Syarat dan Kaidah Dalam Berdakwah

SYARAT & KAIDAH DALAM BERDAKWAH, MENGAJAK MANUSIA KEPADA AGAMA ISLAM YANG BENAR

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله

Berdakwah, mengajak manusia kepada Islam yang benar, yaitu mengajak manusia kepada cara beragama yang benar, baik dalam masalah ‘aqidah, manhaj, ibadah, akhlak, maupun yang lainnya menurut pemahaman Salafush-Shalih. Dakwah ini harus memenuhi tiga syarat.

Pertama. سَلاَمَةُ الْمُعْتَقَدِ (‘aqidahnya benar). Selamat ‘aqidahnya. Maksudnya, seseorang yang berdakwah harus meyakini kebenaran ‘aqidah Salaf tentang Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, Asma’ dan Shifat, serta semua yang berkaitan dengan masalah ‘aqidah dan iman.

Kedua. سَلاَمَةُ الْمَنْهَجِ (manhajnya benar). Yaitu memahami al Qur`an dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush-Shalih. Mengikuti prinsip dan kaidah yang telah ditetapkan ulama Salaf.

Ketiga. سَلاَمَةُ الْعَمَلِ (beramal dengan benar). Seseorang yang berdakwah, mengajak umat kepada Islam yang benar, maka ia harus beramal dengan benar. Yaitu beramal semata-mata ikhlas karena Allah dan ittiba’ (mengikuti) contoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak mengadakan bid’ah dalam masalah baik i’tiqad (keyakinan), perbuatan atau perkataan.[1]

Dakwah di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan amal yang sangat mulia, ketaatan yang besar, dan merupakan ibadah yang tinggi kedudukannya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri“. [Fushshilat/41:33].

Baca Juga  Pelajaran Dari Umat Terdahulu

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu :

فَوَاللهِ، َلأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ.

Demi Allah, bila Allah memberi petunjuk (hidayah) lewat dirimu kepada satu orang saja, lebih baik (berharga) bagimu daripada unta-unta yang merah.[2]

وَالْعَصْرِ﴿١﴾إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ﴿٢﴾إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. [al ‘Ashr/103:1-3]. 

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun X/1428H/2007M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] Lihat al-Wajiiz fii ‘Aqiidatis-Salafish-Shaalih, hlm. 221-222. Lihat  al- Baqarah ayat 112, an Nisaa` ayat 125, al-Kahfi ayat 110, Ali ‘Imran ayat 31 dan al-Mulk ayat 2.
[2] HR al Bukhari no. 2942, 3701, Muslim no. 2406, dari Sahl bin Sa’d Radhiyallahu anhu.

  1. Home
  2. /
  3. A9. Fiqih Dakwah Agama...
  4. /
  5. Syarat dan Kaidah Dalam...