Menzhalimi Budak, Dosa Besar
MENZHALIMI BUDAK, DOSA BESAR
Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari
Islam agama yang sempurna, agama yang datang dari Allâh Ta’ala. Islam mengajarkan kebaikan kepada semua makhluk. Termasuk kepada para budak. Sebagian orang yang tidak mengetahui Islam menyangka, bahwa perbudakan di dalam agama Islam adalah seperti di dalam agama-agama lain, atau bangsa-bangsa zaman dahulu yang memperbudak manusia, merendahkannya, menjajahnya, menyiksanya, membunuhnya dengan tanpa rasa kemanusiaan. Persangkaan itu tidak benar, sebab Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi semua makhluk. Menzhalimi budak termasuk dosa besar, sebagaimana menzhalimi orang merdeka.
Marilah kita perhatikan berbagai bentuk kezhaliman terhadap budak yang dilarang oleh agama Islam, sehingga kita mengetahui keagungan agama Allâh ini, dan sekaligus meninggalkan segala bentuk kezhaliman kepada sesama makhluk.
BENTUK-BENTUK KEZHALIMAN KEPADA BUDAK
1. Mencambuk Budak
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan seorang sahabatnya dengan qudrah Allâh, ketika dia sedang memukuli budaknya. Ini menunjukkan bahwa mencambuk budak merupakan bentuk kezhaliman yang harus dihentikan. Kalau mencambuk budak merupakan dosa, maka mencambuk orang merdeka juga termasuk dosa. Kisah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut diriwayatkan di dalam hadits shahih berikut ini:
عَنْ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قَالَ أَبُو مَسْعُودٍ الْبَدْرِيُّ: كُنْتُ أَضْرِبُ غُلَامًا لِي بِالسَّوْطِ، فَسَمِعْتُ صَوْتًا مِنْ خَلْفِي، «اعْلَمْ، أَبَا مَسْعُودٍ»، فَلَمْ أَفْهَمِ الصَّوْتَ مِنَ الْغَضَبِ، قَالَ: فَلَمَّا دَنَا مِنِّي إِذَا هُوَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَإِذَا هُوَ يَقُولُ: «اعْلَمْ، أَبَا مَسْعُودٍ، اعْلَمْ، أَبَا مَسْعُودٍ»، قَالَ: فَأَلْقَيْتُ السَّوْطَ مِنْ يَدِي، فَقَالَ: «اعْلَمْ، أَبَا مَسْعُودٍ، أَنَّ اللهَ أَقْدَرُ عَلَيْكَ مِنْكَ عَلَى هَذَا الْغُلَامِ»، قَالَ: فَقُلْتُ: لَا أَضْرِبُ مَمْلُوكًا بَعْدَهُ أَبَدًا
Dari Ibrahim at-Taimiy, dari bapaknya, dia berkata: Abu Mas’ud al-Badriy berkata, “Aku memukul budakku dengan cambuk, lalu aku mendengar suara dari belakangku, “Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!”. Aku tidak memahami suara itu karena marah. Ketika dia mendekat kepadaku, ternyata dia adalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ternyata Beliau bersabda, “Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!” Aku menjatuhkan cambuk dari tanganku, Beliau bersabda, “Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud, bahwa Allâh lebih berkuasa kepadamu daripada kamu kepada budak ini!”. Abu Mas’ud berkata, “Aku tidak memukul budak setelah itu selamanya”. [HR. Muslim, no. 1659]
2. Memukul Dan Menampar Budak.
Termasuk kezhaliman kepada budak adalah memukul atau menamparnya. Ini merupakan dosa, dan kaffarahnya adalah dengan memerdekakan budak yang dipukul tersebut.
عَنْ زَاذَانَ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ، دَعَا بِغُلَامٍ لَهُ فَرَأَى بِظَهْرِهِ أَثَرًا، فَقَالَ لَهُ: أَوْجَعْتُكَ؟ قَالَ: لَا، قَالَ: فَأَنْتَ عَتِيقٌ، قَالَ: ثُمَّ أَخَذَ شَيْئًا مِنَ الْأَرْضِ، فَقَالَ: مَا لِي فِيهِ مِنَ الْأَجْرِ مَا يَزِنُ هَذَا، إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: “مَنْ ضَرَبَ غُلَامًا لَهُ حَدًّا لَمْ يَأْتِهِ، أَوْ لَطَمَهُ، فَإِنَّ كَفَّارَتَهُ أَنْ يُعْتِقَهُ”.
Dari Zâdzân, bahwa Ibnu Umar memanggil budaknya, lalu dia melihat bekas (pukulan) di punggungnya, maka dia bertanya kepada budaknya, “Apakah aku telah menyakitimu (dengan pukulan)?” Dia menjawab, “Tidak”. Ibnu Umar berkata, “Engkau dimerdekakan”. Kemudian Ibnu Umar mengambil sesuatu dari tanah, lalu berkata, “Aku tidak mendapatkan pahala dengan memerdekakan dia seberat tanah ini, karena aku telah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa memukul budaknya sebagai hukuman kesalahan yang dia tidak melakukannya, atau menamparnya, maka kaffarahnya (penebus dosanya) memerdekakannya”. [HR. Muslim, no. 30/1657]
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata:
وَقَالَ بعض السلف لَا تضرب الْمَمْلُوك فِي كل ذَنْب وَلَكِن احفظ لَهُ ذَلِك فَإِذا عصى الله فَاضْرِبْهُ على مَعْصِيّة الله وَذكره الذُّنُوب الَّتِي بَيْنك وَبَينه
Sebagian Salaf berkata, “Jangan kau pukul budakmu dalam setiap kesalahan, tetapi ingatlah kesalahan dia itu. Namun jika dia bermaksiat kepada Allâh, maka pukullah dia karena bermaksiat kepada Allâh, dan ingatkan dia akan kesalahannya kepadamu”. [Al-Kabair, hal. 204]
3. Melaparkan budak
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata:
وَمن ذَلِك أَن يجوع الْمَمْلُوك وَالْجَارِيَة وَالدَّابَّة يَقُول رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم كفى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَن يحبس عَمَّن يملك قوته
Termasuk perbuatan buruk kepada budak adalah menjadikan lapar kepada budak laki-laki, budak wanita, dan hewan. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seseorang cukup berbuat dosa dengan tidak memberi makan orang yang dia tanggung makanannya”. [Al-Kabair, hal. 204]
Karena sesungguhnya agama Islam telah mewajibkan makan dan pakaian budak atas majikannya. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ إِخْوَانَكُمْ خَوَلُكُمْ جَعَلَهُمُ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ، فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ، فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ، وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ، وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ فَأَعِينُوهُمْ»
“Sesungguhnya saudara-saudara kamu (para budak yang beragama Islam) adalah pembantu-pembantu kamu, Allâh jadikan di bawah kekuasaan kamu. Maka barang siapa yang memiliki saudara (seagama) di bawah kekuasaannya (yakni menjadi budaknya), hendaklah dia memberikan makanan kepada saudaranya seperti yang dia makan, memberi pakaian kepadanya seperti yang dia pakai. Dan janganlah kamu membebani mereka dengan pekerjaan yang memberatkan mereka. Jika kamu membebani mereka dengan pekerjaan yang berat, hendaklah kamu membantu mereka”. [HR. Al-Bukhari, no. 2545; Muslim, no. 1661]
4. Menuduh berzina tanpa empat orang saksi.
Agama Islam telah menempatkan kehormatan seorang Muslim sangat tinggi. Oleh karena itu tidak boleh merusak kehormatan seorang Muslim dengan tanpa hak. Bahkan Allâh Ta’ala menetapkan 80 kali deraan kepada orang yang menuduh seorang Muslim atau Muslimat dengan berbuat zina, tanpa membawa 4 saksi yang melihatnya. Allâh Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. [An-Nur/24: 4]
Dan larangan menuduh ini bukan hanya berdosa jika ditujukan kepada orang-orang merdeka, bahkan tuduhan kepada budak juga dosa besar!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا القَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ قَذَفَ مَمْلُوكَهُ، وَهُوَ بَرِيءٌ مِمَّا قَالَ، جُلِدَ يَوْمَ القِيَامَةِ، إِلَّا أَنْ يَكُونَ كَمَا قَالَ»
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Aku mendengar Abul Qasim (Nabi Muhammad) Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa menuduh budaknya (berbuat zina), padahal dia bersih dari tuduhan itu, si penuduh akan didera pada hari kiamat, kecuali jika budak itu sebagaimana yang dituduhkan”. [HR. Al-Bukhari, no: 6858; Muslim, no: 1660]
5. Memisahkan budak dengan anaknya atau saudaranya
Termasuk perbuatan sangat buruk kepada budak adalah memisahkan antara seorang budak dengan anaknya, atau dengan saudaranya.
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ قَالَ: كُنَّا فِي الْبَحْرِ وَعَلَيْنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ قَيْسٍ الْفَزَارِيُّ وَمَعَنَا أَبُو أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيُّ، فَمَرَّ بِصَاحِبِ الْمَقَاسِمِ وَقَدْ أَقَامَ السَّبْيَ، فَإِذَا امْرَأَةٌ تَبْكِي، فَقَالَ: مَا شَأْنُ هَذِهِ؟ قَالُوا: فَرَّقُوا بَيْنَهَا وَبَيْنَ وَلَدِهَا، قَالَ: فَأَخَذَ بِيَدِ وَلَدِهَا حَتَّى وَضَعَهُ فِي يَدِهَا، فَانْطَلَقَ صَاحِبُ الْمَقَاسِمِ إِلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ فَأَخْبَرَهُ، فَأَرْسَلَ إِلَى أَبِي أَيُّوبَ فَقَالَ: مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ؟ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ فَرَّقَ بَيْنَ وَالِدَةٍ وَوَلَدِهَا فَرَّقَ اللَّهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْأَحِبَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
Dari Abu Abdurrahman al-Hubuliy, dia berkata: Kami mengarungi lautan dipimpin oleh Abdullah bin Qais al-Fazariy, bersama kami ada Abu Ayyub al-Anshariy. Abu Ayyub melewati petugas yang membagikan tawanan, dia sudah melakukan pembagian tawanan. Ternyata ada seorang wanita menangis, maka Abu Ayyub bertanya, “Kenapa dia?” Mereka mengatakan, “Orang-orang telah memisahkannya dengan anaknya”. Maka Abu Ayyub memegang anak wanita tersebut sampai meletakkannya di tangan ibunya”. Maka petugas yang membagikan tawanan menghadap Abdullah bin Qais dan memberitahukan kepadanya. Dia memanggil Abu Ayyub dan bertanya, “Apa yang mendorongmu melakukan itu?”. Abu Ayyub berkata, “aku telah mendengar Rasulullah n bersabda, “Barang siapa yang memisahkan antara ibu dengan anaknya, niscaya Allâh akan memisahkan orang itu dengan para kekasihnya pada hari kiamat nanti.” [HR. Ahmad, no. 23499. Dihasankan dengan semua jalur dan penguatnya oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth]
Setelah kita mengetahui sebagian ajaran Islam berkaitan dengan budak ini, maka kita berharap kepada Allâh Ta’ala agar menghilangkan berbagai kezhaliman dan penindasan yang ada, terutama yang menimpa kaum Muslimin di berbagai penjuru dunia. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar doa lagi Maka Kuasa mengabulkannya.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XXI/1439H/2018M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
- Home
- /
- A3. Waspada Al-Kabair (Dosa-Dosa...
- /
- Menzhalimi Budak, Dosa Besar