Risalah Penting Untuk Para Jamaah Haji

RISALAH PENTING UNTUK PARA JAMAAH HAJI

Segala puji bagi Allah yang telah menolong hambanya melaksanakan ibadah dan memudahkannya. Shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sabahat-sahabatnya. Amma ba’du:

Sesungguhnya nikmat Allah itu banyak sekali, tidak dapat dihitung dan dijumlah.

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. [an-Nahl/16:18]

Nikmat yang paling besar dan agung adalah nikmat Islam yang dengannya Allah memuliakan kita. Bagi-Nyalah pujian dan sukur atas karunia dan keutamaan ini.

يَمُنُّوْنَ عَلَيْكَ اَنْ اَسْلَمُوْا ۗ قُلْ لَّا تَمُنُّوْا عَلَيَّ اِسْلَامَكُمْ ۚبَلِ اللّٰهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ اَنْ هَدٰىكُمْ لِلْاِيْمَانِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

“Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.” [al-Hujuraat/49:17]

Berapa banyak manusia di muka bumi ini yang diharamkan dari mendapatkan nikmat Islam. Berapa banyak bangsawan dan orang berpangkat, saudagar dan penguasa yang ditutup untuk mereka pintu nikmat ini. Segala puji bagi-Mu, Tuhan kami, sebagaimana yang layak bagi kemuliaan wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu.

Kemudian, di antara nikmat Allah kepada kalian, wahai para jamaah haji adalah Dia menaungimu dengan rahmat-Nya dan memudahkan jalanmu menunaikan haji. Penyakit, kekurangan harta dan kekhawatiran diperjalanan tidak mencegah dan membuatmu menunda pelaksanaan rukun Islam yang kelima ini, yang oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah diberitakan dengan berita gembira bagi yang menunaikannya,

مَنْ حَجَّ هَذَا الْبَيْتَ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلمَ ْيَفْسُقْ، رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Barangsiapa yang berhaji di rumah ini (Mekkah) dan tidak berbuat senonoh dan kefasikan (kemaksiatan), kembali (dari hajinya) seperti hari pertama dia dilahirkan (tanpa dosa).” [Mutafakun alaih]

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain,

وَالْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاء إِلاَّ الْجَنَّة

“Dan haji mabrur, tidak ada balasannya selain surga.” [Hadits riwayat Muslim]

Menunaikan ibadah haji adalah salah satu dari rukun Islam. Ibadah haji adalah amal yang paling agung setelah iman dan jihad. Ia merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah yang paling utama, yang menghapus (dosa) sebelumnya.

Bergembiralah dihari yang penuh dengan perjuangan dan diampuninya kesalahan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرُ مِنْ أَن يَعْتِقَ اللهُ فِيْهِ عَبْداً مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَة

“Tidak ada hari yang Allah lebih banyak membebaskan hambanya dar api neraka daripada hari arafah.” [Hadits riwayat Muslim]

Nikmatilah kebaikan yang besar ini. Ia merupakan hembusan keimanan yang mencuci kotoran kemaksiatan dan dosa. Aku berwasiat kepadamu dengan takwa kepada Allah dan ikhlas dalam amal, jauh dari riya dan ujub (takabur). Atas kalian meminta pertolongan, tunduk dan merendah kepada Tuhan-mu Azza wa Jalla serta berterimakasihlah atas kesempatan menunaikan rukun yang agung ini.

Berikut Hal-hal yang Tidak Boleh Luput Dari Ingatanmu.
Pertama: Ingatlah bahwa engkau berada dihari yang agung yaitu sepuluh Zulhijjah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا العَمَلُ فِي أَيَّامِ أَفْضَلُ مِنْ هَذِهِ الْعَشْرِ  قَالوُا: وَلاَ الْجِهَادُ؟ قَالَ: وَلاَ الْجِهَاد، إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وِمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيءٍ

“Tidak ada amal (yang dikerjakan) pada setiap harinya yang lebih utama daripada sepuluh Zulhijjah.” Para sahabat bertanya, tidak pula jihad? Nabi menjawab: “Tidak pula jihad. Kecuali seorang yang keluar sendirian (mengorbankan dirinya) dengan harta dan jiwanya dan tidak kembali.” [Hadits riwayat al-Bukhari]

Ibnu Taymiah rahimahullah ditanya manakah yang lebih baik antara sepuluh Zulhijjah dan sepuluh terakhir bulan Ramadhan?

Beliau menjawab: (Siang) sepuluh Zulhijjah lebih utama dari sepuluh terakhir Ramadhan. Sedangkan malam-malam di sepuluh hari terakhir Ramadhan lebih utama dari malam di sepuluh Zulhijjah.

Ibnu Hajar rahimahullah berkata di dalam kitab al-Fath, “Yang nampak jelas bahwa sebab keutamaan sepuluh Zulhijjah karena terkumpulnya ibadah-ibadah utama ketika itu; seperti shalat, puasa, sodaqoh dan haji, yang itu tidak terdapat pada hari-hari selainnya.

Kedua: Engkau berada di Biladullah al-Haram (tanah suci) Mekkah. Negeri yang setiap kebaikan dilipatgandakan (pahalanya) demikian pula halnya dengan keburukan, dilipatgandakan dosanya. Allah Azza wa Jalla telah menjanjikan azab yang pedih bagi mereka yang ingin membuat kerusakan di dalamnya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَمَنْ يُّرِدْ فِيْهِ بِاِلْحَادٍۢ بِظُلْمٍ نُّذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ  

“Dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih.” [al-Hajj/22:25]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata (dalam tafsirnya), “Yaitu mereka yang konsen dalam perbuatan nista dari kemaksiatan dosa besar.”

Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata, “Dari apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ‘Ada tiga orang yang paling dimurkai Allah’, Beliau menyebutkan satu di antaranya adalah mulhid (orang yang berbuat kejahatan atau kekufuran) di tanah haram (Mekkah).[Hadits riwayat al-Bukhari]

Disebutkan di dalam Fath al-Baari: “Yang nampak jelas dari teks hadits bahwa perbuatan dosa kecil di tanah haram lebih besar dosanya dari pada perbuatan dosa besar di tempat yang lain.”

Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Seandainya seseorang terbersit dalam hatinya ingin berbuat ilhad (kejahatan/kekufuran di tanah haram) dan dia berada di Adan Abin[1], Allah akan merasakan kepadanya azab yang pedih.”

Ini bagi siapa yang terbersit dalam hatinya, lalu bagaimana dengan mereka yang melakukannya.

Berusahalah senantiasa mengagungkan syiar-syiar Allah, firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala,

ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ

“Demikianlah (perintah Allah). Dan Barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah[2], maka Sesungguhnya itu timbul dari Ketakwaan hati.” [al-Hajj/22:32]

Ketiga: Pada waktu dan tempat seperti ini adalah kesempatan untuk bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla, dan mengintropeksi diri atas apa yang telah dilalaikan. Membelenggu diri dengan belenggu kembali kepada Allah dan memperbanyak air mata penyesalan dan taubat. Cukup sudah catatan amal yang penuh dengan dosa dan kesalahan. Cukup sudah umur yang tersiakan serta apa saja yang telah diperbuat dari kelalaian dan kealpaan. Allah Azza wa Jalla berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)…” [al-Hasyr/59:18]

Ibnu katsir berkata menafsiri ayat ini, “Maksudnya adalah hitunglah diri kalian sebelum kalian dihitung. Dan lihat apa yang telah kalian upayakan untuk diri kalian dari amal-amal shaleh dihari pembalasan dan dihadapkan kepada Tuhan kalian.”

Malik bin Dinar –semoga Allah merahmatinya- berkata, “Allah merahmati seorang hamba yang berkata kepada jiwanya, ‘Bukankah engkau pelaku perbuatan demikian?!’ Kemudian ia membelenggu jiwanya, lalu dijadikannya mengikuti kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala dan penuntun baginya.

Keempat: Engkau telah meninggalkan keluarga, rumah, harta dan anak-anak mengharap apa yang ada di sisi Allah. Jangan sia-siakan waktu yang berharga ini. Bebaskan dirimu dari bertemu dengan manusia dan banyak bicara. Konsentrasilah untuk urusan akhiratmu. Rasakanlah pengawasan zat yang Mahamemperhatikan dan keagungan Tuhan yang Mahaperkasa.

Kelima: Hendaknya engkau menjadikan sabar sebagai syi’ar dan pilihan. Berhiaslah dengannya dan jagalah dia. Engkau sedang berada pada ibadah yang agung yang berisi kesulitan-kesulitan, kelelahan, bekal yang terbatas, sempitnya kendaraan, kemacetan dan panjangnya perjalanan. Jangan berkeluh kesah dan jangan menyakiti orang yang ada disekitarmu. Hendaknya berlaku lembut dan tenang.

Dari Jabir bin Abdullah, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar suara sangat gaduh, benturan dan suara onta. Beliau bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ بِالسَّكِيْنَةِ، فَإِنَّ الْبِرَّ لَيْسَ بِالإِيْضَاعِ – يَعْنِي اْلإِسْرَاعُ

“Wahai manusia tenanglah tenanglah, sesungguhnya kebaikan itu bukan dengan tergesa-gesa. [Mutafaqun Alaih]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ السَّكِيْنَةُ السَّكِيْنَةُ

“Wahai manusia, tenanglah tenanglah.” [Hadits riwayat Muslim]

Dan di antara khutbah Umar bin Abdul Aziz –semoga Allah merahmatinya- di Arafat, “Bukanlah sang pemenang itu dia yang memacu cepat onta dan kudanya, tetapi pemenang adalah dia yang diampuni (dosa-dosanya).

Keenam: Ingatlah saudaraku bahwa Allah Azza wa Jalla telah mengharamkan kezaliman atas diri-Nya dan dia menjadikannya haram. Dia mengharamkan menyakiti muslim dan muslimah lain. Hindari lidahmu dari melontarkan kalimat yang melukai atau tangan yang menyakiti jamaah haji lain, tinggi hati, takabur atau sok tahu. Jauhilah berbuat yang tidak senonoh dan kefasikan ketika berhaji. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

Baca Juga  Amalan-amalan Umrah

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّ ۗ

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats (berbuat yang tidak senonoh), berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.” [al-Baqarah/2:197]

Ibnu Sa’di rahimahullah berkata, “Ar-Rafast adalah hubungan kelamin serta pendahuluannya, baik perbuatan maupun ucapan, khususnya ketika ada para wanita. Al-fusuk adalah semua maksiat termasuk larangan-larang bagi orang yang berihram. Al-Jidal adalah saling mencurigai, berselisih dan mendendam, kerena semuanya itu membekaskan keburukan dan permusuhan. Sedangkan maksud dari berhaji adalah merendahkan diri, luluh dihadapan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan apa-apa yang mungkin dari bentuk-bentuk ibadah. Ia merupakan perjalanan untuk memisahkan diri dari keburukan. Jika ini terpenuhi tentu akan menjadi haji yang mabrur. Haji mabrur tidak ada balasannya selain surga. Apa yang telah disebutkan, sekalipun terlarang disetiap waktu dan tempat tetapi ketika berhaji hal itu lebih ditekankan lagi.

Ketujuh: Pada hari yang penuh berkah ini rasakanlah bahwa waktu begitu terbatas lagi cepat berlalu. Berupayalah mendapatkan sabahat yang baik dan teman terbaik. Pilihlah mereka yang paling menjaga shalat, melakukan ibadah sunnah dan membaca al-Qur’an. Jadikan dia sebagai penolong dan tempat meminta bantuan. Agar dia menjadi teman perjalanan yang membantu mengencangkan tali pinggangmu dalam berbuat taat dan  melakukan ibadah.

Kedelapan: Berdoalah, berdoalah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah.” [Hadits riwayat Abu Dawud]

Jagalah agar senantiasa berdoa dan memperbanyaknya dengan kehadiran hati dan berharap dikabulkan, karena sesungguhnya Allah Mahapemurah dan Mahamulia. Telah terkumpul padamu tempat yang suci, waktu yang utama, sedang berhaji dan musafir. Berupayalah membuka pintu-pintu (terkabulkannya do’a). Perbanyaklah do’a untuk dirimu, orang tuamu, anak keturunmu dan agar menjadikanmu termasuk dari orang-orang yang dikabulkan (diterima amal ibadahnya). Sertakan juga untuk umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagian dari do’amu, agar Allah memperbaiki keadaan mereka dan memberi mereka petunjuk kepada jalan yang lurus.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatakn Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu yang merupakan orang yang bertakwa dan wara. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Wahai Ali, sesungguhnya engkau memiliki harta karun di surga. Janganlah engkau ikuti pandangan dengan pandangan berikutnya, sesungguhnya bagimu pandangan pertama tetapi tidak yang setelahnya.” [Hadits riwayat Ahmad]

Dan Ibnu Siiriin –semoga Allah merahmatinya- berkata, “Aku melihat wanita yang tidak halal bagiku di dalam mimpi, maka akupun memalingkan wajahku darinya…”

Ingatlah wahai engkau yang sedang berada di negeri suci akan besarnya dosa dan singkatnya perjalanan. Inggatlah akan hari dibagikannya buku-buku catatan amal yang membuat anak kecil menjadi beruban (tua).

Allah telah membukakan pintu-pintu kebaikan yang banyak untukmu, diantaranya:

  1. Menjaga pelaksanaan shalat tepat pada waktunya. Biasakanlah datang ke masjid bersamaan dengan adzan. Saat ini engkau sedang berlibur dari kesibukan duniawi, khusus untuk berbuat ketaatan dan ibadah. Ibadah yang paling utama setelah syahadatain adalah melaksanakan shalat. Nabi r bersabda,

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِ اْلأَوَّلِ، ثُمَّ لاَ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عِلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا عَلَيْهِ

“Seandainya manusia tahu apa yang ada pada panggilan adzan dan shaf pertama, lalu mereka tidak bisa mendapatkannya kecuali dengan mengundinya, nisacaya mereka akan mengundinya.” [Mutafaqun Alaih]

  1. Amar makruf nahi munkar memiliki tempat yang agung di dalam Islam. Sebagian ulama mengkatagorikannya sebagai rukun keenam dari rukun-rukun Islam. Allah mendahulukan penyebutannya sebelum iman di dalam al-Qur’an,

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” [Ali ‘Imran/3:110]

Di dalam surat at-Taubah Allah mendahulukan penyebutannya sebelum menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Firman Allah,

وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنٰتُ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗاُولٰۤىِٕكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [at-Taubah/9:71]

Pendahuluan ini merupakan penjelasan akan urgennya amar makruf dan nahi munkar[3], agungnya kedudukanya dan akibat buruk jika meninggalkannya. Tingkatan amar makruf dan nahi munkar disebutkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya,

مَنْ رَأَى مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

“Barangsiapa yang melihat kemungkaran hendaknya merubahnya dengan tangannya. Jika tidak bisa maka dengan lisannya. Jika tidak bisa juga hendaknya dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” [Hadits riwayat Muslim]

Bidang garap amar makruf banyak sekali di musim-musim haji, diantaranya: meluruskan shaf ketika shalat, mengingatkan orang yang lalai, mengajarkan orang yang tidak tahu, memisahkan lelaki dengan perempuan (yang bukan mahrom), memerintahkan untuk mengenakan hijab dan memperingatkan bahaya bersolek (di depan umum). Bagi kaum muslimah dapat mengajar para wanita bagaimana cara shalat yang benar, hukum bersuci, memperingatkan mereka dari (bahaya) syirik dan bid’ah, mengajak mereka untuk mengenakan hijab (jilbab) dan lain sebagainya.

  1. Berdakwah kepada Allah Azza wa Jalla adalah pintu yang agung dari pintu-pintu kebaikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ دَعَا إِلىَ هُدَى، كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ، لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئاً

“Siapa yang menyeru kepada huda (kebaikan), baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tidak mengurangi sedikitpun pahala orang yang mengerjakannya.”[Hadits riwayat Muslim]

Hal itu dilakukan dengan mengajari orang yang jahil (tidak tahu) dan lalai, membagikan buku-buku syari’at dan kaset-kaset islami, menunjukkan tempat belajar, pengajian dan banyak lagi yang lainnya.

Saya sarankan kepada saudara-saudara yang memiliki ilmu syar’i atau wawasan untuk turut serta dalam acara-acara perkemahan. Berapa banyak orang yang mendapat petunjuk dari perjalanan ini. Keikutsertaan menjadikan jamaah haji lebih dekat dan terikat, juga menjauhkan mereka dari pembicaraan yang tidak ada dasarnya (sia-sia).

  1. Di antara amal ibadah haji yang dikenal sejak dahulu adalah memberi makan, terkhusus di waktu-waktu sangat ramai. Memberi makan memiliki pahala yang besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَيُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلٰى حُبِّهٖ مِسْكِيْنًا وَّيَتِيْمًا وَّاَسِيْرًا  

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” [al-Insan/76:8]

Dahulu Salafussoleh antusias dalam memberi makan. Sama saja apakah dalam memberi makan orang kelaparan atau menjamu saudaranya yang shaleh. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّمَا مُؤْمِنٌ أَطْعَمَ مُؤْمِناً عَلىَ جُوْعٍ أَطْعَمَهُ اللهُ مِنْ ثَمَارِ الْجَنَّةِ

“Mukmin manapun yang memberi makan mukmin lain yang kelaparan, akan Allah beri dia makanan dari buah-buahan surga.” [Hadits riwayat at-Turmudzi]

  1. Manfaatkan waktu dalam berbagai bentuk ibadah dan ketaatan. Hari-hari haji hanya sedikit, jangan menyia-nyiakannya dengan pembicaraan yang tidak berdasar, menyindir, mencela, menggosipi manusia, mengkritik makanan, minuman, kemah juga pendingin ruangan. Hendaknya jauhkan dirimu dari perkara-perkara dunia.
  2. Bersegera membantu orang-orang lanjut usia dan melayani mereka. Pada yang demikian itu adalah bentuk penghormatan dan memuliakan orang tua serta bentuk kasih kepada mereka.
  3. Membagikan minuman dingin (as-sukya) ketika penuh kemacetan dan kehausan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ سَقَى مُؤْمِناً عَلىَ ظَمَأٍ سَقَاهُ اللهُ مِنْ الرَّحِيْقِ الْمَخْتُوْمِ

Siapa yang memberi minum seorang mukmin yang kehausan, akan Allah beri dia minum dari ar-Rahiq al-makhtum[4].” [Hadits riwayat at-Turmudzi dengan sanad yang baik]

  1. Bersedekah dengan harta. Berinfak termasuk pendekatan diri yang paling agung dan ketaatan yang mulia. Ayat-ayat dan hadits-hadits tentang keutamaan sedekah banyak sekali.
Baca Juga  Suasana Hari Arafah Mengingatkan Hari Kiamat

Di antara kumpulan jamaah haji yang penuh berkah itu ada orang-orang fakir dan membutuhkan. Berinfak kepada mereka berarti menghilangkan lapar mereka dan memenuhi kebutuhan mereka sehingga dapat mencegah mereka meminta-minta, walaupun dengan jumlah sedikit. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ

“Berlindunglah dari api neraka walaupun hanya dengan kulit biji kurma.”

Pinjamkanlah kepada Allah Azza wa Jalla yang Mahakaya agar dilipatgadakan ganjaran dan pahalanya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.” [al-Baqarah/2:245]

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Sedekah memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam menolak bala (bencana) sekalipun dari pelaku dosa, palaku zalim bahkan sekalipun dari orang kafir. Sungguh Allah menolak dengan sedekah berbagai macam bala (bencana).”

  1. Menebar salam.

Pada saat manusia berkumpul dan di tengah kemacetan yang silih berganti serta udara yang sangat panas, senyum tentu menjadi jalan kasih sayang. Ia dapat menghilangkan keluhan dan menampakkan keterikatan dan saling kasih. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتىَّ تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتىَّ تَحَابوُا، أَوْ لاَ أَدُلُّكُمْ عَلىَ شَيْءٍ إِذَا فعلتموه تحاببتم؟ أفشوا السلام بينكم

“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada sesuatu yang jika kalian kerjakan kalian akan saling mencintai?! Sebarkan salam di antara kalian.” [Hadits riwayat Muslim]

  1. Bermuka cerah dan tersenyum.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئاً وَلَوْ أَنَ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهِ طَلِق

“Janganlah kalian meremehkan kebaikan meskipun sedikit, sekalipun engkau bertemu dengan saudaramu dengan wajah ceria.” [Hadits riwayat Muslim]

Abdullah bin al-Harits berkata, “Aku belum pernah melihat orang yang lebih banyak tersenyum dari pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam“. [Riwayat Ahmad]

Jangan memperbanyak tertawa dan bergurau, sesungguhnya hari-hari ini adalah hari-hari ibadah dan kesungguhan, bukan waktu santai dan tawa.

  1. Membantu orang yang kesusahan.

Dalam perjalanan terdapat kesulitan kelelahan dan musibah. Membantu kaum muslimin dan menyelesaikan kesusahan mereka adalah kebaikan yang besar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ فَرَجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَجَ اللهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa  menyelesaikan satu kesusahan dari seorang muslim, Allah akan selesaikan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahannya pada hari kiamat.” [Mutafak alaihi]

  1. Berkorban dan mendahulukan orang lain.

Di antara kebiasaan sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah berkorban dan mendahulukan saudara muslim yang lain dari pada diri mereka sendiri dalam makanan dan minuman, serta bertahan dalam kesederhanaan dan keprihatinan.

  1. Menjadi teman yang baik.

Dalam pertemanan memiliki adab (etika) yang sebaiknya diketahui. Engkau saat ini berada di perjalanan. Dengan safar (perjalanan) diketahui akhlak seseorang. Hindarilah banyak bertanya dan mendetailkanya serta berbicara tentang segala sesuatu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ

“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang bukan urusannya (tidak bermanfaat).” [Hadits riwayat at-Turmudzi]

  1. Meminta izin ketika keluar atau masuk.

Jika hendak pergi menuju Mekkah atau melempar jumroh atau selainnya, hendaknya memberitahu penanggung jawab (rombongan), agar dia tahu tujuan setiap aggotanya dan mudah pengaturannya. Yang demikian tentu lebih dapat menghindarkan perpecahan dan tersesat jalan.

  1. Jadikan pada hari-hari yang penuh berkah ini jadwal untuk menghafal surat dari al-Qur’an. Seperti surat al-Baqarah, surat al-Kahfi atau surat an-Nuur. Mintalah tolong kepada Allah, semoga Allah membukakan hatimu (untuk menghafal).
  2. Berusahalah sedapat mungkin untuk menjaga kebersihan tempat dimanapun kita singgah dan di jalan yang kita lalui. Di antara sedekah yang dianjurkan adalah menghilangkan gangguan dari jalan.

Di antara adab (etika) safar yang syar’i (memenuhi ketentuan syari’at) adalah mengangkat amir (pemimpin) kelompok perjalanan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا خَرَجَ ثَلاَثَةٌ فِي سَفَرِ فَلْيُؤَمّرُوا أَحَدُهُمْ

“Jika tiga orang keluar melakukan perjalanan, hendaknya mengangkat salah seorang dari mereka menjadi amir (pemimpin perjalanan).” [Hadits riwayat Abu Dawud]

Yang demikian lebih menjaga persatuan dan lebih menghindari perselisihan dan perbedaan pendapat.

Saudaraku yang Terhormat.
Hindari ujub (takabur) dan berbangga dengan amalmu, karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla-lah yang telah memberimu taufik dan membantumu. Dialah yang telah memberimu hidayah. Jangan takjub dengan amal perbuatanmu, karena itu sesungguhnya hanya sedikit di sisi Allah Azza wa Jalla. Bahkan hendaknya rasakan keagungan penciptamu dan keluasan pengampunan-Nya. Mintalah kepada Allah Azza wa Jalla agar tidak bergantung (bangga) kepada amal perbuatanmu, tidak pula kepada dirimu sekejappun.

Hindari riya (berharap mendapat perhatian) dan sum’ah (berharap mendapat pujian) ketika telah kembali (dari pelaksanaan haji), berbangga diri serta menyiarkannya kepada orang-orang agar mengagungkanmu.

Jangan rusak amal baikmu dengan ungkapan yang tidak baik. Jangan tiru perkataan sebagian mereka yang jahil (bodoh): ‘melelahkan!’, ‘macet!’, ‘udara panas!’ atau ‘aku rugi demikian!’, tetapi bersabar dan berharaplah mendapat ganjaran pahala. Ibadah ini berisi dengan kesulitan-kesulitan, perjalanan panjang dan penuh dengan keramaian. Tentu ketika itu terlihat perkara-perkara yang tidak lumrah di negerimu.

Terbayangkan olehmu keterasinganmu di Mekkah padahal itu hanyalah hari-hari yang singkat dan media komunikasi masih terbuka. Lalu bagaimana dengan keterasinganmu di alam kubur beserta kengeriannya. Ketahuilah bahwa engku akan mati seorang diri, dihitung amalmu seorang diri dan akan dibangkitkan seorang diri. Bersiaplah untuk hari ini dan yang setelahnya. Perbanyaklah do’a agar Allah menerima ibadah hajimu dan menulis pahalamu serta meneguhkanmu di atas agama-Nya sampai bertemu dengan-Nya.

Kodisi Setelah Kembali
Apakah engkau sudah berhaji ke Baitullah al-Haram dan telah Allah muliakan dengan menunaikan syi’ar agama yang agung ini. Mohonlah kepada Allah Azza wa Jalla semoga engkau telah keluar dari dosa-dosamu seperti kali pertama dilahirkan. Aku kabarkan berita gembira melalui ungkapan seorang yang jujur lagi tidak berbicara dengan hawa nafsunya,

مَا أَهَلَّ ـ يَعْنيِ لَبّى ـ مُهَلِّ وَلاَ كَبَّرَ مُكَبِّرٌ قَطّ إِلاَّ بُشِّرَ باِلْجَنَّةِ

Tidaklah bertalbiah[5] orang yang bertalbiah atau bertakbir[6] orang yang bertakbir melainkan diberikan berita gembira kepadanya dengan syurga.” [Shahih al-Jami’ as-Shaghir no:5445]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا تَرْفَعُ إِبِلُ الحْاَجِ رِجْلاً وَلاَ تَضَعُ يَداً إِلاَّ كَتَبَ اللهُ بِهَا حَسَنَةً، أَوْ مَحَا عَنْهُ سَيْئَةً، أَوْ رُفِعَ لَهُ دَرَجَةً

“Tidaklah onta tunggangan orang yang berhaji mengangkat kaki  belakang atau menurunkan kaki depannya, melainkan Allah catat (bagi penunggangnya) sebagai satu kebaikan, atau dihapuskan darinya satu keburukan, atau diangkat satu derajatnya.” [Shahih al-Jami as-Shaghir no.572]

Demikianlah, catatan amalmu telah kembali putih. Maka apa setelah pengampunan dan pembebasan ini? Apakah engkau ingin mengulang apa yang telah engkau lalui sebelumnya, yang penuh dengan dosa dan kesalahan? Atau bersegera mengisi catatan itu dengan ketaatan dan memperbanyak ibadah?!

Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian amal-amal yang shaleh dan menjadikannya benar lagi murni mengharap wajah Allah yang mulia.

Shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.

[Disalin dari رسالة إلى أهل عرفة ومزدلفة ومنى  Penulis : Abdulmalik al-Qosim,  Penerjemah Syafar Abu Difa. Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2009 – 1430]
_______
Footnote
[1] Satu tempat di Yaman. Maksudnya dari tempat yang jauh. Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa keinginan di sini adalah keinginan yang kuat. Dan ini hanya khusus pada tanah haram. (pent)
[2] Syi’ar Allah Ialah: segala amalan yang dilakukan dalam rangka ibadat haji dan tempat-tempat mengerjakannya.
[3] Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
[4] Ahlul ilmu mengatakan Ar-Rahiiq adalah khamr disyurga atau nama sungai khar disyurga.
[5] Mengumandangkan labaik allahumma labaik..dst.
[6] Mengumandangkan takbir (ucapan “Allahu akbar”).

  1. Home
  2. /
  3. A9. Fiqih Ibadah6 Haji...
  4. /
  5. Risalah Penting Untuk Para...