Sifat Sabar Sebagai Penolong Orang Yang Beriman
SIFAT SABAR SEBAGAI PENOLONG ORANG YANG BERIMAN
Oleh
Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allâh bersama orang-orang yang bersabar [al-Baqarah/2:153]
Ayat yang mulia ini menunjukkan agungnya keutamaan sifat sabar sebagai sebab turunnya pertolongan dan penjagaan dari Allâh Azza wa Jalla kepada hamba-Nya yang beriman.
Imam asy-Syaukani berkata, “Dalam ayat ini terdapat motivasi terbesar bagi hamba-hamba Allâh Subhanahu wa Ta’ala untuk menetapi sifat sabar ketika menghadapi segala kesusahan, karena barangsiapa yang Allâh bersamanya, maka dia tidak akan takut (menghadapi) segala rintangan (apapun) meskipun (sebesar) gunung”[1]..
Syaikh ‘Abdur Rahman bin Nashir as-Sa’di berkata: “(Dalam ayat ini) Allâh Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong dalam (menghadapi) urusan-urusan agama dan dunia mereka, maka sifat sabar merupakan penolong besar dalam menghadapi segala urusan, maka tidak ada jalan bagi orang yang tidak bersabar untuk mencapai apa yang diinginkannya (karena tidak adanya pertolongan dari Allâh baginya)… Kebersamaan Allâh dalam ayat ini adalah kebersamaan khusus yang mengandung makna kecintaan, bantuan, pertolongan dan kedekatan Allâh (bagi hamba-hamba tersebut). Maka ini merupakan kemuliaan besar bagi orang-orang yang memiliki sifat sabar. Kalau seandainya tidaklah ada keutamaan bagi orang-orang yang bersabar kecuali mendapatkan kebersamaan yang khusus dari Allâh ini, maka cukuplah hal ini sebagai keutamaan dan kemuliaan (besar)”[2].
Beberapa Faidah Penting Yang Terkandung Dalam Firman Allâh Azza Wa Jalla Di Atas:
1. Arti sabar secara etimologi adalah al-habs (menahan/mencegah), maka makna sabar adalah menahan diri dari berputus asa, dan menahan lisan dari keluh kesah, serta menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang Allâh Azza wa Jalla [3]. Inilah arti kesabaran yang indah yang Allâh Azza wa Jalla perintahkan dalam firman-Nya:
فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلًا
“Maka bersabarlah kamu dengan kesabaran yang indah” [Al-Ma’ârij/70:5].
2. Imam asy-Syaukani rahimahullah berkata: “Makna kesabaran yang indah adalah kesabaran yang tidak disertai sikap berkeluh kesah dan mengadu kepada selain Allâh”[4].
3. Adapun hakikat sifat sabar, adalah seperti yang dijelaskan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, yaitu: “akhlak mulia yang termasuk perangai jiwa (yang luhur), dengannya seorang hamba akan menjauhi perbuatan buruk dan tidak terpuji. Sifat ini merupakan bagian dari kekuatan jiwa yang menjadikan baik dan lurus keadaannya”[5].
4. Rukun sabar ada tiga yaitu: menahan diri dari sikap murka terhadap segala ketentuan Allâh Azza wa Jalla , menahan lisan dari keluh kesah, dan menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang (Allâh Azza wa Jalla), seperti menampar wajah (ketika terjadi musibah), merobek pakaian, memotong rambut dan sebagainya. Barangsiapa yang menunaikan ketiga rukun ini dengan benar maka semua musibah yang menimpanya akan berganti menjadi anugerah yang mulia [6].
5. Sabar itu ada tiga macam: sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla , sabar dalam meninggalkan larangan-larangan-Nya, dan sabar dalam menghadapi ketentuan takdir-Nya yang menimpa manusia[7].
6. Imam Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata: “Kesabaran itu adalah pengakuan seorang hamba kepada Allâh Azza wa Jalla atas musibah yang menimpa dirinya (bahwa itu semua dari sisi-Nya) dan pengharapannya terhadap balasan pahala di sisi-Nya. Sungguh terkadang seorang hamba bersedih, akan tetapi dia berusaha menahan diri, tidak terlihat darinya kecuali kesabaran”[8].
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XX/1437H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] Kitab Fathul Qadîr (1/246).
[2] Kitab Taisîrul Karîmir Rahmân (hlmn 74).
[3] Lihat kitab ’Idatush shâbirîn (hlmn 7).
[4] KItab Fathul Qadîr (5/404).
[5] KItab ’Idatush shâbirîn wa dzakhîratusy syâkirîn (hlmn 36 – cet. Dar Ibnil Jauzi, Arab Saudi).
[6] Lihat keterangan Imam Ibnul Qayyim dalam kitab al-Wâbilish shayyib (hal. 11).
[7] Lihat keterangan Imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitab Latha-iful ma’ârif (hal. 177).
[8] Dinukil oleh mam Ibnu Katsir dalam tafsir beliau (1/268).
- Home
- /
- A9. Fiqih Dakwah Akhlak...
- /
- Sifat Sabar Sebagai Penolong...