Hukum Memecah Belah Kaum Muslimin yang Telah Bersepakat
MEMBANGUN KHILAFAH DAN IMAROH
Wajib mengingkari para pemimpin pada perkara yang menyelisihi syari’at dan tidak memerangi mereka selama mereka mendirikan shalat
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ : (( إِنَّهُ يُسْتَعْمَلُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ فَتَعْرِفُوْنَ وَتُنْكِرُوْنَ فَمَنْ كَرِهَ فَقَدْ بَرِئَ وَمَنْ أَنْكَرَ فَقَدْ أَسْلَمَ وَلِكنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ)) قَاُلْوا: يَأ رَسُوْل َاللهِ أَلاَ ُنقَاِتلُهُمْ؟ قَالَ : ((لاَ , مَا صَلُّوْا)) أخرجه مسلم
Dari Ummu Salamah semoga Allah meredhainya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ((Sungguh akan diangkat pada kalian penguasa yang kalian ketahui dan kalianpun akan mengingkarinya, maka barangsiapa yang membencinya maka dia telah berlepas diri dan barangsiapa yang mengingkarinya maka dia telah selamat, akan tetapi (celaka) orang yang rela dan mengikuti mereka)). Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah tidakkah kita memerangi mereka?”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak, selama mereka mendirikan shalat”. HR. Muslim.[1]
Hukum memecah belah kaum muslimin yang telah bersepakat
عن عرفجة رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله- صلى الله عليه وسلم- يقول: «مَنْ أَتَاكُمْ وَأَمْرُكُمْ جَمِيعٌ عَلَى رَجُلٍ وَاحِدٍ، يُرِيْدُ أَنْ يَشُقَّ عَصَاكُمْ، أَوْ يُفَرِّقَ جَمَاعَتَكُمْ فَاقْتُلُوهُ». أخرجه مسلم
Dari Arfajah Radhiyallahu anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila datang kepada kalian sementara kalian telah bersepakat (mengangkat) seseorang sebagai pemimpin kalian, dia datang guna memecah belah kekuatan kalian atau mencerai beraikan kesatuan kalian maka bunuhlah dia”. HR. Muslim[2]
Hukum membai’at dua pemimpin
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: قال رسول الله- صلى الله عليه وسلم-: «إذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَينِ، فَاقْتُلُوا الآخَرَ مِنْهُمَا». أخرجه مسلم.
Dari Abi Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila dibai’at dua khalifah (dalam satu kekuasaan) maka hendaklah dibunuh salah satu dari keduanya”.[3]
Pemimpin yang paling baik dan paling buruk
عن عوف بن مالك رضي الله عنه عن النبي- صلى الله عليه وسلم- قال: «خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ، وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ، وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ، وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ، وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ» قِيلَ: يَا رَسُولَ الله أَفَلا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ؟ فَقَالَ: «لا. مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاةَ، وَإذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاتِكُمْ شَيْئاً تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلُه، وَلا تَنْزِعُوا يَداً مِنْ طَاعَةٍ». أخرجه مسلم
Dari Auf bin Malik Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Pemimpin kalian yang paling baik adalah pemimpin yang kalian cintai dan merekapun mencintai kalian, yang berdo’a untuk kalian dan kalianpun berdo’a untuk mereka. Pemimpin kalian yang paling buruk adalah pemimpin yang kalian benci dan merekapun membeci kalian, dan kalian melaknat mereka dan merekapun balas melaknat kalian”. Dikatakan: “Wahai Rasulullah, tidakkah kita mengucilkan mereka dengan pedang?”, beliau menjawab: “Tidak, selama mereka mendirikan shalat, apabila kalian melihat dari peminpin kalian sesuatu yang kalian benci maka bencilah amal perbuatannya dan janganlah mencabut tangan kalian dari ketaatan”. HR. Muslim.[4]
Orang yang menjadi kepercayaan dan konsultan seorang pemimpin
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه عن النبي- صلى الله عليه وسلم- قال: «مَا بَعَثَ الله مِنْ نَبِيٍّ وَلا اسْتَخْلَفَ مِنْ خَلِيْفَةٍ إلا كَانَتْ لَهُ بِطَانَتَانِ: بِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالمَعْرُوفِ، وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ، وَبِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالشَّرِّ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ، فَالمَعْصُومُ مَنْ عَصَمَ الله تَعَالَى». أخرجه البخاري
Dari Abi Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak seorang Nabipun yang diutus oleh Allah dan tidak pula mengangkat seorang khalifah kecuali mereka memiliki dua macam orang kepercayaan: “Orang keparcayaannya yang menyuruhnya berbuat kebajikan serta mendorongnya untuk berbuat hal tersebut dan kepercayaan yang menyeruhnya untuk berbuat keburukan serta mendorongnya untuk tetap melakukannya, orang yang terjaga adalah orang yang tetap dijaga oleh Allah Ta’ala”.[5]
[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Jihad, Hukum dan Keutamaannya كتاب الجهاد). Penulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri. Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
_______
Footnote
[1] HR. Muslim no: 1854
[2] HR. Muslim no: 1852
[3] HR. Muslim no: 1853
[4] HR. Muslimno: 1855
[5] HR. Bukhari no: 7198
- Home
- /
- A8. Ringkasan Fiqih Islam...
- /
- Hukum Memecah Belah Kaum...