. Kemudian sebarkan saat angin kencang bertiup, sebagian di daratan dan sebagian lagi di lautan. Lalu ia berkata, ‘Demi Allah, jika Allah mampu untuk menghidupkannya, tentu Allah akan mengazabnya dengan azab yang tidak diazab dengannya seorang pun dari penduduk alam. Maka Allah memerintahkan lautan dan daratan untuk mengumpulkan debunya yang terdapat dalamnya. Maka tiba-tiba ia berdiri tegak. Lalu Allah bertanya kepadanya, “Apa yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut?[2]

Dari kisah di atas dapat kita lihat bagaimana seseorang tersebut berusaha untuk lari dari azab Allah Azza wa Jalla dengan cara yang menurut akal pikirannya dapat membuatnya lolos dan lepas dari azab Allah Azza wa Jalla Tetapi hal tersebut tidak dapat melemahkan kekuasaan Allah Azza wa Jalla . Bila seandainya ada seseorang mau melakukan tipuan terhadap Allah Azza wa Jalla agar ia terlepas dari azab kubur, sesungguhnya kekuasan Allah Azza wa Jalla jauh lebih kuat daripada tipuannya. Pada hakikatnya yang ditipu adalah dirinya sendiri.

Di alam kubur manusia akan mengalami kehidupan sampai terompet sangkakala ditiup oleh malaikat Israfil. Di sana ada yang bersukacita dan ada pula yang berdukacita, ada yang bahagia dan ada pula yang menderita. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Barâ’ bin ‘Azib Radhiyallahu anhu. Ia berkata, “Ketika kami menghadiri penguburan jenazah di perkuburan Baqi’ Gharqad, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kami lalu beliau duduk dan kami pun duduk di sekeliling beliau, seolah-olah ada burung yang hinggap di atas kepala kami (gambaran akan ketenangan Sahabat). Orang jenazah tersebut sedang digalikan lahatnya. Lalu Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan, “Aku berlindung kepada Allah dari azab kubur” sebanyak tiga kali. Selanjutnya beliau berkata, “Sesungguhnya seorang hamba apabila akan menjumpai kehidupan akhirat dan berpisah dengan kehidupan dunia, para malaikat turun mendatanginya, wajah mereka bagaikan matahari. Mereka membawa kain kafan dan minyak harum dari surga. Para malaikat tersebut duduk dengan jarak sejauh mata memandang. Kemudian malaikat maut mendatanginya dan duduk dekat kepalanya seraya berkata, “Wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah. Maka keluarlah ruh itu bagaikan air yang mengalir dari mulut cerek. Maka malaikat maut mengambil ruhnya. Bila ruh itu telah diambil, ia tidak membiarkan berada di tangannya walaupun sekejab mata hingga para malaikat (yang membawa kafan dan minyak harum) mengambilnya. Lalu mereka bungkus ruh itu dengan kafan dan minyak harum tersebut. Maka keluarlah darinya aroma, bagaikan aroma minyak kasturi yang paling harum di muka bumi. Mereka membawa ruh itu naik menuju (ke langit). Mereka melewati para malaikat yang bertanya, ‘Siapa bau harum yang wangi ini? Maka mereka menyebutnya dengan panggilan yang paling baik di dunia. Sampai naik ke langit, lalu mereka meminta dibukakan pintu langit, maka lalu dibukalah untuknya. Malaikat penghuni setiap langit mengiringinya sampai pada langit berikutnya. Dan mereka berakhir pada langit  tempat Allah berada. Allah berkata, ‘Tulislah kitab hamba-Ku pada ‘Illiyyin (tempat yang tinggi) dan kembalikan ia ke bumi, sesungguhnya Aku menciptakan mereka dari bumi, kemudian di sanalah mereka dikembalikan dan akan dibangkitkan kelak. Selanjutnya, ruhnya dikembalikan ke jasadnya. Lalu datanglah kepadanya dua malaikat, keduanya menyuruhnya untuk duduk. Kedua malaikat itu bertanya kepadanya, ‘Siapa Rabbmu?’ ia menjawab, ‘Rabbku adalah Allah’. ‘Apa agamamu?’ Ia menjawab agamaku Islam’. ‘Siapa orang yang diutus kepadamu ini?’ Ia menjawab, ‘Ia adalah Rasulullâh. ‘Apa ilmumu?’ Ia menjawab, ‘Aku membaca kitab Allah dan beriman dengannya’. Lalu diserukan dari langit, ‘Sungguh benar hambaku’. Maka bentangkanlah untuknya tikar dari surga. Dan bukakan baginya pintu surga. Maka datanglah kepadanya keharuman surga dan dilapangkan kuburnya sejauh mata memandang. Selanjutnya, datang kepadanya orang yang berwajah tampan, berpakaian bagus dan harum mewangi. Ia (orang berwajah tampan) berkata, ‘Bergembiralah dengan semua yang menyenangkanmu. Inilah hari yang dijanjikan untukmu. Maka ia (mayat) pun  bertanya, ‘Siapa anda, wajahmu yang membawa kebaikan?’ Maka ia menjawab, ‘Aku adalah amalmu yang shaleh’. Ia bertanya lagi, ‘Ya Allah,  segerakanlah kiamat  agar aku bisa kembali kepada keluarga dan hartaku.

Dan bila seorang kafir, ia berpindah dari dunia dan menuju ke alam akhirat. Dan para malaikat turun dari langit menuju kepadanya dengan wajah yang hitam. Mereka membawa kain ketan yang kasar, mereka duduk dengan jarak dari mayat sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat Maut duduk di dekat kepalanya. Ia berkata, ‘Wahai jiwa yang kotor, keluarlah menuju kemurkaan Allah. Selanjutnya, ruhnya pun menyebar ke seluruh tubuhnya dan  malaikat Maut mencabut ruhnya dengan kuat seperti mencaput sisir besi dari ijuk yang basah. Bila ruh itu telah diambil, malaikat itu tidak membiarkannya sekejab mata di tangannya, sampai para malikat (ruh) meletakkannya pada kain ketan yang kasar tersebut. Kemudian ia mengeluarkan bau yang paling busuk di muka bumi. Selanjutnya para malaikat membawa naik ruh tersebut. Tiada malaikat yang mereka lewati kecuali mereka mengatakan, ‘Bau apa yang sangat keji ini?’ ia dipanggil dengan namanya yang paling jelek waktu di dunia. Sehingga arwahnya sampai pada langit dunia dan malaikat meminta pintunya dibuka, akan tetapi tidak diizinkan. Kemudian Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah:

لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ اَبْوَابُ السَّمَاۤءِ وَلَا يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتّٰى يَلِجَ الْجَمَلُ فِيْ سَمِّ الْخِيَاطِ

Tidak dibukakan untuk mereka pintu langit, dan mereka tidak akan masuk surga sampai onta masuk ke dalam lubang penjahit”.[al-A`râf/7:40]

Setelah itu Allah Azza wa Jalla berkata, “Tulislah catatan amalnya di Sijjîn pada lapisan bumi yang paling bawah”. Dan ruhnya dilemparkan jauh-jauh. Kemudian Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat:

وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَكَاَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاۤءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ اَوْ تَهْوِيْ بِهِ الرِّيْحُ فِيْ مَكَانٍ سَحِيْقٍ

Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, maka seolah-olah ia telah terjatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh [al-Hajj/22:31]

Setelah itu ruhnya dikembalikan ke jasadnya, dan  datang kepadanya dua orang malaikat yang menyuruhnya duduk. Kedua malaikat itu bertanya, ‘Siapa Rabbmu? ia menjawab, ‘Ha ha, aku tidak tahu’. Mereka bertanya lagi, ‘Siapakah orang yang diutus kepadamu ini?’ Ia menjawab, ‘Ha ha, aku tidak tahu’. Maka seseorang menyeru dari langit, ‘Sungguh ia telah berdusta’. Bentangkan tikar untuknya dari api neraka dan bukakan salah satu pinti neraka untuknya. Maka datanglah kepadanya angin panas neraka. Lalu kuburnya disempitkan sehingga tulang-tulang rusuknya saling berdempet. Kemudian datang kepadanya seorang yang bewajah jelek, berpakaian jelek dan berbau busuk. Orang itu berkata, ‘Berbahagialah dengan apa yang menyakitimu, inilah hari yang dijanjikan padamu. Lalu ia (mayat) bertanya, ‘Siapa engkau yang berwajah jelek?’ Ia menjawab, Aku adalah amalanmu yang keji’. Lalu mayat itu mengatakan, ,Rabb ku janganlah engkau datangkan Kiamat”[3].

Baca Juga  Apa yang Terjadi Pada Mayit Di Kuburnya

Jika seorang Muslim mau merenung sejenak bagaimana keadaan dan kondisi kehidupannya nanti di alam kubur. Niscaya ia akan menjauhi perbuatan maksiat dan dosa. Bayangkan, bagaimana keadaan kita ketika berada dalam sebuah lubang yang sempit lagi gelap, serta tidak ada cahaya sedikit pun. Betapa mencekam suasana gelap itu dan menimbulkan rasa takut yang dalam, napas terasa sesak, semakin lama semakin sulit untuk bernapas, rasa haus, lapar, panas, mau berteriak tidak seorang pun yang mendengar.

Akan tetapi alam kubur jauh berbeda dari semua itu. Tidak hanya sebatas apa yang tergambar ketika kita berada dalam sebuah lubang sempit dan gelap. Suasana di sana akan ditentukan oleh amalan kita sewaktu di dunia. Orang yang beramal shaleh waktu di dunia, ia akan lulus dalam menjawab pertanyaan malaikat. Tidur di atas hamparan tikar dari surga, ditemani oleh orang berbau wangi dan berwajah tampan. Kemudian senantiasa mencium bau harum hembusan angin surga.

Adapun orang yang ketika hidup di dunia bergelimang dosa dan maksiat, apalagi melakukan perbuatan syirik. Ia tidak akan bisa menjawab pertanyaan malaikat. Tidur di atas hamparan tikar dari api neraka, di temani oleh orang berbau busuk dan berwajah buruk. Kemudian ia senantiasa mencium bau busuk hembusan panas api neraka. Bahkan setiap manusia akan diperlihatkan tempat tinggalnya saat di alam kubur pada waktu pagi dan sore. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

«إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِىِّ إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ يُقَالُ هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ »

Apabila  seseorang telah mati, akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya pada waktu pagi dan sore. Jika ia termasuk penghuni surga, maka diperlihatkan tempatnya di surga. Dan jika ia dari penghuni neraka maka diperlihatkan tempatnya di neraka. Kemudian dikatakan kepadanya, “Inilah tempatmu yang akan engkau tempati pada hari kiamat”. [HR Muslim no. 5110, Ahmad no. 5656, Mâlik no. 502]

Di antara hikmah diperlihatkannya tempat seseorang di akhirat kelak ketika berada di alam kubur adalah agar semakin menimbulkan rasa syukur dalam diri orang yang beramal shaleh. Ini adalah salah satu bentuk nikmat yang dirasakannya dalam alam kubur. Adapun bagi orang berbuat dosa, maka itu akan semakin menambah rasa kekecewaan dan penyesalan dalam dirinya. Ini adalah salah satu bentuk azab yang dialaminya dalam alam kubur. Hal ini sebagaimana disebutkan Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

لاَ يَدْخُلُ أَحَدٌ الْجَنَّةَ إِلاَّ أُرِيَ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ لَوْ أَسَاءَ لِيَزْدَادَ شُكْرًا وَلاَ يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ إِلاَّ أُرِيَ مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ لَوْ أَحْسَنَ لِيَكُوْنَ عَلَيْهِ حَسْرَةً

Tidak seorang pun masuk ke dalam surga kecuali diperlihatkan kepadanya tempatnya di neraka. Seandainya ia berbuat jelek. Agar bertambah rasa syukurnya. Dan tidaklah seorang pun masuk ke dalam neraka kecuali diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga, seandainya ia berbuat baik. Agar semakin bertambah atasnya rasa penyesalannya”. [HR al-Bukhâri no. 10557]

Dalam riwayat lain disebutkan:

« إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ في قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ ». قَالَ « يَأْتِيْهِ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُوْلاَنِ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُوْلُ في هَذَا الرَّجُلِ ». قَالَ « فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ ». قَالَ « فَيُقَالُ لَهُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ الْجَنَّةِ ». قَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ « فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا ». قَالَ قَتَادَةُ وَذُكِرَ لَنَا أَنَّهُ يُفْسَحُ لَهُ في قَبْرِهِ سَبْعُوْنَ ذِرَاعًا وَيُمْلأُ عَلَيْهِ خَضِرًا إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

Apabila seorang hamba diletakkan di kuburnya, dan kerabatnya pergi meninggalkannya. Sesungguhnya ia mendengar derap terompah mereka. Kemudian datanglah kepadanya dua orang malaikat dan menyuruhnya duduk. Mereka bertanya kepadanya, ‘Apa perkataanmu tentang orang ini?’ Adapun orang Mukmin, maka ia  akan menjawab, Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Lalu dikatakan kepadanya, ‘Lihatlah tempatmu di neraka. Sungguh, Allah telah menukarnya dengan surga, maka ia melihat keduanya. berkata Qatâdah, ‘Disebutkan kepada kami bahwa kuburnya di luaskan tujuh puluh hasta, yang dipenuhi oleh tubuhan hijau sampai hari mereka dibangkit”. (HR al-Bukhâri no. 1285, Muslim no. 5115, Ahmad no. 11823)

Bantahan Terhadap Orang Yang Mengingkari Azab Kubur.
Sebagian kelompok sempalan justru ada yang mengingkari dan tidak percaya dengan azab kubur, seperti orang-orang Mu’tazilah dan para pengagum pemikiran orientalis.

Mereka berpegang kepada akal dan indra mereka. Alasan mereka, karena hal itu bertentangan dengan kenyataan. Jika kita melakukan penggalian terhadap sebuah kuburan, besarnya tidak berubah, kita temui kuburannya tetap seluas itu.

Jawaban dari argumentasi mereka di atas adalah sebagai berikut:
Pandangan dan pendapat yang tidak percaya tentang adanya azab kubur adalah batil menurut kenyataan dan akal sehat, apalagi menurut agama. Mari kita simak pada penjelasan berikut:

  1. Sesungguhnya yang wajib menjadi pedoman kita adalah al-Qur’ân dan Sunnah. Kita tidak boleh menolak ketentuan Allah dan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan alasan yang tidak masuk akal. Karena, setelah diteliti ternyata hal tersebut tidak bertentangan dengan akal. Karena yang menciptakan akal dan yang menurun syari’at adalah Allah Yang Maha Tahu. Tidak ada ajaran agama yang tidak terima akal. Tetapi sebagian ajaran agama ada yang tidak terjangkau oleh akal dan membuat akal bertekuk lutut di hadapan agama. Oleh sebab itu Allah Azza wa Jalla tidak menyerahkan manusia pada akal semata. Allah Azza wa Jalla mengutus para rasul dan menurunkan wahyu untuk mengarahkan akal dalam berfikir.
  2. Alam kubur adalah alam gaib yang memiliki kekhususan, tidak bisa dibandingkan dengan alam dunia ini. Ada orang mencoba mengukur kebenaran azab kubur dengan panca indranya. Lalu mengingkari kejadian alam barzakh dengan alasan karena tidak dapat menyaksikannya dengan panca indra. Menurut pemikirannya yang picik dan dangkal, kehidupan alam kubur seperti kehidupan alam dunia. Ini suatu kekacauan dan kekeliruan dalam mengimani alam barzakh tersebut. Segala peristiwa di sana adalah alam ghaib yang tidak bisa dijangkau dengan panca indra biasa, tetapi bisa dijangkau dengan indra keimanan kepada alam gaib. Bahkan kadang kala sebagian orang menemukan bukti nyata tentang adanya azab kubur. Seperti ketika terjadi penggalian terhadap kuburan karena alasan tertentu. Ditemukan adanya perbedaan kondisi mayat antara satu dengan lainnya. Ada yang kondisinya yang utuh, ada yang hancur seluruh tulang teronggok di tengah, ada pula sebagian tubuhnya hancur dan sebagian utuh, dan ada pula seakan-akan baru dikubur, padahal ia sudah dikubur sejak puluhan tahun. Semua ini menunjukkan adanya proses di alam kubur tersebut sesuai dengan kondisi keimanan masing-masing orang.
  3. Yang merasakan tentang nikmat dan azab kubur tersebut penghuni kubur itu sendiri. Sebagaimana seseorang yang bermimpi dalam tidurnya merasa berada di tempat yang luas atau di tempat yang sempit. Tetapi orang yang melihatnya tidak merasakan hal itu, ia hanya melihat orang itu sedang tidur. Contoh lain adalah ketika Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu di hadapan para Sahabat. Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat mendengar dan melihat Jibril, akan tetapi para Sahabat tidak mendengar dan tidak melihatnya.
  4. Kemampuan panca indra makhluk terbatas dalam mengetahui segala sesuatu. Mereka tidak akan mampu mengetahui segala yang terjadi di langit dan di bumi. Sebagaimana Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa langit dan bumi bertasbih memuji Allah Azza wa Jalla . Akan tetapi, kita tidak mendengar tasbihnya. Namun kadang kala Allah Azza wa Jalla memperdengarkannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Demikian pula halnya keadaan alam Barzakh.
  5. Kebatilan pendapat tersebut menurut kenyataan. Dalam kenyataan sehari-hari, ada kondisi yang mirip dengan kondisi mayat dalam kubur tentang hal yang sedang dialaminya. Kita contohkan dua orang yang sedang tidur, salah seorang di antara mereka melihat dalam tidurnya ia sedang berada di padang hijau yang luas penuh dengan bunga-bunga. Yang lain melihat ia sedang berada dalam gua gelab yang sempit serta sangat menakutkan. Sedangkan dalam kenyataannya mereka sedang tidur terbaring dengan pulas. Tidak seorang pun yang merasakan apa yang sedang mereka alami dalam tidurnya. Demikian pula mayat yang ada dalam kubur. Ia tidur, namun tidurnya memiliki rahasia mengenai apa yang sedang dialaminya di dalam kubur. Oleh sebab itu, dikatakan orang,  “Tidur adalah saudara kematian”.
  6. Kebatilan pendapat tersebut menurut akal. Peristiwa yang kita gambarkan pada poin kelima di atas dapat diterima oleh akal. Bila kondisi tersebut terjadi dan kita alami di dunia, apakah tidak mungkin untuk terjadi di alam kubur.
  7. Kebatilan pendapat tersebut menurut agama. Adapun kebatilan pendapat tersebut menurut Agama adalah sangat banyak sekali. Dalil yang menerangkan tentang adanya azab kubur dalam al-Qur`ân dan hadits-hadits yang shahîh. Kevalidan keyakinan tentang adanya azab kubur sangat banyak sekali dalil-dalilnya. Baik dari ayat-ayat al-Qur’ân maupun dari hadist-hadits yang shahîh. Sebagiannya telah kita sebutkan di awal pembahasan ini. Namun, tidak mengapa kita tambahkan sedikit lagi pada berikut ini:
Baca Juga  Ziarah Kubur

Ayat-ayat Al-Qur’an
Ayat Pertama : Firman Allah Azza wa Jalla dalam surat Ibrâhîm ayat 27 yang berbunyi:

يُثَبِّتُ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۚ

Allah meneguhkan (jawaban) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh waktu kehidupan di dunia dan di akhirat. [Ibrâhîm/14:27]

Ayat ini menjelaskan tentang pertolongan Allah Azza wa Jalla dalam rangka meneguhkan jawaban orang Mukmin ketika menjawab pertanyaan dua orang malaikat saat berada di alam kubur. Sebagaimana yang diterangkan dan disepakati oleh para Ulama Mufassirin.

Hal ini dipertegas oleh sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dan Muslim dalam kitab shahîhnya:

عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ « (يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ) قَالَ « نَزَلَتْ فِي عَذَابِ الْقَبْرِ فَيُقَالُ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّىَ اللَّهُ وَنَبِيِّي مُحَمَّدٌ . فَذَلِكَ قَوْلُهُ عَزَّ وَجَلَّ (يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ في الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى الآخِرَةِ) »

Dari Sahabat Barrâ` bin ‘Azib Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau membaca firman Allah, “Allah meneguhkan (jawaban) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh waktu kehidupan di dunia dan di akhirat” [Muttafaq `alaih]

Lalu beliau bersabda, “Ayat ini turun tentang azab kubur”. Dikatakan kepada si mayat, “Siapakah Tuhanmu?” ia menjawab, Tuhanku Allah, nabiku Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Itulah yang dimaksud pada firman Allah: “Allah meneguhkan (jawaban) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh waktu kehidupan di dunia dan di akhirat“.

Ayat Kedua: Firman Allah Azza wa Jalla dalam Surat al-Mu’min ayat: 45-46 yang berbunyi:

بِاٰلِ فِرْعَوْنَ سُوْۤءُ الْعَذَابِۚ اَلنَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَّعَشِيًّا ۚوَيَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ ۗ اَدْخِلُوْٓا اٰلَ فِرْعَوْنَ اَشَدَّ الْعَذَابِ

Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras. [al-Mukmin/40:45-46]

Ayat yang mulia ini menjelaskan bahwa Fir’aun dan pengikutnya telah mendapat azab di alam barzakh (kubur), dinampakkan kepada mereka neraka pagi dan petang sebelum hari berbangkit. Adapun pada hari kiamat Fir’aun dan kaumnya akan dimasukkan kedalam azab yang lebih keras lagi.

Imam Qurthubi rahimahullah mengomentari ayat di atas dalam tafsirnya, “Jumhur para mufasiriin mengatakan bahwa penampakkan tersebut terjadi pada alam Barzakh (kubur). Dan ini adalah hujjah dalam ketetapan azab kubur”[4].

Demikian pula komentar Imam Ibnu Katsîr rahimahullah dalam tasirnya, “Ayat ini adalah landasan yang kokoh sebagai dalil Ahlussunnah atas azab Barzakh di dalam kubur”[5].

Ayat Ketiga: Firman Allah Azza wa Jalla dalam Surat at-Taubah ayat: 101 yang berbunyi:

نَحْنُ نَعْلَمُهُمْۗ سَنُعَذِّبُهُمْ مَّرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّوْنَ اِلٰى عَذَابٍ عَظِيْمٍ ۚ

Kami akan menyiksa mereka dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar. (Qs at-Taubah/9:101)

Ayat ini telah dijadikan dalil tentang adanya azab kubur oleh para Ulama Salaf[6], sepeti Mujâhid, Qatâdah dan Imam al-Bukhâri.

Ketika menafsirkan firman Allah Azza wa Jalla ,“Kami akan menyiksa mereka dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar” Mujahid rahimahullah mengatakan, yakni “Dengan kelaparan dan azab kubur, kemudian mereka dimasukkan ke dalam azab yang lebih dahsyat pada hari kiamat”.

Imam Qatâdah rahimahullah berkata, “Kami akan menyiksa mereka dua kali, kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar” yakni azab dunia dan azab alam kubur. Kemudian mereka dimasukkan ke dalam azab yang lebih dahsyat”[7].

Demikian pula Imam al-Bukhâri rahimahullah , beliau berdalil dengan ayat sebelumnya dan ayat ini tentang adanya azab kubur. Sebagaimana beliau sebutkan dalam kitab Shahîh beliau di awal bab: “Dalil-dalil tentang azab kubur[8]“.

Hadits-hadits Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Adapun hadits-hadits Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang azab kubur, maka sangat banyak. Berikut ini kita sebutkan sebagian kecil saja sebagai tambahan dari apa yang telah disebutkan pada awal pembahasan ini.

Hadits Pertama:

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ «لَوْلاَ أَنْ لاَ تَدَافَنُوْا لَدَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ»

Dari Anas Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seandainya kalian tidak akan dikubur, sungguh aku berdo’a kepada Allah untuk mendengarkan kalian dari azab kubur”. (HR Muslim, an-Nasâ`i, Ahmad)

Dalam hadits ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahu para Sahabat tentang kepastian adanya azab kubur. Bahkan beliau berkeinginan untuk berdo’a kepada Allah Azza wa Jalla agar memperdengarkannya kepada para Sahabat. Tetapi hal yang menghalangi beliau adalah karena mereka akan menghadapinya di kubur. Hal itu akan mengakibatkan orang tidak akan merasa tentram dalam hidupnya ketika mendengar azab kubur tersebut. Dan bisa-bisa membawa kepada keputus-asaan dalam diri seseorang. Serta dapat mengganggu dalam merasakan nikmat-nikmat dunia yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepada mereka. Sebagaimana yang diterangkan oleh para Ulama tentang hikmah tidak diperdengarkannya azab kubur tersebut kepada manusia.

Hadits Kedua:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ « إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُوْلُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِْ الدَّجَّالِ »

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata: Rasulullâh telah bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian telah selesai membaca tasyahud, maka hendaklah ia berlindung kepada Allah dari empat hal, hendaklah dia mengucapkan, ‘Ya Allah Aku berlindung dengan-Mu dari azab neraka Jahannam, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian serta dari fitnah Masih Dajjal’”. [HR Muslim no. 924, Ahmad no. 9791]

Hadits ini menunjukkan tentang keberadaan azab kubur. Kalau seandainya tidak ada, niscaya Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyuruh umat berlindung dengan Allah Azza wa Jalla dari azab kubur. Tentulah perintah tersebut akan menjadi sia-sia bila azab kubur tersebut tidak ada. Bahkan banyak sekali hadits yang menyebutkan tentang do’a Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar dilindungi Allah Azza wa Jalla dari azab kubur. Hal ini menunjukkan begitu urgennya masalah beriman dengan azab kubur.

Hadits Ketiga:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ  أَمَا إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيْرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِىْ بِالنَّمِيْمَةِ وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ

Dari Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan. Lalu beliau berkata, ‘sesungguhnya keduanya sedang di azab. Keduanya diazab bukan karena dosa besar. Adapun salah seorang mereka suka memfitnah (mengadu-domba). Dan yang lain tidak bersuci ketika buang air kecil’”. [Muttafaq` alaihi]

Dalam hadits ini Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberitahu oleh Allah Azza wa Jalla tentang keadaan dua orang penghuni kuburan tersebut. Bahwa keduanya sedang diazab dalam kuburnya. Karena sebelum terjadi hari kiamat belum ada orang yang diazab dalam neraka. Adapun peristiwa yang digambarkan kepada Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika isra’ mikraj adalah tentang keadaan setelah hari kiamat kelak.

Kemudian dalam hadits tersebut terdapa dua bentuk sebab yang biasa menyebabkan seseorang diazab dalam kuburnya. Pertama orang yang suka memfitnah atau mengadu domba di tengah masyarakat. Kedua orang yang tidak bersuci ketika selesai buang air kecil.

Kesimpulan:

  1. Azab kubur benar-benar ada, dan kita wajib beriman kepadanya karena ia adalah bagian dari beriman kepada yang ghaib.
  2. Azab kubur bersifat umum bagi seluruh manusia, tidak khusus bagi umat nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
  3. Di antara azab atau nikmat kubur ada yang berhubungan dengan ruh dan jasad secara bersamaan dan ada pula yang khusus berhubungan dengan ruh saja.
  4. Semua ruh orang yang telah meninggal dunia berada di alam Barzakh, sekalipun ia pelaku maksiat atau orang kafir.
  5. Seseorang tidak akan masuk surga atau neraka kecuali setelah terjadinya hari kiamat dan dibangkitnya seluruh manusia dari kuburnya.

Pelajaran Di Balik Keimanan Kepada Azab Kubur.
Dalam keimanan kepada azab kubur tersimpan banyak hikmah dan pelajaran bagi pribadi seorang Muslim. Di antara pelajaran yang dapat kita ambil dari keimanan kita kepada azab kubur adalah sebagai berikut:

  1. Menanamkan dalam diri seseorang sikap mawas diri dalam meninggalkan perintah-perintah agama.
  2. Memiliki kemauan yang tinggi dalam melakukan amal shaleh, agar mendapat keberuntungan di alam kubur.
  3. Menimbulkan rasa takut dalam diri seseorang untuk melakukan maksiat, agar terhindar dari azab kubur. Wallâhu a`lam

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XIII/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_____
Footnote
[1] Lihat tafsir at-Thabari 18/53.
[2] Kisah ini terdapat dalam Shahîh al-Bukhâri no.7067  dan Shahîh Muslim:  no. 7157
[3]  Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dishahîhkan oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîh Jâmi’ ash Shaghîr  no 1676.
[4] Lihat tasir al-Qurthubi 15/318.
[5] Lihat tafsir Ibnu Katsîr 4/82.
[6] Lihat tafsir at-Thabari 11/9-12.
[7] Lihat perkataan dua imam tersebut dalam tafsir at-Thabari 11/10-11.
[8] Lihat Shahîh al-Bukhâri 1/461.


  1. Home
  2. /
  3. B1. Topik Bahasan3 Ibadah...
  4. /
  5. Hal-Hal yang Menakutkan Di...