Shalawat Malaikat Kepada Orang yang Menjenguk Orang Sakit
SHALAWAT PARA MALAIKAT KEPADA ORANG YANG MENJENGUK ORANG SAKIT
Oleh
Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi
Di antara orang yang berbahagia dengan mendapatkan shalawat dari para Malaikat adalah seorang muslim yang menjenguk saudaranya sesama muslim, dan di antara yang menunjukkan hal tersebut adalah yang diriwayatkan oleh dua Imam, yaitu Ahmad dan Ibnu Hibban, dari ‘Ali Radhiyallahu anhu, beliau berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ عَادَ أَخَاهُ إِلاَّ ابْتَعَثَ اللهُ لَهُ سَبْعِيْنَ أَلْفَ مَلَكٍ يُصَلُّوْنَ عَلَيْهِ مِنْ أَيِّ سَاعَاتِ النَّهَارِ كَانَ، حَتَّى يَمْسِيَ وَمِنْ أَيِّ سَاعَاتِ اللَّيْلِ كَانَ حَتَّى يُصْبِحَ.
‘Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya melainkan Allah akan mengutus 70.000 Malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga Shubuh.’”[1]
Al-Imam Ibnu Hibban membuat bab untuk hadits ini dengan judul: “Permohonan Ampun Para Malaikat bagi Orang yang Menjenguk Orang Sakit dari Pagi hingga Sore dan dari Sore hingga Pagi.”
Syaikh Ahmad ‘Abdurrahman al-Banna ketika menjelaskan hadits ini berkata: “Shalawat para Malaikat kepada manusia adalah do’a mereka dengan kasih sayang dan ampunan, kalimat: ‘Di waktu siang kapan saja,’ maknanya adalah semenjak ia menjenguk. Jika itu dilakukan pada siang hari, maka (Malaikat akan bershalawat) hingga matahari terbenam, dan jika dilakukan pada malam hari, maka (Malaikat akan bershalawat) hingga terbit fajar. Oleh karena itu, orang yang menjenguk harus bersegera dari pagi hari atau bersegera pada awal malam, agar dia lebih banyak mendapatkan shalawat dari para Malaikat.”[2]
Diterangkan dalam sebuah riwayat tentang makna dari shalawat para Malaikat kepada orang yang menjenguk orang sakit, sebagaimana dalam riwayat itu diterangkan pula bahwa mereka akan mendapatkan satu lahan kebun di dalam Surga karena mereka menengok orang sakit.
Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali Radhiyallahu anhu, beliau berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ عَادَ مَرِيْضًا بُكَرًا شَيَّعَهُ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ، كُلُّهُمْ يَسْتَغْفِرُ لَهُ حَتَّى يَمْسِيَ، وَكَانَ لَهُ خَرِيْفٌ فِي الْجَنَّةِ. وَإِنْ عَادَهُ مَسَاءً شَيَّعَهُ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ، كُلُّهُمْ يَسْتَغْفِرُ لَهُ حَتَّى يُصْبِحَ، وَكَانَ لَهُ خَرِيْفٌ فِي الْجَنَّةِ.
‘Barangsiapa yang menjenguk orang sakit di pagi hari,[3] maka 70.000 Malaikat akan mengantarkannya sambil memohonkan ampunan baginya hingga datang waktu sore, dan baginya satu lahan kebun di Surga. Dan barangsiapa yang menjenguk orang sakit di sore hari, maka 70.000 Malaikat akan mengantarkannya sambil memohonkan ampunan baginya hingga datang waktu pagi, dan baginya satu lahan kebun di Surga.’”[4]
Allahahu Akbar! Betapa mudahnya amal ini! Dan betapa besar dan agung balasannya! Ya Allah, berikanlah amal ini kepadaku dengan bagian yang sangat besar. Aamiin, yaa Dzal Jalaali wal Ikraam.
Demikianlah, dan masih banyak lagi hadits yang menunjukkan keutamaan menjenguk orang sakit, di antaranya adalah:
- Imam Ahmad meriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhuma, beliau berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ عَادَ مَرِيْضًا لَمْ يَزَلْ يَخُوْضُ فِي الرَّحْمَةِ حَتَّى يَرْجِعَ، فَإِذَا جَلَسَ اغْتَمَسَ فِيْهَا.
‘Barangsiapa yang menjenguk orang sakit, maka senantiasa ia masuk ke dalam kasih sayang Allah hingga ia keluar,[5] dan jika ia telah duduk, maka ia telah menyelam[6] di dalamnya.’”[7]
Di antara yang dapat kita fahami dari hadits di atas adalah:
Pertama : Seseorang yang menjenguk orang sakit akan masuk ke dalam kasih sayang Allah semenjak ia keluar hingga ia kembali ke rumahnya, hal ini difahami pula dari hadits yang diriwayatkan oleh ‘Amr bin Hazm Radhiyallahu anhu:
فَلاَ يَزَالُ يَخُوْضُ فِيْهَا حَتَّى يَرْجِعَ حَيْثُ خَرَجَ.
“Dia senantiasa masuk ke dalam kasih sayang Allah hingga ia pulang.”[8]
Kedua: Dia sedang menyelam ke dalam kasih sayang Allah ketika dia duduk di sisi orang yang sakit.
- Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: يَا ابْنَ آدَمَ! مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِيْ. قَالَ: يَا رَبِّ، كَيْفَ أَعُوْدُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ؟ قَالَ: أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِي فُلاَنًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ؟ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوَ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِيْ عِنْدَهُ؟
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla pada hari Kiamat akan berfirman: ‘Wahai manusia, Aku sakit tetapi engkau tidak menjenguk-Ku. (Hamba berkata): ‘Ya Rabb, bagaimana aku menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Rabb semesta alam?’ Allah berfirman: ‘Apakah engkau tidak tahu bahwa hamba-Ku sakit tetapi engkau tidak menjenguknya? Apakah engkau tidak tahu sean-dainya engkau menjenguknya, maka engkau akan menemukan-Ku di sisinya?’”[9]
Al-Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan hadits tersebut (tentang firman Allah): ‘Engkau akan menemukan-Ku di sisinya,’ bahwa maknanya adalah menemukan pahala dan kemuliaan dari-Ku di sana.[10]
Al-Mulla ‘Ali al-Qari di dalam penjelasannya berkata: “Kalian akan menemukan keridhaan-Ku di sisinya.”[11]
Di antara hal yang dapat kita fahami dari hadits ini bahwa orang yang menjenguk orang sakit akan mendapatkan pahala, kemuliaan dan keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika dia menjenguknya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat penuh perhatian dalam menjenguk orang yang sakit di kalangan umat Islam, bahkan beliau juga sangat perhatian untuk menjenguk yang sakit dari kalangan Ahli Kitab dan orang-orang munafik, saya harap pembaca dapat menemukan besarnya perhatian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap masalah ini dari bab-bab yang dicantumkan oleh Imam Abu Dawud di dalam kitab Sunannya:
- Bab Menjenguk Orang Sakit di Kalangan Wanita.
- Bab Tentang Menjenguk Orang Sakit.
- Bab Menjenguk Orang Sakit dari Kafir Dzimmi.
- Bab Berjalan untuk Menjenguk Orang Sakit.
- Bab Menjenguk Orang Sakit Berulang Kali.
- Bab Menjenguk Orang yang Terkena Sakit Mata.
- Bab Berdo’a Untuk Orang yang Sakit Ketika
Pada masing-masing bab beliau rahimahullah menyebutkan setiap bukti yang menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan perbuatan ini.[12]
Dan di antara dalil yang menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk seorang pemuda Yahudi adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari dari Anas Radhiyallahu anhu, beliau berkata: “Seorang pemuda dari kalangan Yahudi yang selalu membantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jatuh sakit, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguknya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dan duduk di dekat kepalanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Masuklah engkau ke dalam agama Islam!” Pemuda tersebut melirik ayahnya yang ada di sisinya, lalu sang ayah berkata: “Taatilah Abul Qasim Shallallahu ‘alaihi wa sallam!”
Lalu sang pemuda itu masuk Islam, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar sambil berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api Neraka.”[13]
[Disalin dari buku Man Tushallii ‘alaihimul Malaa-ikatu wa Man Tal‘anuhum, Penulis Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi, Judul dalam Bahasa Indonesia: Orang-Orang Yang Di Do’akan Malaikat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1] Al-Musnad (II/110 no. 754 dengan lafazhnya), al-Ihsaan fii Taqriibi Shahiih Ibni Hibban kitab al-Janaa-iz bab al-Mariidh wa maa Yata’allaqu bihi (VII/225 no. 2958). Syaikh Ahmad Syakir berkomentar: “Sanadnya shahih.” (catatan pinggir kitab al-Musnad II/110). Syaikh Syu’aib al-Arna-uth berkata: “Sanadnya shahih berdasarkan syarat perawi Muslim.” (Ca-tatan pinggir kitab al-Ihsaan VII/225).
[2] Al-Ihsaan fii Taqriibi Shahiih Ibni Hibban (VII/224).
[3] Lihat makna kalimat ini dalam catatan pinggir kitab al-Musnad karya Syaikh Ahmad Syakir (II/206).
[4] Al-Musnad (II/206 no. 975). Syaikh Ahmad Syakir berkata: “Sanadnya shahih.” (Catatan pinggir kitab al-Musnad II/206)
[5] Masuk ke dalamnya semenjak ia keluar dari rumah dengan niat menjenguk. (Mirqaatul Mafaatiih IV/52)
[6] اِغْتَمَسَ ( yakni ) غَاصَ (menyelam) (Ibid).
[7] Al-Musnad (III/304 cet. Al-Maktab al-Islami). Al-Hafizh al-Haitsami berkomentar: “Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Bazzar, perawi Ahmad adalah perawi shahih.” (Maj-ma’uz Zawaa-id II/297).
[8] Ibid, kitab al-Janaa-iz bab ‘Iyaadatul Mariidh (II/297). Al-Hafizh al-Haitsami berkomentar: “Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani di dalam al-Kabiir dan al-‘Ausath, dengan perawi yang tsiqat.” (Ibid, II/297)
[9] Shahiih Muslim kitab al-Birr wash Shilah wal Aadaab bab Fadhlu ‘Iyadaatil Mariidh (IV/1990 no. 2569 (43)).
[10] Syarh an-Nawawi (XVI/226).
[11] Mirqaatul Mafaatiih (IV/10).
[12] Lihat Sunan Abi Dawud kitab al-Janaa-iz hal. 246-253 dan 256.
[13] Shahiih al-Bukhari kitab al-Janaa-iz bab Idzaa Aslamash Sha-biy fa Maata, Hal Yushalla ‘alaihi? Wa hal Yu’radhu ‘alash Shabiyyil Islaam? (III/219 no. 1356).
- Home
- /
- A7. Wabah Penyakit dan...
- /
- Shalawat Malaikat Kepada Orang...