Adab Menjenguk Orang Sakit
ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT
Segala puji hanya untuk Allah Ta’ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksi bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba’du:
Diantara sekian banyak amal shaleh yang ditekankan oleh syari’at kita serta dijanjikan bagi para pelakunya dengan ganjaran yang besar ialah menjenguk orang sakit. Yang paling jelas adalah sebuah sabda Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Bara’ bin Azib Radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan:
أَمَرَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ أَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ وَعِيَادَةِ الْمَرِيضِ وَإِجَابَةِ الدَّاعِي وَنَصْرِ الْمَظْلُومِ وَإِبْرَارِ الْقَسَمِ وَرَدِّ السَّلَامِ وَتَشْمِيتِ الْعَاطِسِ [أخرجه البخاري و مسلم]
“Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh kami untuk mengerjakan tujuh perkara: ‘Beliau memerintahkan kami supaya mengiringi jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan, menolong orang yang terdhalimi, membantu melepas (kafarah) sumpah, menjawab salam dan mendo’akan orang yang bersin“. [HR Bukhari no: 1239. Muslim no: 2066].
Dalam riwayat Bukhari disebutkan, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَطْعِمُوا الْجَائِعَ وَعُودُوا الْمَرِيضَ وَفُكُّوا الْعَانِيَ » [أخرجه البخاري]
“Berilah makan orang yang kelaparan, jenguklah orang yang sedang sakit dan bebaskanlah saudara (muslim) yang tertawan“. [HR Bukhari no: 5373. Dari sahabat Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu].
Fadhilah Menjenguk Orang Sakit
Salah satu keutamaan menjenguk orang sakit adalah hak seorang muslim pada muslim lainnya yang harus ditunaikan. Sebagaimana digambarkan dalam haditsnya Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ ». قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Hak muslim atas muslim lainnya ada enam perkara”. Ada yang bertanya: “Apa saja enam perkara tersebut wahai Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam? Beliau menjawab: “Apabila engkau berjumpa dengannya engkau memberi salam, jika engkau diundang maka memenuhi undangannya, bila engkau dimintai nasehat engkau menasehatinya, jika dirinya bersin lalu mengucapkan ‘al-hamdulillah’ engkau mendo’akannya, dan bila sakit engkau menjenguknya, dan apabila dirinya meninggal engkau mengiringi jenazahnya“. [HR Bukhari no: 1240. Muslim no: 2162].
Bahkan, dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam bahwa menjenguk saudaranya muslim yang sedang sakit merupakan jalan yang mengantarkan kepada surga. Disebutkan oleh Imam Muslim sebuah hadits dari Tsauban Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا عَادَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ لَمْ يَزَلْ فِي خُرْفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا خُرْفَةُ الْجَنَّةِ قَالَ جَنَاهَا [أخرجه مسلم]
“Sesungguhnya seorang muslim jika menjenguk saudaranya muslim (yang sedang sakit) maka dirinya senantiasa berada khurfah surga hingga dirinya kembali”. Di katakan: “Wahai Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, apa khurfah surga itu? Beliau menjelaskan: “Buah-buahan surga“. [HR Muslim no: 2568].
Syaikh Muhamad bin Sholeh al-Utsaimin menjelaskan makna hadits diatas: “Maksudnya dirinya senantiasa berada ditaman buah-buahan surga selama dirinya duduk disisi orang yang sedang dijenguknya”.[1]
Dalam kesempatan lain Nabi Muhammad Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kalau menjenguk saudaranya muslim yang sedang sakit sebagai faktor dirinya dido’akan oleh para malaikat. Seperti diberitakan oleh sahabat Ali Radhiyallahu ‘anhu, sebagaimana dikeluarkan oleh Imam Tirmidzi dalam sunannya. Sahabat Ali menceritakan: “Aku pernah mendengar langsung dari Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَعُودُ مُسْلِمًا غُدْوَةً إلا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ , وَإِنْ عَادَهُ عَشِيَّةً إلا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ فِي الْجَنَّةِ [أخرجه الترمذي]
“Tidaklah seorang muslim yang menjenguk saudaranya muslim dipagi hari melainkan dirinya akan dido’akan oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga petang. Dan jika dirinya menjenguk disore hari maka dirinya akan dido’akan oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga pagi. Dan baginya kebun ditengah surga“. [HR at-Tirmidzi no: 969. Beliau berkata hadits hasan gharib. Dinyatakan shahih oleh Ibnu Hiban dan al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi 1/286 no: 775].
Al-Ghudwah ialah waktu yang dimulai dari fajr sampai terbitnya matahari, maksudnya ialah pagi hari. Adapun al-A’syiyah artinya waktu yang dimulai dari tergelincirnya matahari hingga tenggelam. Sedangkan al-Kharif maksudnya adalah kebun. Pada asalnya ia adalah pepohonan yang saling menutupi.
Imam Qadhi Iyadh pernah menuturkan: “Menjenguk orang yang sedang sakit merupakan bentuk ketaatan yang sangat dianjurkan dan memiliki banyak pahala. Dimana telah datang penjelasannya dalam hadits serta yang lainnya, dan hal ini hukumnya bisa menjadi fardhu kifayah, apalagi jika yang sakit adalah orang asing yang tidak memiliki keluarga atau kerabat yang membantunya. Sehingga jika sampai tidak dijenguk dirinya bertambah parah dan bisa meninggal tanpa perawatan, kelaparan serta kehausan.
Adapun menjenguknya, yaitu bertujuan untuk mengetahaui keadaannya serta menanyakan barangkali ada kebutuhan dan bantuan yang diperlukan. Perkaranya sama persis dengan menolong orang yang sedang di aniaya, menyelamatkan orang dari kebakaran atau bahaya, yang wajib hukumnya bagi orang yang hadir. Sehingga bila kaum muslimin tidak ada yang menjenguknya mereka tidak mengetahui keadaan orang yang sedang sakit tersebut”. [2]
Adab Bagi yang Menjenguk
Sunah yang dianjurkan bagi orang yang sedang menjenguk ialah mendo’akan orang yang sedang sakit dengan rahmat dan ampunan, penghapus dosa, keselamatan dan kesembuhan.
Dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajari umatnya beberapa do’a yang hendaknya dihafal oleh orang yang akan menjenguk dan menggunakan do’a-do’a tersebut karena bersumber dari makhluk yang terjaga yaitu Nabi kita Muhammad Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, disamping itu beliau juga diberi jamami’ul kalim (ucapan yang ringkas namun banyak makna).[3]
Do’a Menjenguk Orang Sakit
Diantara do’a tersebut adalah seperti yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengkisahkan: “Pada suatu hari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam datang menjenguk arab badui yang sedang sakit. Dan kebiasaan beliau jika menjenguk orang sakit beliau mengucapkan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ » [أخرجه البخاري]
“Tidak mengapa, semoga sakitmu bisa sebagai penghapus dosa-dosamu, insya Allah“. [HR Bukhari no: 3616].
Do’a lain yang biasa beliau ucapkan adalah seperti hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « بِاسْمِ اللَّهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيقَةِ بَعْضِنَا لِيُشْفَى بِهِ سَقِيمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bila ada seseorang yang mengeluh sakit pada beliau, atau terluka, maka beliau meletakan jari telunjuknya ke tanah lalu mengangkatnya sambil membaca do’a: “Dengan nama Allah, debu tanah kami dan air ludah sebagian kami, semoga bisa menyembuhkan penyakit kami dengan ijin Rabb kami“. [Bukhari no: 5745. Muslim no: 2194].
Salah satu do’a beliau ialah seperti yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Aisyah Radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَذْهِبِ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِى لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Adalah kebiasaan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila datang pada orang yang sedang sakit beliau mendo’akan orang tersebut dengan do’a: “Hilangkanlah sakit, wahai Rabb manusia. Sembuhkanlah, Engkau adalah Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan –Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit“. [HR Bukhari no: 5675. Muslim no: 2191].
Dalam shahih Bukhari dan Muslim disebutkan sebauh do’a, sebagaimana diriwayatkan oleh Sa’ad bin Abu Waqash Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendo’akan dirinya tatkala sakit dengan berdo’a:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا ». ثَلاَثَ مِرَارٍ » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Ya Allah berilah kesembuhan pada Sa’ad“. Sebanyak tiga kali”. [HR Bukhari no: 5659. Muslim no: 1628].
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mengajarkan pada Utsman bin Abi Waqash manakala dirinya pernah mengeluhkan rasa sakit yang terasa ditubuhnya semenjak masuk Islam. Beliau mengatakan padanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِى تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ بِاسْمِ اللَّهِ. ثَلاَثًا. وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ » [أخرجه مسلم]
“Letakkan tanganmu diatas anggota badan yang terasa sakit, kemudian bacakan: “Bismillah’, sebanyak tiga kali. Lalu baca tujuh kali ‘Aku berlindung kepada Allah dan kemampuan –Nya dari keburukan yang aku rasakan dan aku jauhi“. [HR Muslim no: 2202].
Diantara do’a yang diwasiatkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dikala menjenguk orang sakit adalah sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dalam sunannya dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ عَادَ مَرِيضًا لَمْ يَحْضُرْ أَجَلُهُ عنده سَبْعَ مَرَّاتٍ: أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ الا عافاه اللَّهُ من ذالك المرض [أخرجه أبو داود و ابن حبان]
“Barangsiapa yang menjenguk orang sakit yang belum saatnya meninggal, lantas dirinya membaca do’a disisinya sebanyak tujuh kali: ‘Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung, Rabb permilik Arsy yang mulia, agar menyembuhkan dirimu’. Melainkan (pasti) Allah akan memberi kesembuhan dari sakit yang dideritanya”. [HR Abu Dawud no: 3106, Ibnu Hibban no: 2964. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam Shahih sunan Abi Dawud 2/600 no: 2663].
Begitu pula, termasuk do’a yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika menjenguk orang sakit adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: “Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إِذَا جَاءَ الرَّجُلُ يَعُودُ مَرِيضًا فليقَل: اللَّهُمَّ اشْفِ عَبْدَكَ يَنْكَأُ لَكَ عَدُوًّا وَيَمْشِي لَكَ إِلَى الصَّلَاةِ [أخرجه أبو داود و ابن حبان]
“Apabila ada seseorang yang datang menjenguk saudaranya yang sakit maka hendaknya ia mendo’akan: ‘Ya Allah berilah kesembuhan pada hambaMu, (sehingga) ia bisa membunuh musuh-musuhMu, atau bisa berjalan (kembali) untuk mengerjakan sholat”. [HR Abu Dawud no: 3107, Ibnu Hibban no: 2963. Dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam shahih Abu Dawud 2/600 no: 2664].
Dalam menjenguk orang sakit ada beberapa pelajaran yang bisa kita raih diantaranya:
Pertama: Pahala yang besar dari Allah azza wa jalla, sebagaimana telah lewat penjelasannya dalam hadits-hadits terdahulu.
Kedua: Akan menguatkan kondisi si sakit dikarenakan dikunjungi oleh orang yang dicintainya.
Ketiga: Mendo’akan pada orang yang sakit. Atau merasa kehilangan kabar tentangnya sehingga hal tersebut tidak mungkin bisa diketahui kecuali bila dirinya datang menjenguknya.
Keempat: Mengingatkan bagi pengunjung akan nikmat Allah Shubhanahu wa ta’alla yang sangat besar padanya yaitu nikmat sehat, dimana hal tersebut tidak diperoleh sama saudaranya.
Kelima: Mengajak untuk masuk ke dalam Islam jika yang dijenguknya adalah non muslim. Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan:
كَانَ غُلَامٌ يَهُودِيٌّ يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرِضَ فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ أَسْلِمْ فَنَظَرَ إِلَى أَبِيهِ وَهُوَ عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ أَطِعْ أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْلَمَ فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنْ النَّارِ [أخرجه البخاري]
“Adalah anak kecil dari Yahudi yang biasa membantu Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, suatu ketika sakit keras. Maka Nabi datang menjenguknya, beliau kemudian duduk di sisi kepalanya, lantas mengatakan padanya: ‘Masuklah Islam’. Anak kecil tersebut melirik pada ayahnya yang berada disebelahnya. Maka ayahnya mengatakan: ‘Turuti kemauan Abu Qosim Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam’. Selanjutnya anak tersebut masuk Islam (kemudian mati). Maka Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam keluar sembari berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan dirinya dari siksa neraka”. [HR Bukhari no: 1356].
Keenam: Terkadang dirinya bisa menyarankan bagi si sakit untuk mengkonsumsi obat tertentu yang telah ia ketahui, sehingga hal tersebut memberi manfaat untuknya dan dirinya.
Ketujuh: Memasukan rasa senang pada hati orang yang sedang sakit dengan menyebutkan kabar gembira padanya.
Disebutkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari Muhammad bin Khalid dari ayahnya dari kakeknya, dan kakeknya adalah seorang sahabat, beliau menceritakan:
أَنَّهُ خَرَجَ زَائِرًا لِرَجُلٍ مِنْ إِخْوَانِهِ فَبَلَغَهُ شَكَاتُهُ قَالَ فَدَخَلَ عَلَيْهِ فَقَالَ أَتَيْتُكَ زَائِرًا عَائِدًا وَمُبَشِّرًا قَالَ كَيْفَ جَمَعْتَ هَذَا كُلَّهُ قَالَ خَرَجْتُ وَأَنَا أُرِيدُ زِيَارَتَكَ فَبَلَغَتْنِي شَكَاتُكَ فَكَانَتْ عِيَادَةً وَأُبَشِّرُكَ بِشَيْءٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا سَبَقَتْ لِلْعَبْدِ مِنْ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلَاهُ اللَّهُ فِي جَسَدِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي وَلَدِهِ ثُمَّ صَبَّرَهُ حَتَّى يُبْلِغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي سَبَقَتْ لَهُ مِنْهُ [أخرجه أحمد]
“Bahwasannya ia pernah keluar untuk mengunjungi seseorang dari kerabatnya yang sakit keras. Lalu ia pun masuk lalu berkata: ‘Aku datang untuk menjenguk, mengunjungimu dan memberi kabar gembira’. Saudaranya menjawab: ‘Bagaimana engkau mengumpulkan semua ini? Beliau berkata: ‘Aku keluar dan yang ku inginkan ialah mengunjungimu, dan telah sampai padaku akan sakitmu yang keras, maka itu namanya menjenguk, dan aku kabarkan padamu dengan sesuatu yang pernah aku dengar langsung dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Apabila telah ditentukan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla derajat bagi seorang hamba –Nya yang belum bisa tercapai oleh amalnya. Maka Allah memberinya ujian pada tubuhnya, atau harta atau anaknya. Kemudian hamba tersebut bersabar hingga bisa meraih derajat yang telah ditakdirkan oleh Allah untuknya“. [HR Ahmad 37/29 no: 22338].
Kedelapan: Akan menumbuhkan rasa saling menyayangi, mencintai serta mengasihi dilingkungan muslim. Yaitu dengan cara memotivasi orang yang sedang sakit sehingga dirinya serta keluarganya merasa tidak sendirian merasakan musibah yang sedang dideritanya, bersama-sama merasakan beban dan musibahnya.
Akhirnya kita tutup kajian kita dengan mengucapkan segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb seluruh makhluk. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
[Disalin dari عيادة المريض Penulis Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Penerjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2013 – 1435]
______
Footnote
[1] Syarh Riyadhus Shalihin 4/470.
[2] Ikmaalul Mu’alim bii Fawaid Muslim 8/35.
[3] Kunuz Riyadhus Shalihin 11/561.
- Home
- /
- A7. Wabah Penyakit dan...
- /
- Adab Menjenguk Orang Sakit