Fitnah di Tengah Kaum Muslimin
FITNAH DI TENGAH KAUM MUSLIMIN
Perkara-perkara gaib yang dikabarkan oleh Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan bahwa beliau seorang nabi. Diantara perkara ghaib itu adalah kabar fitnah yang akan terjadi dalam kehidupan para Sahabat, setelah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. Dalam sebuah hadits dijelaskan :
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشْرَفَ عَلَى أُطُمٍ مِنْ آطَامِ الْمَدِينَةِ فَقَالَ هَلْ تَرَوْنَ مَا أَرَى قََالُوْا : لاَ قَالَ: إِنِّيْ َلأَرَى مَوَاقِعَ الْفِتَنِ خِلاَلَ بُيُوْتِكُمْ كَمَوَاقِعِ الْقَطْرِ
Usâmah bin Zaid Radhiyallahu anhu menceritakan bahwa Nabi mengawasi dari atas salah satu bangunan tinggi di kota Madinah. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah kalian dapat melihat seperti yang aku lihat?” Mereka menjawab, “Tidak.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku melihat tempat turunnya fitnah di antara rumah-rumah kalian seperti tempat turunnya hujan.” [HR al-Bukhâri 7060 dan Muslim 2885/Misykatul Mashâbih kitab Fitan 3/169]
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Tempat terjadinya fitnah diserupakan dengan turunnya hujan karena fitnah itu begitu banyak dan merata, menimpa semua orang, tidak khusus pada kelompok tertentu. Ini merupakan isyarat kepada peperangan yang akan terjadi di antara mereka, seperti perang Jamal , perang Shiffin, perang Harrah, dan pembunuhan Utsmân dan Husain Radhiyallahu anhuma dan fitnah lainnya. Dalam hadits ini terdapat mukjizat yang nyata bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . (Syarh Shahîh Muslim 18/7-8)
Ketika menjelaskan makna penyebutan Madinah secara khusus terkait dengan fitnah, Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya penyebutan kota Madinah secara khusus karena pembunuhan Utsmân Radhiyallahu anhu terjadi disana, kemudian setelah itu fitnah tersebar ke berbagai negeri. Perang Jamal dan Shiffin terjadi karena terbunuhnya Utsmân Radhiyallahu anhu. Perang Nahrawan disebabkan perdamaian yang terjadi dalam perang Shiffîn; dan seluruh peperangan yang terjadi dikala itu tersulut oleh kejadian diatas atau oleh sesuatu yang timbul dari kejadian diatas.” (Fathul Bâri 13/16)
Sebagaimana yang dikabarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang terjadinya fitnah pembunuhan Utsmân Radhiyallahu anhu di kota Madinah Munawarah, beliau juga memberitahukan bahwa fitnah itu akan muncul dari arah timur. Beliau bersabda sembari memberikan isyarat ke arah timur, “Fitnah itu dari sini” (HR al-Bukhâri 5296 dan Muslim 2905)
Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam syarahnya, “Fitnah yang pertama munculnya dari arah timur. Itulah penyebab perpecahan kaum Muslimin. Itu pula yang disenangi dan diinginkan oleh setan. Demikian pula bid’ah, tumbuh dari arah itu pula.” (Fathul Bâri 13/51)
Al-Ashbahâni rahimahullah berkata, “Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kabar tentang kejadian di Madinah berupa pembunuhan Utsmân Radhiyallahu anhu dan tentang fitnah di Harah. (Dalâil Nubuwah al-Ashbahâni 1/223)
Al-Munawi rahimahullah dalam Faidhul Qadîr 6/353 berkata, “Ini merupakan salah satu bukti kenabiannya. Bukti kebenarannya telah nampak pada pembunuhan Utsmân Radhiyallahu anhu dan peristiwa lainnya.
Imam Qurthubi rahimahullah menuturkan, “Dalam hadits ini terdapat salah satu bukti kenabian beliau n yaitu memberikan kabar tentang sesuatu yang akan terjadi sebelum peristiwa itu terjadi. (Fathul Bâri 12/314)
Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan gambaran detail tentang tanda-tanda fitnah yang terus berlangsung setelah kematian Utsmân Radhiyallahu anhu. Seakan-akan beliau melihatnya. Permulaannya adalah fitnah besar yaitu peristiwa perang Jamal dan Shiffin yang melibatkan para Sahabat. Peristiwa itu terjadi setelah berlalu 30 tahun dari wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَقْتَتِلَ فِئَتَانِ دَعْوَاهُمَا وَاحِدَةٌ
Kiamat tidak akan terjadi sampai dua kelompok saling berperang, seruan keduanya satu. (HR al-Bukhâri 6936)
Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, “Sabda Rasulullah ” دَعْوَاهُمَا وَاحِدَةٌ “ maksudnya agama kedua kelompok itu sama, karena masing-masing mengatasnamakan Islam; atau maksudnya keduanya mengaku benar. (Fathul Bâri’ 6/713)
Ibnu Katsîr rahimahullah berkata, “Kedua kelompok itu adalah kelompok dalam perang Jamal dan Shiffîn. Keduanya mendakwahkan Islam. Mereka hanya berselisih dalam sebagian urusan pemerintahan dan sebagian kebijakan yang manfaatnya kembali kepada umat dan rakyat. Dan tidak melibatkan diri dalam perang lebih baik daripada melibatkan diri, sebagaimana pendapat jumhur Sahabat. (Bidâyah wan Nihâyah 6/214)
Rujukan:
- Ash-Shahîh Min Mukjizât al-Musthafa, karya Khoirudin Wanili
- Dalâil Nubuwah, karya Imam Baihaqi
- Shahîhain dan Syarahnya dan lain-lain.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XIII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
- Home
- /
- A3. Aqidah Makna dan...
- /
- Fitnah di Tengah Kaum...