Beri’tikaf Pada Malam Ganjil Sepuluh Terakhir dan Apa Pahala I’tikaf
PAHALA I’TIKAF
Pertanyaan
Apa pahala beri’tikaf?
Jawaban
Alhamdulillah.
Pertama : I’tikaf itu dianjurkan dan ia termasuk ketaatan kepada Allah Azza Wajalla. Silahkan merujuk soal no. 48999. Jika ini telah disepakati, terdapat banyak hadits yang menganjurkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan ibadah-ibadah sunah. Semua hadits-hadits ini secara umum mencakup semua ibadah termasuk di dalamnya adalah I’tikaf. Di antara hadits tersebut adalah firman Allah dalam hadits qudsi:
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيذَنَّهُ (رواه البخاري، رقم 6502)
“Tidak ada suatu ibadah hamba-Ku kepada-Ku yang lebih Aku cintai dibanding apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan apabila hamba-Ku senantiasa mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan (ibadah-ibadah) sunah, maka Aku akan mencintainya. Ketika Aku telah mencintainya, maka Aku (membimbing) pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar. Aku (membimbing) penglihatannya ketika melihat, (membimbing) tangannya ketika memukul dan (membimbing) kakinya ketika melangkah (sesuai dengan taufik da inayah-Ku). Kalau dia meminta-Ku, pasti akan Aku beri. Kalau dia meminta perlindungan-Ku, pasati akan Aku lindungi.” [HR. Bukhari, no. 6502]
Kedua : Terdapat hadits terkait dengan keutamaan i’tikaf dan penjelasan pahalanya. Akan tetapi semuanya itu lemah atau palsu. Abu Daud rahimahullah mengatakan, ‘Saya bertanya kepada Ahmad (maksudnya Imam Ahmad bin Hambal), “Apakah anda mengetahui suatu (riwayat) tentang keutamaan I’tikaf?” Beliau menjawab, “Tidak, kecuali sesuatu (riwayat) yang lemah.” [Rasail Abi Daud, hal. 96]
Di antara hadits-hadits ini adalah:
- Apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, 1781 dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam berkata kepada orang yang beri’tikaf, “Dia menahan dosa-dosa dan dialirkan baginya kebaikan sebagaimana orang yang melakukan kebaikan semuanya.” Dilemahkan oleh Al-Albany dalam Kitab Dhaif Ibnu Majah. Kata ‘Ya’kifu Zunub’ maksudnya adalah menahan dosa, sebgaimana dikatakan oleh As-Sindi.
- Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, Hakim, Baihaqi dan dilemahkannya, dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, dia berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa beri’tikaf sehari mengharap wajah Allah, maka Allah jadikan antara dia dengan neraka tiga parit yang lebih jauh di antara timur dan barat.” Dinyatakan lemah oleh Al-Albany dalam As-Silsilah Ad-Dha’ifah, no. 534. Kata ‘Al-Khafaqani’ adalah timur dan barat.
- Diriwayatkan Dailami dari Aisyah radhiallahu’anha sesungguhnya Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang beri’tikaf dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala), maka dia akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu.” Dinyatakan lemah oleh Al-Albany dalam Dhaif Al-Jami, 5442.
- Diriwayatkan oleh Baihaqi dan dilemahkannya dari Husain bin Ali radhiallahu’anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan i’tikaf sepuluh hari di bulan Ramadan, bagaikan melakukan dua haji dan dua umroh.” Disebutkan Al-Albany dalam As-Silsilah Ad-dhaifah, 518 dan dia mengomentari, “Palsu.” .
Disalin dari islamqa
INGIN BERI’TIKAF PADA MALAM-MALAM GANJIL SAJA
Pertanyaan
Apakah dibolehkan saya beri’tikaf pada malam-malam ganjil di akhir bulan Ramadan. Karena saya tidak bisa beri’tikaf sepuluh malam secara sempurna karena saya baru menikah sementara istriku seorang diri di rumah, sementara saya tinggal bertetangga dengan kerabat?
Jawaban
Alhamdulillah.
Yang lebih utama seorang muslim beri’tikaf pada sepuluh malam akhir seluruhnya, untuk meneladani Nabi sallallahu alaihi wa salam. Telah diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
عن عائشة رضي الله عنها أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ
Dari Aisyah Radhiallahu anha sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam biasanya beri’tikaf pada sepuluh malam akhir di bulan Ramadan sampai beliau wafat. [HR. Bukhari, 2025 dan Muslim, 1171]
Jika tidak memungkinkan beri’tikaf pada sepuluh malam akhir semuanya, dan melakukannya pada sebagian hari dan malamnya, hal itu tidak mengapa.
Telah diriwayatkan oleh Bukhari
أن عمر بن الخطاب رضي الله عنه نذر أن يعتكف ليلة في المسجد الحرام ، فأمره النبي صلى الله عليه وسلم بالوفاء بنذره
Dari Umar bin Khatab Radhiallahu’anhu bahwa beliau bernazar untuk beri’tikaf semalam di Masjidil Haram. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhnya untuk memenuhi nazarnya. [HR. Bukhari, 2042 dan Musli, 1656]
Di dalamnya terdapat dalil tentang sahnya beri’tikaf semalam.
I’tikaf tidak ada batasan minimalnya, telah kami nukilkan fatwa Syekh Ibnu Baz dalam hal ini pada soal jawab no. 38037. Selayaknya (bagi seseorang) bersemangat dalam beribadah di sepuluh (malam akhir) ini serta mengambil bekal darinya sesuai dengan kemampuannya.
Wallahua’lam .
Disalin dari islamqa
- Home
- /
- A9. Fiqih Ibadah5 Puasa...
- /
- Beri’tikaf Pada Malam Ganjil...