Tempat Keluarnya Dajjal

BERANGKAINYA KEMUNCULAN TANDA-TANDA BESAR KIAMAT

Oleh
Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

Pasal Kedua AL-MASIH AD-DAJJAL
5. Tempat Keluarnya Dajjal
Dajjal akan keluar dari arah timur, dari Khurasan,[1] dari perkampungan Yahudi Ashbahan,[2] kemudian ia mengembara di atas bumi, tidak ada satu negeri pun yang ditinggalkannya kecuali Makkah dan Madinah, dia tidak akan bisa memasukinya karena para Malaikat menjaganya.

Dalam hadits Fathimah binti Qais terdahulu dijelaskan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai Dajjal:

أَلاَ إِنَّهُ فِيْ بَحْرِ الشَّامِ، أَوْ بَحْرِ الْيَمَنِ، لاَ، بَلْ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ، مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ (وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى الْمَشْرِقِ).

Ketahuilah sesungguhnya dia (Dajjal) berada di laut Syam, atau lautan Yaman. Oh tidak, bahkan (ia akan datang) dari arah timur. Dari arah timur?” (Dan beliau memberikan isyarat dengan tangannya ke arah timur).[3]

Diriwayatkan dari Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meriwayatkan hadits kepada kami, beliau bersabda:

اَلدَّجَّالُ يَخْرُجُ مِنْ أَرْضٍ بِالْمَشْرِقِ؛ يُقَالُ لَهَا: خُرَاسَانُ.

‘Dajjal akan keluar dari bumi di arah timur yang dinamakan Khurasan.’”[4]

Dan diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَخْرُجُ الدَّجَّالُ مِنْ يَهُوْدِيَّةِ أَصْبَهَانَ مَعَهُ سَبْعُوْنَ أَلْفًا مِنَ الْيَهُوْدَ.

Dajjal akan keluar dari perkampungan Yahudi Ashbahan, bersamanya ada tujuh puluh ribu orang Yahudi.”[5]

Ibnu Hajar berkata, “Adapun mengenai tempat di mana Dajjal akan keluar? Maka dia keluar dari arah timur secara pasti.”[6]

Ibnu Katsir berkata, “Maka pertama kali dia muncul dari Ashbahan, dari sebuah kampung yang bernama al-Yahuudiyyah.”[7]

6. Dajjal Tidak Akan Memasuki Makkah dan Madinah
Diharamkan kepada Dajjal untuk memasuki Makkah dan Madinah ketika dia keluar di akhir zaman berdasarkan hadits-hadits shahih yang menjelas-kan hal itu. Adapun negeri-negeri lainnya, maka sesungguhnya Dajjal akan memasukinya satu persatu.

Dijelaskan dalam hadits Fathimah binti Qais Radhiyallahu anha, bahwa Dajjal mengatakan, “Lalu aku bisa keluar. Aku akan berjalan di muka bumi, maka tidak akan aku tinggalkan satu kampung pun kecuali aku singgah kepadanya dalam waktu empat puluh malam, selain Makkah dan Thaibah (Madinah al-Munawarah), keduanya diharamkan untukku, setiap kali aku hendak masuk ke salah satu darinya, maka Malaikat akan menghadangku dengan pedang yang terhunus yang menghalangiku untuk memasukinya, dan di setiap lorong darinya ada Malaikat yang menjaganya.”[8]

Dan telah tetap (pada sebuah riwayat) bahwasanya Dajjal tidak akan memasuki empat masjid: Masjidil Haram, Masjid Madinah, Masjid ath-Thuur, dan Masjidil Aqsha.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Junadah bin Abi Umayyah al-Azdi, dia berkata, “Aku dan seseorang dari kalangan Anshar pergi menemui seseorang dari kalangan Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu kami berkata, “Ceritakanlah kepada kami apa-apa yang engkau dengarkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bercerita tentang Dajjal… (lalu dia menuturkan hadits, dan berkata), “Sesungguhnya dia akan berdiam di muka bumi selama empat puluh hari dalam waktu tersebut dia akan mencapai setiap sumber air dan tidak akan mencapai empat masjid: Masjidil Haraam, Masjid Madinah, Masjid ath-Thuur, dan Masjid al-Aqsha.”[9]

Adapun yang terdapat dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim[10] bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki dengan rambut keriting, buta sebelah matanya, dia meletakkan kedua tangannya di atas kedua pundak seorang laki-laki untuk melakukan thawaf, lalu beliau bertanya tentangnya? Mereka (para Malaikat) menjawab, “Sesungguhnya dia adalah Masihud Dajjal.” Hadits ini bisa dijawab dengan pernyataan bahwa larangan Dajjal masuk ke dalam Makkah dan Madinah hanya terjadi ketika dia keluar di akhir zaman, wallahu a’lam.[11]

7. Pengikut Dajjal
Pengikut Dajjal yang paling banyak adalah orang-orang Yahudi, ‘Ajam, bangsa Turk, dan manusia dari berbagai bangsa dan golongan, sebagian besar mereka adalah orang-orang Arab dusun juga para wanita.

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُوْدِ أَصْبَهَانَ، سَبْعُوْنَ أَلْفًا، عَلَيْهِمُ الطَّيَالِسَةُ.

Orang-orang Yahudi Ashbahan yang akan mengikuti Dajjal sebanyak tujuh puluh ribu, mereka mengenakan jubah tebal dan bergaris.”[12]

Sedangkan dalam riwayat Imam Ahmad:

سَبْعُوْنَ أَلْفًا عَلَيْهِمُ التِّجَانُ.

Delapan puluh ribu orang, mereka mengenakan topi perang.”[13]

Dan diriwayatkan dalam hadits Abu Bakar Radhiyallahu anhu terdahulu:

يَتْبَعُهُ أَقْوَامٌ كَأَنَّ وُجُوْهَهُمُ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ.

Dajjal akan diikuti oleh beberapa kaum, wajah-wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit.”[14]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Nampaknya –wallaahu a’lam– bahwa yang dimaksud dengan bangsa Turk adalah para pembantu Dajjal.”[15]

Kami katakan: Demikian pula orang-orang ‘Ajam, sebagaimana dijelaskan sifat mereka dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu:

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّـى تُقَاتِلُوْا خُوْزًا وَكَرْمَانَ مِنَ اْلأَعَاجِـمِ، حُمْرَ الْوُجُوْهِ، فُطْسَ اْلأُنُوْفِ، صِغَـارَ اْلأَعْيُـنِ، كَأَنَّ وُجُوْهَهُمُ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ، نِعَالُهُمُ الشَّعْرُ.

Tidak akan tegak hari Kiamat hingga kalian memerangi bangsa Khuz dan Karman dari kalangan ‘Ajam, wajah mereka merah, hidungnya pesek, matanya sipit, wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit, dan terompah-terompah mereka terbuat dari bulu.”[16]

Baca Juga  Bumi Tempat Berkumpul

Adapun pernyataan bahwa kebanyakan pengikut mereka dari kalangan Arab karena sesungguhnya kebodohan telah menyelimuti mereka, juga berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Umamah yang panjang:

وَإِنَّ مِنْ فِتْنَتِهِ -أَيْ: الدَّجَّالُ- أَنْ يَقُوْلَ لِلأَعْرَابِيِّ: أَرَأَيْتَ إِنْ بَعَثْتُ لَكَ أَبَاكَ وَأُمَّكَ؛ أَتَشْهَدُ أَنِّي رَبُّكَ؟ فَيَقُوْلُ: نَعَمْ. فَيَتَمَثَّلُ لَهُ شَيْطَانَانِ فِيْ صُوْرَةِ أَبِيْهِ وَأُمِّهِ، فَيَقُوْلاَنِ: يَا بُنَيَّ! اِتَّبِعْهُ؛ فَإِنَّهُ رَبُّكَ.

Dan di antara fitnahnya -yakni fitnah Dajjal- bahwa dia berkata kepada orang Arab kampung, ‘Bagaimana pendapatmu jika aku membangkitkan bapak dan ibumu untukmu, apakah engkau mau bersaksi bahwasanya aku adalah Rabb-mu?’ Dia berkata, “Ya.” Lalu dua syaitan menjelma menjadi bapak dan ibunya, keduanya berkata, ‘Wahai anakku! Ikutilah dia karena dia adalah Rabb-mu.’”[17]

Adapun para wanita, maka keadaan mereka lebih parah daripada keadaan orang-orang Arab kampung karena tabi’at mereka yang cepat terpengaruh dan kebodohan yang menyelimuti mereka. Dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari ‘Umar Radhiyallahu anhuma, dia berkataaata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَنْزِلُ الدَّجَّالُ فِيْ هَذِهِ السَّبْخَةِ بِمِرْقَنَاةَ، فَيَكُوْنُ أَكْثَرُ مَنْ يَخْرُجُ إِلَيْهِ النِّسَاءُ، حَتَّـى إِنَّ الرَّجُلَ يَرْجِعُ إِلَى حَمِيْمِهِ وَإِلَى أُمِّهِ وَابْنَتِهِ وَأُخْتِهِ وَعَمَّتِهِ فَيُوْثِقُهَا رِبَاطًا؛ مَخَافَةَ أَنْ تَخْرُجَ إِلَيْهِ.

Dajjal akan turun pada tanah lembab di Mirqanah[18] ini, maka orang yang paling banyak keluar bersamanya adalah para wanita, sehingga seseorang kembali kepada mertuanya, kepada ibunya, anak puterinya, saudara perempuannya dan bibinya, lalu dia menguatkan hati-hati mereka sebab khawatir mereka keluar bersamanya.’”[19]

[Disalin dari kitab Asyraathus Saa’ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1] Khurasan. Sebuah negeri luas di sebelah timur. Di dalamnya ada beberapa negara bagian, di antara-nya Naisabur, Harah, Marwa, Balkha, juga kota-kota yang berada di dalamnya selain sungai Jaihun.
Lihat Mu’jamul Buldaan (II/350).
[2] Ashbahan. Yaqut berkata, “Kota Ashbahan ada di tempat yang terkenal, yaitu Jayy, tempat tersebut sekarang ini terkenal dengan sebutan Syahrastan dan dengan sebutan al-Madinah, lalu ketika Buktanshar (raja Romawi) menuju Baitul Maqdis dan mengambilnya juga menawan penduduknya, maka dia membawa orang-orang Yahudi bersamanya, lalu menetapkannya di Ashbahan, kemudian mereka membangun sebuah tempat di ujung kota Jayy dan menetap di sana, lalu dinamakan Yahudiyyah (perkampungan Yahudi)… maka kota Ashbahan sekarang ini adalah Yahudiyyah.
Lihat Mu’jamul Buldaan (I/208).
[3] Shahiih Muslim (XVIII/83, Syarh an-Nawawi).
[4] Jaami at-Tirmidzi, bab Ma Jaa-a min Aina Yakhrujud Dajjal? (VI/495, Tuhfatul Ahwadzi).
Al-Albani berkata, “ Shahih,” Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (III/150, no. 3398).
[5] Al-Fathur Rabbaani Tartiib Musnad Ahmad (XXIV/73).
Ibnu Hajar berkata, “Shahih,” Fat-hul Baari (XIII/328).
[6] Fat-hul Baari (XIII/91).
[7] An-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/128), tahqiq Dr. Thaha Zaini.
[8] Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah, bab Qishashatud Dajjal (XVIII/83, Syarh an-Nawawi).
[9] Al-Fathur Rabbani (XXIV/76, Tartiibus Saa’aati).
Al-Haitsami berkata, “Diriwayatkan oleh Ahmad, dan perawinya adalah perawi ash-Shahiih.” Majmaa’uz Zawaa-id (VII/343). Ibnu Hajar berkata, “Para Perawinya adalah tsiqah.” Fat-hul Baari (XIII/105).
[10] Shahiih al-Bukhari, kitab Ahaadiitsul Anbiyaa’ bab Qaulullahi Ta’aala Wadzkur fil Kitaabi Maryam (VI/477, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, kitab al-Iimaan, bab Dzikrul Masiih ibni Maryam wal Masiihid Dajjal (II/233-235, Syarh an-Nawawi).
[11] Lihat Syarh an-Nawawi li Shahiih Muslim (II/224), dan Fat-hul Baari (VI/488-489).
[12] Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah, bab fi Baqiyyati min Ahaadiitsid Dajjal (XVIII/ 85-86, Syarh an-Nawawi).
[13] Al-Fathur Rabbani Tartiibul Musnad (XXIV/73).
Hadits ini shahih, lihat Fat-hul Baari (XIII/238).
[14] HR. At-Tirmidzi dan telah terdahulu takhrijnya.
[15] An-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/117) tahqiq Dr. Thaha Zaini.
[16] Shahiih al-Bukhari, kitab al-Manaaqib bab ‘Alaamatun Nubuwwah (VI/604, al-Fat-h).
[17] Sunan Ibni Majah, kitab al-Fitan, bab Fitnatud Dajjal wa Khuruuju ‘Isa bin Maryam wa Khuruuju Ya’-juj dan Ma’-juuj (II/1359-1363), hadits ini shahih. Lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaaghiir (VI/273-277, no. 7753).
[18] Mirqanah adalah sebuah lembah di Madinah dari arah Tha-if, seseorang melewatinya di ujung kedatangannya, tegasnya di ujung kuburan para syuhada Uhud. Lihat Mu’jamul Buldaan (IV/401).
[19] Musnad Ahmad (VII/190, no. 5353) tahqiq Ahmad Syakir, dia berkata, “Sanadnya shahih.”

8. Fitnah Dajjal
Fitnah Dajjal adalah sebesar-besarnya fitnah semenjak Allah menciptakan Adam sampai hari Kiamat, hal itu karena Allah ciptakan untuk menyertainya di luar kebiasaan yang menjadikan akal manusia menjadi sangat kagum kepadanya dan membingungkan akal fikiran.

Telah diriwayatkan bahwasanya dia (Dajjal) membawa Surga dan Neraka, Surganya adalah Neraka, dan Nerakanya adalah Surga, dan dia membawa sungai-sungai yang berair, gunung-gunung roti, memerintahkan langit untuk menurunkan hujan sehingga hujan pun turun, dan memerintahkan bumi agar menumbuhkan tumbuhan sehingga tumbuhlah berbagai tumbuhan, diikuti oleh berbagai simpanan bumi, dapat berjalan di muka bumi dengan cepat bagaikan cepatnya awan yang ditiup angin… dan hal-hal luar biasa lainnya. Semuanya dijelaskan dalam hadits-hadits yang shahih.

Baca Juga  Penyebutan Dajjal Dalam Al-Qur-an

Di antaranya apa yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلدَّجَّالُ أَعْوَرُ الْعَيْنِ اليُسْرَى، جُفَالُ الشَعْرِ، مَعَهُ جَنَّةٌ وَنَارٌ، فَنَارُهُ جَنَّةٌ، وَجَنَّتُهُ نَارٌ.

Dajjal itu buta mata kirinya, rambutnya keriting, dia membawa Surga dan Neraka, Nerakanya adalah Surga dan Surganya adalah Neraka.’”[1]

Diriwayatkan oleh Muslim juga dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لأَنَا أَعْلَمُ بِمَا مَعَ الدَّجَّاِلِ مِنْهُ، مَعَهُ نَهْرَانِ يَجْرِيَانِ، أَحَدُهُمَا رَأْيَ الْعَيْنِ مَاءٌ أَبْيَضُ، وَاْلآخَرُ رَأْيَ الْعَيْنِ نَارٌ تَأَجَّجُّ، فَإِمَّا أَدْرَكَنَّ أَحَدٌ؛ فَلْيَأْتِ النَّهْرَ الَّذِيْ يَرَاهُ نَارًا، وَلْيُغَمِّضْ، ثُمَّ لِيُطَأْطِىءْ رَأْسَهُ، فَيَشْرَبَ مِنْهُ؛ فَإِنَّهُ مَاءٌ بَارِدٌ.

Sesungguhnya aku adalah orang yang paling tahu terhadap apa yang dimiliki oleh Dajjal, dia memiliki dua sungai yang mengalir, salah satunya terlihat oleh mata sebagai air yang berwarna putih, sementara yang lain terlihat oleh mata sebagai api yang membara. Jika salah seorang mendapat-kan, maka hendaklah ia mendatangi sungai yang terlihat api di dalamnya, pejamkanlah matanya, kemudian hendaklah dia menundukkan kepalanya, lalu minumlah, karena ia adalah air yang dingin.’”[2]

Dijelaskan dalam hadits an-Nawwas bin Sam’an Radhiyallahu anhu tentang Dajjal, bahwasanya para Sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, berapa lamakah dia berada di bumi?” Beliau menjawab, “Selama empat puluh hari: satu hari bagaikan satu tahun, satu hari bagaikan satu bulan, satu hari bagaikan satu pekan dan sisa-sisa harinya seperti hari-hari kalian.” Mereka bertanya, “Bagaimanakah kecepatan berjalannya di bumi?” Beliau menjawab, “Bagaikan hujan yang ditiup angin. Dia mendatangi suatu kaum, mengajak mereka, lalu mereka pun beriman kepadanya dan mentaatinya. Kemudian dia memerintahkan langit untuk menurunkan hujan, maka turunlah hujan, dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tumbuhan, maka tumbuhlah tumbuhan itu, sehingga binatang ternak mereka merumput dan merasa leluasa, badannya gemuk-gemuk dan tinggi serta banyak susunya. Kemudian dia pergi kepada satu kaum yang lain, mengajak mereka, lalu mereka menolak seruannya, sehingga tanah mereka menjadi tandus, akhirnya mereka menjadi orang-orang miskin yang tidak memiliki harta sedikit pun. Dan dia melewati tempat reruntuhan, lalu dia berkata, ‘Keluarkanlah barang-barang simpananmu,’ lalu harta simpanan itu mengikutinya bagaikan sekelompok lebah, kemudian dia akan berseru kepada seorang pria yang gemuk lagi masih muda. Ditebasnya pemuda itu dengan pedang, lalu dia membelahnya menjadi dua bagian dan memisahkan tubuhnya sejauh sasaran anak panah. Kemudian dia (Dajjal) memanggilnya, lalu dia menghadapnya dengan muka yang berseri-seri sambil tertawa.”[3]

Dijelaskan dalam riwayat al-Bukhari, dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, bahwa orang yang dibunuh oleh Dajjal ini adalah di antara manusia terbaik yang datang kepada Dajjal dari Madinah, kota Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia berkata kepada Dajjal, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Dajjal yang telah diceritakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam haditsnya.” Lalu Dajjal berkata, “Bagaimana pendapat kalian jika aku membunuh orang ini dan menghidupkannya, apakah kalian meragukannya?” Kemudian mereka menjawab, “Tidak.” Akhirnya dia membunuhnya, lalu menghidupkannya. Akhirnya (orang itu) berkata, “Demi Allah, hari ini aku bertambah yakin (bahwa engkau adalah Dajjal).” Kemudian Dajjal hendak membunuhnya lagi akan tetapi dia tidak mampu melakukannya.”[4]

Telah dijelaskan sebelumnya riwayat Ibnu Majah dari Abi Umamah al-Bahili Radhiyallahu anhu…. (di dalamnya ada sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang Dajjal):

إِنَّ مِنْ فِتْنَتِهِ أَنْ يَقُوْلَ لِلأَعْرَابِـيِّ: أَرَأَيْتَ إِنْ بَعَثْتُ لَكَ أَبَاكَ وَأُمَّكَ؛ أَتَشْهَدُ أَنِّـي رَبُّكَ؟ فَيَقُوْلُ: نَعَمْ. فَيَتَمَثَّلَ لَهُ شَيْطَانَانِ فِيْ صُوَرِةِ أَبِيْهِ وَأُمِّهِ، فَيَقُوْلاَنِ: يَا بُنَيَّ! اِتَّبِعْهُ؛ فَإِنَّهُ رَبُّكَ.

Sesungguhnya di antara fitnahnya -yakni fitnah Dajjal- bahwa dia berkata kepada orang-orang Arab dusun, ‘Bagaimana pendapatmu jika aku membangkitkan bapak dan ibumu untukmu, apakah engkau mau bersaksi bahwasanya aku adalah Rabb-mu?” Dia berkata, ‘Ya.’ Lalu dua syaitan menjelma menjadi bapak dan ibunya, keduanya berkata, ‘Wahai anakku, ikutilah dia karena dia adalah Rabb-mu.’”[5]

Hanya kepada Allah kita memohon keselamatan dan kita berlindung kepada Allah dari fitnahnya.

[Disalin dari kitab Asyraathus Saa’ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1] Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah, bab Dzikrud Dajjal (XVIII/60-61, Syarh an-Nawawi).
[2] Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah, bab Dzikrud Dajjal (XVIII/61, Syarh an-Nawawi).
[3] Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah, bab Dzikrud Dajjal (XVIII/65-66, Syarh an-Nawawi).
[4] Shahiih al-Bukhari, kitab al-Fitan bab Laa Yadkhulud Dajjal al-Madiinah (XIII/101, al-Fat-h).
[5] Telah disebutkan takhrijnya.