Kata-Kata Mutiara Para Salaf dan Orang Shalih Tentang Niat, Ikhlas dan Peringatan Sikap Riya’
KATA-KATA MUTIARA PARA SALAF DAN ORANG-ORANG SHALIH TENTANG NIAT, IKHLAS DAN PERINGATAN SIKAP RIYA’
- Diriwayatkan dari Sufyan ats-Tsauri rshimshullah, sesungguhnya beliau berkata, “Adalah mereka (para Salaf) membenci ketenaran dari pakaian yang bagus atau jelek, karena dengannya pelbagai mata meman-dang.”
- Ibnul Jauzi meriwayatkan dari al-Hasan rahimahullah, sesungguhnya beliau berkata, “Pada suatu hari aku bersama Ibnul Mubarak, lalu kami mendatangi suatu tempat untuk mengambil air, sedangkan banyak orang yang meminum darinya, lalu beliau mendekati tempat tersebut untuk minum sedangkan orang lain tidak mengetahuinya, mereka semua berdesak-desakan dan mendorong beliau, ketika keluar beliau berkata, ‘Inilah kehidupan, yakni kita tidak dikenal dan tidak dihormati.’”
- Diriwayatkan dari Nu’aim bin Hammad rahimahullah, sesungguhnya beliau berkata, “Adalah Ibnul Mubarak rahimahullah banyak berdiam diri di rumahnya, lalu beliau ditanya, ‘Apakah Anda tidak merasakan kesepian?’ Beliau menjawab, ‘Bagaimana aku kesepian sedangkan aku bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’”
- Diriwayatkan dari ‘Abdah bin Sulaiman, sesungguhnya beliau berkata, “Adalah kami berada dalam satu pasukan menuju Roma bersama Ibnul Mubarak, lalu kami berhadapan dengan musuh, ketika dua pasukan telah berhadapan, seseorang dari musuh keluar dan mengajak untuk bertanding, lalu datang seseorang dari kami memukulnya dan membunuhnya, kemudian keluar lagi yang lainnya dan membunuhnya lagi, kemudian diadakan lagi perang tanding, dan seseorang datang kepadanya, dia memukulnya dan membunuhnya. Akhirnya banyak orang mengerumuninya dan aku adalah di antara mereka, dia adalah orang yang tertutup mukanya dengan lengan bajunya, aku tarik lengan bajunya, ternyata dia adalah ‘Abdullah Ibnul Mubarak, kemudian beliau berkata, ‘Dan engkau wahai Abu ‘Umar di antara orang yang mencaci diriku.’”
- Diriwayatkan dari Ibnul Mubarak rahimahullah, sesungguhnya beliau berkata, “Aku mendengar Ja’far bin Hayyan berkata, ‘Yang menguasai seluruh amal ini adalah niat, karena dengan niatnya seseorang dapat mencapai puncak yang tidak dicapai oleh amalnya.’”
- Seorang bijak berkata, “Jika seseorang berbicara di dalam suatu majelis, lalu merasa bangga dengan pembicaraannya, maka diamlah, dan jika seseorang diam dalam suatu majelis lalu merasa bangga dengan diamnya itu, maka berbicaralah.”
- Diriwayatkan dari Mutharrif bin ‘Abdillah asy-Syikhir rahimahullah, sesungguhnya beliau berkata, “Sungguh seandainya aku tidur pada malam hari dan pagi harinya bangun dengan penyesalan, itu lebih aku sukai daripada shalat di malam hari sedangkan pagi harinya aku bangun dengan perasaan bangga.”
- Diriwayatkan dari an-Nu’man bin Qais, sesungguhnya beliau berkata, “Aku sama sekali tidak pernah melihat ‘Ubaidah rahimahullah melakukan shalat sunnah di masjid suatu wilayah.”
- Diriwayatkan dari ‘Abdillah Ibnul Mubarak dari Mubarak bin Fadhalah dari al-Hasan, sesungguhnya beliau berkata, “Jika dia benar-benar seorang yang mulia, maka dia akan menghafal al-Qur-an sedangkan yang lainnya tidak merasakannya. Jika dia benar-benar seorang yang mulia, maka dia telah memahami banyak permasalahan agama sedangkan orang lain tidak merasakannya. Jika dia benar-benar seorang yang mulia, maka dia akan melakukan shalat dalam waktu yang lama, di rumahnya ada para tamu tetapi mereka tidak merasakannya. Aku telah menemukan suatu kaum yang sama sekali tidak memiliki amal yang bisa mereka lakukan di dalam keadaan menyendiri, karena itu semua amalnya dia lakukan di hadapan orang lain, padahal orang-orang muslim terdahulu sangat bersemangat untuk berdo’a tanpa suara yang terdengar, yang ada hanyalah bisikan antara mereka dengan Rabb mereka, hal ini karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً
“Berdo’alah kepada Rabb-mu dengan berendah diri dan suara yang lembut… .” [Al-A’raaf/7: 55]
- Diriwayatkan dari Ja’far bin Hayyan dari al-Hasan, sesungguhnya beliau berkata, “Senantiasa seorang hamba berada dalam kebaikan, jika dia berucap, maka ucapannya itu karena Allah, jika dia beramal, maka amalnya itu karena Allah.”
- Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima suatu amal dari orang yang ingin didengar oleh yang lain, dari orang yang ingin dilihat oleh yang lainnya dan dari orang yang hanya bermain-main saja, tidak juga dari seseorang yang berdo’a, kecuali seseorang yang berdo’a dengan memohon ketetapan hati.”
[Disalin dari buku “IKHLAS: Syarat Diterimanya Ibadah” terjemahkan dari Kitaabul Ikhlaash oleh Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah. Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit PUSTAKA IBNU KATSIR Bogor]
- Home
- /
- A4. Syarat Diterimanya Ibadah
- /
- Kata-Kata Mutiara Para Salaf...