Fatwa Ulama Tentang Kondisi Politik Indonesia(2)

FATWA ULAMA TENTANG KONDISI POLITIK DI INDONESIA 

Oleh
Syaikh Ubaid bin Abdullah Al-Jabiri

Pengantar
Mengingat kondisi politik di Indonesia yang kian memanas sebagai akibat “gaung reformasi” yang justru meluluhlantakkan tatanan masyarakat, terlebih tidak ada seorang alim mutamakkin (mapan) yang menguasai ilmu syari’at secara meluas dan mendalam, maka kami, Majlis At-Turats Al-Islami Yogjakarta dan yayasan Al-Istigamah Surakarta serta Ma’had Al-Furgan Gresik, mencoba menghubungkan kaum muslimin Indonesia pada umumnya dan salafiyyin Ahlussunnah wal jama’ah pada khususnya dengan para masyayikh, alim ulama yang telah diakui integritas ilmu dan akhlaknya, sebagai bentuk peduli kami terhadap nasib umat.

Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid di Yordania serta Syaikh Ubeid bin Abdillah Al-Jabiri di Al-Madinah An-Nabawiyah adalah dua ulama yang sempat dan bisa kami hubungi lewat telepon dalam masalah ini. Pembicaraan tersebut telah berlangsung pada hari Kamis malam dan Jum’at malam tanggal 11-12 Pebruari 1999. Adapun garis besar pembicaran kami, berkisar :

Permasalahan situasi politik Indonesia serta sikap umat Islam terhadap perrnasalahan tersebut.

Tanggapan terhadap acara APEL SIAGA umat Islam yang akan digelar pada tanggal 14 Pebruari 1999 yang bertempat di GOR Manahan Solo, yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Ahlu Sunnah wal Jama’ah dengan pembicara Ja’far Umar Thalib.

Maka dengan segenap harapan hati dan iringan doa, kami sampaikan saduran pembicaraan kami dengan kedua syeikh di atas dalam bentuk bahasa Indonesia (dan bahasa Arab bagi yang membutuhkan). Semoga dapat dipahami dengan akal yang jernih, kepala dingin dan semangat menjauhkan dari marabahaya, sebagai tanggung jawab kami dalam mengemban dakwah ilallah dan menunaikan amanat syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid.

Selanjutnya, bagi kaum Muslimin yang menginginkan kaset rekaman telponnya bisa menghubungi kami.

Yogyakarta 13 Pebruari 1999
TIM PEMERHATI UMAT SALAFIYYAH
Yayasan Majlis At-Turats Al-Islami Yogyakarta.
Yayasan Lajnah Al-Istiqamah Surakarta.
Ma’had Al-Furgan Gresik.

Catatan redaksi:
Tanya jawab ini dilakukan pada tanggal 11 dan 12 Pebruari 1999 dan baru bisa kita muat sekarang secara lengkap.

Pertanyaan : Kami ingin menanyakan kepada Anda beberapa masalah yang berkaitan dengan sikap dakwah salafiyah sehubungan dengan situasi politik akhir-akhir ini, khususnya di negara kami Indonesia. Karena sebagian ikhwan Salafiyin di sini meminta kami untuk menanyakan kepada Anda tentang hal itu. Dan sebelum kami mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Anda, perlu kami kabarkan secara garis besar perkembangan politik di Indonesia yang mungkin Anda sendiri sudah mendengarnya di sana (Arab Saudi), yakni sebagai berikut:

“Telah muncul perpecahan di kalangan elit politik di negara Indonesia, yaitu sesudah lengser keprabonnya presiden terdahulu. Perpecahan ini menyebabkan terjadinya pembunuhan, peperangan, penjarahan, kegoncangan dan pelanggaran kehormatan manusia. Lalu bermunculanlah mimbar-mimbar bebas dan demontrasi- demontrasi disebabkan krisis moneter dan krisis politik, serta terjadi juga kriminalitas yang dahsyat dan musibah yang besar yang hanya Allahlah Yang Maha Tahu. Dan masyarakat di negara kami saat ini sudah tidak mempercayai dan perduli kepada siapapun, walaupun terhadap Angkatan Bersenjata. Mereka menuntut ditegakkannya demokrasi, sehingga menyebabkan bermunculannya banyak partai, yang jumlahnya lebih dari seratus partai politik dengan berbagai bentuk dan prinsipnya. Di antaranya ada yang berlambangkan dan menjadikan Islam sebagai asas. Dan ada juga bentuk yang lain. Sebagian dari partai-partai tersebut ikut serta dalam pemilihan umum dan pemilihan presiden pada tahun ini. Padahal masyarakat sekarang ini hidup dalam kegelisahan dan ketakutan karena terjadinya pembunuhan dan peperangan di antara mereka serta penjarahan di beberapa tempat seperti: Jakarta, Solo, Banyuwangi, Kupang, Ambon, Medan, Aceh dan Sulawesi serta berbagai kota lain di Indonesia. Yang (semua itu) menyebabkan kerugian besar di kalangan kaum Muslimin.

Kejadian-kejadian ini juga menimpa dakwah salafiyah, seperti yang terjadi di Bogor, Jawa Barat, yaitu diusirnya seorang da’i Salafi secara paksa dari rumahnya. Demikian pula dibakarnya salah satu pondok pesantren Salafiyah di Aceh dan para santrinya diusir. Perlu diketahui bahwa Salafiyin di Indonesia tergolong minoritas dibandingkan penduduk Indonesia yang jumlahnya besar. Mereka (Salafiyin) dalam kondisi yang lemah, sedangkan dakwah salafiyah sendiri masih berada di tahap permulaan. Mayoritas penduduk Indonesia masih bodoh terhadap agamanya, apalagi terhadap manhaj salaf. Sedangkan syirik masih bertebaran di negeri kami dalam bentuk yang paling memprihatinkan. Inilah kondisi kami”

Pertanyaan kami : Bagaimana sikap kami terhadap kejadian dan kondisi semacam itu, dan apa kewajiban kami sekarang ini?

Baca Juga  Metode Menyampaikan Nasehat Kepada Penguasa

Syaikh Ubaid bin Abdullah Al-Jabiri menjawab : Dari Hudzaifah bin Al-Yaman, dia berkata: Ketika orang-orang umumnya menanyakan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan, maka aku menanyakan tentang kejahatan karena takut kalau-kalau kejahatan itu menimpa diriku. Aku bertanya, Wahai Rasulullah, dahulu kami berada di dalam kejahiliyaan dan keburukan, Lalu Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kami. Apakah ada kejahatan sesudah kebaikan ini?, Beliau menjawab: “Ya.” Aku bertanya lagi: “Lalu adakah kebaikan’ setelah kejahatan tersebut?” Beliau menjawab: “Ya, tetapi ada kekotoran padanya.” “Apa kotorannya?”, tanyaku. “Kaum yang mengambil selain petunjukku. Sebagian perkara-perkara engkau anggap baik, sebagian lagi engkau ingkari”, jawab Beliau. Aku bertanya kembali: “Lalu setelah kebaikan itu apakah ada kejahaan lagi?,” Beliau menjawab: “Ya. Yaitu dai-dai di pintu-pintu neraka. Barangsiapa yang menyambut seruan mereka, maka akan tercampakkan ke dalamnya.”

“Wahai Rasulullah, ceritakan sifat-sifat mereka kepada kami”, pintaku. Beliau berkata: “Mereka berasal dari bangsa kita dan berbicara dalam bahasa kita.” Lalu aku bertanya: “Lantas apa yang engkau perintahkan kepadaku jika hal itu menimpaku?,” Beliau menjawab: “Tetaplah melazimi jama’ah kaum Muslimin dan imam mereka”. Aku bertanya sekali lagi: “Bagaimana seandainya aku tidak mendapatkan jama’ah mereka dan imam mereka?.” Maka beliau menjawab:`Tinggalkan firqoh-firqoh itu seluruhnya walaupun engkau harus menggigit ranting pohon, lalu kematian mendapati engkau dalam keadaan demikian.”

Kalian, wahai masyarakat Indonesia, serahkanlah urusan kalian kepada orang yang telah Allah bebankan kepadanya urusan-urusan kalian (pemerintah). Janganlah kalian tergesa-gesa untuk menyerang pemerintah dan menyerang para perusuh tersebut. Kemudian seandainya seseorang terancam tertimpa musibah di rumahnya, dilanggar kehormatannya oleh para penjarah, perampok dan para perusuh, sedang ia khawatir tercabik-cabik hak asasinya, maka insya Allah boleh baginya untuk membela diri, membela kehormatan rumah dan harga dirinya. Adapun mereka yang telah terusir dan dikeluarkan dari rumahnya, kita tidak mengatakan kepada mereka dengan kejelekan, akan tetapi Allah menginginkan jalan keluar dan memperbaiki keadaan mereka dan menggantikan bagi mereka dengan yang lebih baik dari musibah yang menimpa mereka.

Tetaplah berpegang teguh kepada As-Sunnah, wahai masyarakat Muslim Indonesia! Janganlah kalian campur tangan dalam fitnah-fitnah. Jauhkanlah diri kalian dari fitnah-fitnah karena dia adalah kegelapan sebagaimana yang dikhabarkan Rasulullah kepada kita, yaitu tentang fitnah yang menjadikan seseorang yang bijaksana terheran-heran, seseorang mendapati sore dalam keadaan beriman, paginya ia telah kafir, dan mendapati pagi dalam keadaan beriman, sorenya ia telah kafir. Hendaknya kalian mohon bantuan kepada Allah dan bersabar. Janganlah kalian tenggelam dalam hizbiyah. Jauhkanlah diri kalian darinya. Hendaknya kalian menjadi orang-orang yang lurus/benar. Tekuni dan pelajarilah ilmu sunnah dari para ulama yang telah Allah berikan taufik-Nya kepada kalian agar belajar kepada mereka. Pegang teguhlah hal itu, jauhkanlah diri kalian dari perkara sia-sia dan percuma tersebut.

Baik, ya.. Syeikh. Pertanyaan kedua : Apakah boleh bagi kita untuk mengikuti pemilu, yang (di sini) insya Allah akan di adakan sebentar lagi. Kurang lebih dua bulan lagi, dengan mendukung salah satu partai politik yang berazas Islam. Karena, sebagian orang khawatir kalau salah satu parpol yang tidak bernafaskan Islam yang menang. Dengan sebab dan alasan inilah, mereka ikut memilih partai yang asasnya Islam. Maka bagaimana pendapat Anda tentang masalah ini, ya Syeikh?

Syaikh Ubaid bin Abdullah Al-Jabiri menjawab : Yang paling dominan pada mereka (politikus) yang berkecimpung didalamnya dan dari slogan-slogan mereka atau slogan-slogan hizbiyah yang menjadikan Islam sebagai syiar mereka, adalah tatkala mencampuri politik, maka menjadi rusak dan merusak, serta berbuat sia-sia dan berbuat jahat terhadap Islam dan kaum Muslimin. Hal ini berdasarkan apa yang kami ketahui tentang mereka, yaitu dengan praktek-praktek menarik simpati dan meraup massa guna meraih kemenangan dalam pemilu. Dan bukanlah suatu perkara nyata yang mereka terapkan dan kerjakan melainkan secara realita yang berlaku adalah suatu perkara yang tidak dapat diterapkan sama sekali dan hanya sekedar slogan saja. Ini berdasarkan apa yang kami ketahui. Maka, janganlah kamu ikut serta, biarkan mereka bersama keadaannya. Janganlah ikut serta bersama mereka sebab dikhawatirkan umumnya para plitikus itu lihai bermain dengan emosi massa.

Pertanyaan : Baik, sekarang mengenai kondisi kami yang telah kami sebutkan dalam pertanyaan. Apakah kita boleh – misalnya – mengadakan suatu majelis dan ceramah umum yang besar di lapangan luas, di mana kita berbicara di hadapan khalayak ramai, dengan alasan memberi nasehat, menerangkan tentang sikap salafiyyin dalam mensikapi politik.

Baca Juga  Menimba Pelajaran Dari Revolusi Arab

Syaikh Ubaid bin Abdullah Al-Jabiri menjawab : Realita seperti ini harus ditinjau dari segi mafsadat (kerusakkan) dan mashlahatnya. Saya kuatir (cara) ini malah akan menyeret kalian kepada mafsadat yang lebih besar. Kalian sekarang ini dalam keadaan lemah, sebagaimana yang disebut dalam pertanyaan, di mana dilihat dari segi jumlah dan persiapan, kalian tidaklah memiliki kekuatan yang (selanjutnya) akan mengantarkan kalian kepada kerusakan yang lebih besar. Mestinya khatib-khatib Salafiyyin yang memberi nasehat di masjid-masjid dengan cara terbaik dan menerangkan al-haq kepada masyarakat atau kepada orang-orang yang telah Allah bebankan perkara kalian kepada mereka (penguasa) jika memungkinkan. Jika tidak, maka tahanlah diri kalian dari perkara tersebut. Hendaklah kalian mempelajari As-Sunnah bersama-sama di masjid-masjid. Pelajarilah kitab-kitab sunnah, dan kitab-kitab aqidah yang akan lebih menguatkan kalian didalam menguasai ilmu syar’i dan memperolehnya, serta ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu hadits al-aqidah ash-shahihah. pelajarilah hal-hal tersebut. Dan jika kalian diintimidasi maka pergilah ke tempat-tempat yang jauh dan aman. Mohonlah pertolongan kepada Allah dan laksanakanlah apa yang diperintahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits Hudzaifah

Pertanyaan : Bagaimana jika ada masyarakat atau sekumpulan besar orang menyiapkan satuan bantuan serba guna dan penjaga keamanan untuk menghindari sesuatu yang tidak dinginkan karena di Indonesia besok lusa, menurut berita yang sampai kepada kami dan sepertinya berita ini benar bahwa salah seorang dari yang mengaku salafi akan mengadakan apel siaga yaitu orasi politik yang akan dilaksanakan hari Ahad (14/12/1999). Kami tidak tahu apa yang akan disampaikannya di dalam muhadarah ini, akan tetapi yang jelas berkaitan dengan kondisi politik yang menimpa kaum Muslimin di Indonesia saat ini dan kemungkinan di antara tema yang akan disampaikan adalah hukum wanita jadi presiden di suatu negeri. Mereka telah menyiapkan banser dan pasukaan pengaman untuk kegiatan ini.

Yang jadi masalah adalah muhadarah ini dibuka untuk umum bahkan menyertakan aparat keamanan unuk menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Syaikh Ubaid bin Abdullah Al-Jabiri menjawab : Itu yang saya khawatirkan. !

Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang Majelis ini ?.

Syaikh Ubaid bin Abdullah Al-Jabiri menjawab : Demi Allah menurut pendapat saya kalian jangan menyelenggarakan Majelis tersebut. Jika memungkinkan hendaknya para khatib di masjid-masjid yang menjelaskannya kepada masyarakat dan memperingatkan mereka dari fitnah-fitnah. Jika tidak memungkinkan, maka tahanlah diri kalian dari masalah-masalah seperti ini. Coba kalian teliti dan pelajari di antara kalian.

Jika ada menteri-menteri di pemerintahan, maka hendaknya kalian bertukar pikiran dengan mereka dan jika mungkin dengan surat yang berisikan penjelasan yang terang dan jelas. Hendaknya terlebih dahulu kalian dengarkan tentang mereka (pelaksana acara tersebut).

Jika sudah dan ada peluang untuk menulis secara resmi kepada pemerintah bahwa acara tersebut adalah perkara mungkar, menurut ahiul sunnah wal jamaah dan juga kalian ingkari (maka tulislah). Coba teliti masalah ini dan kalian musyawarahkan bersama tokoh-tokoh kalian yang lebih senior. Kalian lebih mengetahui keadaan, hanya saja saya khawatir kalian nanti akan terpengaruh (terhasut) kemudian kemudartan yang menimpa kalian lebih besar dari manfaat (yang hendak dicapai).

Pada hakekatnya, saya tidak setuju penyelenggaraan Majelis seperti itu, sebab mereka yang hadir adalah massa yang besar. Mungkin akan terjadi pertengkaran, dan mungkin akan menjurus kepada perkelahian dengan penggunaan senjata, sedangkan salafiyiin tidaklah terlibat dalam masalah-masalah seperti itu.

Jauhkanlah diri kalian dari fitnah-fitnah. Jika memungkinkan para khatib masjid menjelaskan (kepada masyakarat), maka tidak menjadi masalah. Atau kalian tulis surat penjelasan kepada pemerintah yang ditanda-tangani oleh tokoh-tokoh terpandang, para ulama yang dikenal baik di kalangan khusus maupun umum. Kalian jelaskan kepada masyarakat melalui surat yang ditulis oleh aparat pemerintahan seperti Menteri Kehakiman atau Menteri Perwakafan (agama) agar masalah tersebut bisa dijelaskan dengan kerelaan (dapat diterima semua pihak) dan kalian jelaskan kepada pemerintah bahwa as-salafiyyin tidak ada kepentingan untuk ikut campur dalam masalah politik. Akan tetapi, kepentingan mereka adalah menjaga din yang suci ini, memelihara tauhid dan as-sunnah.

Penanya : Baik, ya Syeikh. Jazakaullah khairan.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 10/Th.III/1420H – 1999M. Penerbit Lajnah Istiqomah. Alamat Redaksi : Gedung Umat Islam Lt II Kartopuran No. 241A Telp (0271) 661998 Surakarta 5712]

  1. Home
  2. /
  3. A8. Politik Pemikiran Salafiyyun...
  4. /
  5. Fatwa Ulama Tentang Kondisi...