Mahsyar, Sebuah Penantian yang Panjang
MAHSYAR, SEBUAH PENANTIAN YANG PANJANG
Segala puji hanya untuk Allah Ta’ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu’alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba’du:
Diantara perkara besar yang akan terjadi pada hari kiamat ialah berkumpulnya seluruh makhluk di padang Mahsyar untuk menunggu diputuskan perkara yang dulu pernah terjadi diantara mereka, dengan waktu begitu lama dan dalam kondisi yang mencekam. Allah ta’ala mensifati hari tersebut dengan hari berkumpulnya manusia, seperti yang ada dalam firman -Nya:
يَوۡمَ يَقُومُ ٱلنَّاسُ لِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ [المطففين]
“(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”. [al-Muthafifin/83: 6].
Al-Hafidh Ibnu Katsir menerangkan kondisi berdirinya mereka pada waktu itu: “Mereka berdiri dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan tidak berkhitan, pada tempat yang sulit, cemas, serta sempit bagi pendosa, seluruhnya meliputi mereka dengan perintah Allah, dan semuanya tidak mampu menolaknya, baik yang kuat maupun yang lemah”.[1]
Disebutkan dalam sebuah riwayat dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam tafsir firman Allah:
يَوۡمَ يَقُومُ ٱلنَّاسُ لِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ [المطففين]
“(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”. [al-Muthafifin/83: 6].
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَقُومُ أَحَدُهُمْ فِى رَشْحِهِ إِلَى أَنْصَافِ أُذُنَيْهِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Salah seorang diantara mereka berdiri dengan keringatnya yang sampai separoh telinganya“. HR Bukhari no: 6531. Muslim no: 2862.
Dalam hadits lain, masih riwayat Bukhari dan Muslim dari haditsnya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَعْرَقُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَذْهَبَ عَرَقُهُمْ فِي الْأَرْضِ سَبْعِينَ ذِرَاعًا وَيُلْجِمُهُمْ حَتَّى يَبْلُغَ آذَانَهُمْ » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Kelak pada hari kiamat manusia akan berkeringat sampai kiranya kalau dikumpulkan dimuka bumi, keringatnya sampai tujuh puluh hasta. Dan menenggelamkan mereka sampai ke telinganya“. HR Bukhari no: 6532. Muslim no: 2863.
Adapun keringat masing-masing orang itu sesuai dengan tingkat amal mereka ketika didunia. Berdasarkan hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari haditsnya Miqdad bin al-Aswad radhiyallahu ‘anhu, dia menceritakan: “Aku pernah mendengar langsung dari Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ ». قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ فَوَاللَّهِ مَا أَدْرِى مَا يَعْنِى بِالْمِيلِ أَمَسَافَةَ الأَرْضِ أَمِ الْمِيلَ الَّذِى تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ. قَالَ « فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِى الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا ». قَالَ وَأَشَارَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِيَدِهِ إِلَى فِيهِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Matahari akan didekatkan kelak pada hari kiamat kepada makhluk sampai ada diantara mereka yang seukuran satu mil”. Berkata Sulaim bin Amir -salah seorang rawi hadits ini-: “Demi Allah, aku tidak tahu satu mil yang dimaksud, apakah ukuran yang ada didunia, atau mil sejauh mata memandang”. Dalam lanjutan hadits, Nabi bersabda: “Dan manusia pada saat itu sesuai dengan kadar amalannya dalam berkeringat. Diantara mereka ada yang sampai (menutupi) mata kaki, ada yang keringatnya sampai kebetis, dan ada diantara mereka yang keringatnya sampai menutupi leher, dan ada yang tenggelam oleh keringatnya sendiri”. Kata salah seorang rawinya: ‘Dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya ke arah mulut’. HR Muslim no: 2863.
Ibnu Abi Jamrah menjelaskan: ‘Diantara mereka yang paling banyak keringatnya ialah orang-orang kafir lalu setelahnya para pelaku dosa besar dan yang berada dibawahnya. Adapun orang muslim maka mereka jumlahnya sedikit dibanding dengan orang kafir”.[2]
Didalam syarah hadits diatas al-Hafidh Ibnu Hajar menjelaskan: ‘Bagi siapa yang memperhatikan keadaan yang disebutkan dalam hadits tadi maka dirinya mengetahui betapa besar kondisi yang akan terjadi pada hari kiamat. Sebab api neraka akan menyelimuti negeri mauqif. Matahari akan didekat kan diatas kepala-kepala mereka sejauh satu mil. Lantas bagaimana panasnya kondisi tempat tersebut. ditambah dengan hadits yang menjelaskan masing-masing orang akan berkeringat sampai ada yang keringatnya sampai tujuh puluh hasta, bersamaan dengan itu dirinya tidak menjumpai tempatnya melainkan hanya sebatas tempat berdirinya. Terus bagaimana dengan keadaan mereka bersama keringatnya yang berbeda-beda kondisinya. Sesungguhnya ini adalah sesuatu yang menerangi akal, dan menunjukkan betapa agungnya kondisi pada saat itu, yang mengandung keimanan pada hari akhir, sedangkan akal tidak boleh ikut andil dalam menghukumi, baik dengan menabrakkan pada perumpamaan, akal-akalan dan kejadian yang biasa dia lihat.
Namun, hal itu hanya butuh satu kata ‘menerima’ karena masuk dalam lingkup keimanan dengan perkara ghaib, dan bagi siapa yang tawaquf (abstain) dalam masalah ini maka hal itu menunjukkan tentang kerugian serta diharamkan ilmu baginya. Karena salah satu faidah dari hadits seperti ini ialah supaya orang yang mendengarnya untuk berhati-hati lalu mengambil sebab yang bisa menyelamatkan dirinya dari kondisi tersebut. Bersegera untuk bertaubat dari dosa, dan kembali kepada Dzat Yang Maha Pemurah didalam pertolongan-Nya sebagai sebab yang bisa menyelamatkan, merendah kepada-Nya agar selamat dari negeri kesulitan dan dimasukkan kedalam negeri kemulian dengan sebab karunia dan anugerah-Nya”. [3]
Dan berdiri dalam kondisi seperti ini yang sangat mencekam serta susah bagi manusia, hal ini masih ditambah dengan kondisi waktu yang sangat lama yaitu selama lima puluh ribu tahun.
Al-Hafidh Ibnu Katsir mengatakan: “Didalam sebuah hadits dijelaskan bahwa mereka kelak akan berdiri selama tujuh puluh tahun dalam keadaan tidak berbicara sedikitpun. Ada yang mengatakan mereka berdiri selama tiga ratus tahun. Ada lagi yang mengatakan mereka berdiri selama empat ribu tahun, setelah itu baru diputuskan perkara mereka seukuran sepuluh ribu tahun. Allah ta’ala menjelaskan akan hal itu melalui firman -Nya:
يَوۡمَ يَقُومُ ٱلرُّوحُ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ صَفّٗاۖ لَّا يَتَكَلَّمُونَ إِلَّا مَنۡ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحۡمَٰنُ وَقَالَ صَوَابٗا ٣٨ ذَٰلِكَ ٱلۡيَوۡمُ ٱلۡحَقُّۖ فَمَن شَآءَ ٱتَّخَذَ إِلَىٰ رَبِّهِۦ مََٔابًا [النبأ: 38-39]
“Pada hari, ketika ruh dan para Malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya”. [an-Naba’/78: 38-39].
Diriwayatkan oleh Thabarani dalam Mu’jamul Kabir sebuah hadits dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: ‘Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَجْمَعُ اللهُ الأولِينَ والآخِرِينَ لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلومٍ قِيامًا أربعينَ سَنَةً ، شَاخِصَةً أَبْصارُهُمْ إلى السَّماءِ يَنْتَظِرُونَ فَصْلَ القَضَاءِ » [أخرجه الطبراني]
“Allah akan mengumpulkan dari makhluk pertama hingga terakhir pada hari yang telah ditentukan, mereka berdiri selama empat puluh tahun seraya pandangannya tegak melihat ke langit menunggu Allah untuk memutuskan perkara..”. HR ath-Thabarani 9/357 no: 9763. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih Targhib wa Tarhib 3/418 no: 3591.
Dalam hadits lain juga dijelaskan durasi zaman yang pada waktu itu, disebutkan oleh Imam Muslim dari haditsnya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ فِضَّةٍ لاَ يُؤَدِّى مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحَ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِىَ عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيُرَى سَبِيلُهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ » [أخرجه مسلم]
“Tidaklah seorang yang punya emas dan perak lalu tidak menunaikan hak keduanya, melainkan kelak pada hari kiamat akan diberikan padanya lempengan logam dari api neraka, lantas dicelupkan kedalam neraka Jahanam, selanjutnya digosokkan pada tulang rusuk, kening serta punggungnya, dan tiap kali menjadi dingin maka dicelupkan lagi, pada hari yang sama dengan lima puluh ribu tahun, (itu terjadi) hingga diputuskan perkara hamba, maka dirinya sudah melihat jalannya, apakah ke surga atau ke neraka“. HR Muslim no: 987.
Ibnu Abi Hatim membawakan sebuah hadits yang sanadnya sampai pada Ibnu Abbas, tentang makna firman Allah ta’ala:
فِي يَوۡمٖ كَانَ مِقۡدَارُهُۥ خَمۡسِينَ أَلۡفَ سَنَةٖ [المعارج : 4]
“Dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun”. [al-Ma’aarij/70: 4].
Beliau mengatakan: ‘Yaitu pada hari kiamat”. Sanadnya shahih sebagaimana dinyatakan oleh al-Hafidh Ibnu Katsir dalam tafsirnya 14/127.
Adalah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam biasa berlindung kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dari sempit serta susahnya pada hari tersebut. sebagaimana yang tertera dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari haditsnya Rabi’ah al-Jarasy radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan:
« سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ وَبِمَ كَانَ يَسْتَفْتِحُ قَالَتْ كَانَ يُكَبِّرُ عَشْرًا وَيُسَبِّحُ عَشْرًا وَيُهَلِّلُ عَشْرًا وَيَسْتَغْفِرُ عَشْرًا وَيَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي عَشْرًا وَيَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الضِّيقِ يَوْمَ الْحِسَابِ عَشْرًا » [أخرجه أحمد]
“Aku pernah bertanya kepada Aisyah: ‘Do’a Apakah yang biasa Rasulallah panjatkan pada saat sholat malam? Dan dengan bacaan seperti apa biasa beliau membuka do’anya? Maka Aisyah menjawab: “Adalah beliau biasa mengucapkan takbir (Allahu akbar) sepuluh kali, tasbih (Subhanallah) sepuluh kali, tahlil (La ilaha ilallah) sepuluh kali, istighfar sepuluh kali. Kemudian beliau berdo’a: “Ya Allah ampunilah diriku, berilah aku petunjuk dan rizki”. Sebanyak sepuluh kali, lalu ditutup dengan do’a: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada –Mu dari sempitnya pada hari pembalasan”. Sebanyak sepuluh kali”. HR Ahmad 42/37-38 no: 25102.
Pelajaran yang bisa kita petik:
- Seorang mukmin hendaknya sudah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Rabbnya, jangan sampai dirinya lalai akan hal tersebut. sesungguhnya dihadapan dia ada masa dan situasi sulit yang begitu besar. Dimulai dari kematian beserta sakaratnya, ruang kubur dengan kegelapannya, tiupan sangkakala, dibangkitkan dari kematian, menunggu pada hari penghitungan, mizan (timbangan), titian dan neraka. Allah ta’ala menyinggung hal tersebut supaya kita tidak lalai dalam firman -Nya:
ٱقۡتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمۡ وَهُمۡ فِي غَفۡلَةٖ مُّعۡرِضُونَ [الأنبياء: 1]
“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)”. [al-Anbiyaa’: 1].
Disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا وَمَا تَلَذَّذْتُمْ بِالنِّسَاءِ عَلَى الْفُرُشِ وَلَخَرَجْتُمْ إِلَى الصُّعُدَاتِ تَجْأَرُونَ إِلَى اللَّهِ » [أخرجه الترمذي]
“Kalau sekiranya kalian mengetahui seperti apa yang aku ketahui, pasti kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis, enggan untuk (terus) bersenang-senang dengan istrinya, dan akan keluar untuk mendaki memohon pertolongan kepada Allah”. HR at-Tirmidzi no: 2312. beliau berkata hasan ghorib. Dari sahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu. Dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi 2/268 no: 1882.
Dalam riwayat lain dari Imam Tirmidzi disebutkan sebuah hadits, dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « كيف أنعم وصاحب القرن وقد التقم القرن واستمع الإذن متى يؤمر بالنفخ فينفخ فكأن ذلك ثقل على أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم فقال لهم قولوا حسبنا الله ونعم الوكيل على الله توكلنا » [أخرجه الترمذي]
“Bagaimana bisa aku merasa tenang sedangkan pemilik sangkakala (malaikat) sudah memegangnya dan siap-siap menunggu perintah kapan dibolehkan untuk ditiup”. Mendengar hal tersebut, para sahabat merasa khawatir, maka Nabi berkata: “Ucapkanlah oleh kalian; Cukup bagi kami Allah sebaik-baik tempat kami bersandar, dan kepadaNya kami bersandar”. HR at-Tirmidzi no: 2431. Beliau mengatakan hadits hasan.
- Orang kafir dan ahli maksiat akan mendapat bagian yang lebih besar lagi pada hari mencekam tersebut. Allah ta’ala menjelaskan hal tersebut dalam firman -Nya:
وَكَانَ يَوۡمًا عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ عَسِيرٗا [الفرقان : 26]
“Dan adalah (hari itu), satu hari penuh kesukaran bagi orang-orang kafir”. [al-Furqaan: 26].
Dan telah lewat penjelasannya seperti yang ada dalam haditsnya Imam Muslim kalau orang yang enggan mengeluarkan zakat kelak akan diadzab. Dijelaskan dalam riwayat lain bahwa hartanya berubah menjadi binatang yang akan menginjak, menggigit serta menanduk dengan tanduknya.
- Termasuk kabar gembira walaupun keadaan hari kiamat yang digambarkan oleh berbagai ayat dan hadits begitu mencekam, penuh kesulitan, mulai dari ruang kubur yang begitu gelap, ditiup sangkakala, menanti hari penghitungan, titian serta yang lainnya, namun Allah ta’ala melimpahkan karunia -Nya dengan meringankan hal tersebut bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana jelas, seperti dalam banyak ayat dan hadits, Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ سَبَقَتۡ لَهُم مِّنَّا ٱلۡحُسۡنَىٰٓ أُوْلَٰٓئِكَ عَنۡهَا مُبۡعَدُونَ ١٠١ لَا يَسۡمَعُونَ حَسِيسَهَاۖ وَهُمۡ فِي مَا ٱشۡتَهَتۡ أَنفُسُهُمۡ خَٰلِدُونَ ١٠٢ لَا يَحۡزُنُهُمُ ٱلۡفَزَعُ ٱلۡأَكۡبَرُ وَتَتَلَقَّىٰهُمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ هَٰذَا يَوۡمُكُمُ ٱلَّذِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ [الأنبياء: 101-103]
“Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. Mereka tidak mendengar sedikitpun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka. Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh Para malaikat. (Malaikat berkata): “Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu”. [al-Anbiyaa’: 101-103].
Para ulama tafsir mengartikan makna al-Faza’ul akbar dengan hari ditiup sangkakala.
Disebutkan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu Hibban didalam shahihnya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يقوم الناس لرب العالمين مقدار نصف يوم من خمسين ألفسنة يهون ذلك على المؤمنين كتدلي الشمس للغروب إلى أن تغرب » [أخرجه ابن حبان]
“Manusia kelak pada hari kiamat akan berdiri yang ukuran setengah harinya sama dengan lima puluh ribu tahun. (Hal itu) akan dimudahkan bagi orang-orang beriman, (bagi mereka waktu) tak ubahnya seperti matahari yang akan tenggelam sampai benar-benar tenggelam”. HR Ibnu Hibban no: 7289. Dinilai shahih oleh al-Albani shahih Targhib wa Tarhib 3/417 no: 3589.
Salah satu bentuk kabar gembira bagi orang beriman juga, seperti apa yang telah disebutkan dalam firman Allah ta’ala:
أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِ يَوۡمَئِذٍ خَيۡرٞ مُّسۡتَقَرّٗا وَأَحۡسَنُ مَقِيلٗا [الفرقان: 24]
Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya”. [al-Furqaan: 24].
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang dijuluki sebagai penerjemah al-Qur’an mengatakan tentang maksud ayat diatas: “Hal itu terjadi pada waktu dhuha, kemudian para kekasih Allah istirahat bersama keluarga dan bidadarinya. Adapun musuh-musuh Allah maka mereka istirahat bersama setan yang menemaninya”.
Ucapan senada juga dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dalam salah satu qiro’ah ayat ini berbunyi: “ثُمَّ إِنَ مَقِيْلَهم لِإلى الجَحِيْم “.
Sedangkan Sa’id bin Jubair beliau mengatakan: “Allah Shubhanahu wa ta’alla menyelesaikan penghitungan pada tengah hari, kemudian penduduk surga istirahat didalam surga sedangkan penghuni neraka juga istirahat didalam neraka. Lalu beliau membaca firman Allah ta’ala diatas tadi”. [4]
- Sesungguhnya pada saat itu manusia dalam keadaan dibawah terik matahari yang sangat panas, dan ujian besar yang tidak sanggup lagi ditanggung, maka Allah Shubhanahuw ata’alla menaungi tujuh golongan dari para hamba -Nya yang tidak ada naungan kecuali naungan – Hal itu dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَادِلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ فِي خَلَاءٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسْجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ إِلَى نَفْسِهَا قَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا صَنَعَتْ يَمِينُهُ » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Ada tujuh golongan yang akan Allah naungi kelak pada hari kiamat, pada hari yang tidak ada naungan kecuali nauangan–Nya: Imam yang adil, pemuda yang tumbuh didalam ketaatan kepada Allah, seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid, dua orang yang mencintai karena Allah bertemu dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak oleh wanita cantik lagi kaya untuk berzina, lalu dia mengatakan: ‘Aku takut kepada Allah’, seseorang yang bersedekah lalu menyembunyikan sampai kiranya tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang menyebut nama Allah sendirian menangis karena takut“. HR Bukhari no: 660. Muslin no: 1031.
- Hendaknya seorang mukmin memperbanyak bekal dengan amal sholeh dan menyembunyikan dihadapan orang lain.
Abdullah bin Mubarak pernah dihadirkan padanya air zam-zam lalu beliau berkata aku pernah mendengar Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ » [أخرجه ابن ماجه]
“Air zam-zam (berkhasiat) sesuai dengan niat peminumnya“. HR Ibnu Majah no: 3062. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil 4/320 no: 1123.
Maka aku minum sekarang dengan niat untuk menghilangkan kehausan pada hari kiamat kelak. Kemudian beliau meminumnya.
Akhirnya kita akhiri kajian kita dengan mengucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla limpahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, pada keluarga beliau serta para sahabatnya.
[Disalin dari من أهوال يوم القيامة Penulis Syaikh Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Penerjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2013 – 1434]
______
Footnote
[1] Tafsir Ibnu Katsir 14/281.
[2] Fathul Bari 11/394-395.
[3] Fathul Bari 11/394-495.
[4] Lihat Tafsir Ibnu Katsir 10/298. Tafsir al-Qurthubi 15/398.
- Home
- /
- A3. Aqidah Iman dan...
- /
- Mahsyar, Sebuah Penantian yang...