Sa’îd bin Zaid Al-‘Adawi Radhiyallahu Anhu
SAID BIN ZAID AL-‘ADAWI RADHIYALLAHU ANHU
Termasuk aqidah Ahli Sunnah wal Jamaah, mempersaksiksan sebagai penghuni Surga bagi orang-orang yang sudah diberitahukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka akan memasuki surga dengan menyebut nama mereka masing-masing. Ada sekian sosok mulia yang Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebut nama mereka dengan terang-terangan bahwa mereka termasuk penghuni Surga, walaupun mereka masih hidup di muka bumi.
Di antara orang-orang mulia itu, ada deretan sepuluh orang yang Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebut secara berturut-turut sebagai penghuni surga yang kemudian lebih dikenal dengan julukan al-‘asyrah al-mubasyyarûn bil jannah (sepuluh orang yang mendapat kabar gembira akan memasuki Surga). Mereka itu adalah Abu Bakar ash-Shiddîq Radhiyallahu anhu , ‘Umar bin Khaththâb Radhiyallahu anhu, ‘Utsmân bin ‘Affân, ‘Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu , Thalhah bin ‘Ubaidillâh, Az- Zubair bin Al-‘Awwâm Radhiyallahu anhu , ‘Abdur Rahmân bin ‘Auf Radhiyallahu anhu , Sa’ad bin Abi Waqqâsh Radhiyallahu anhu , Sa’îd bin Zaid Radhiyallahu anhu , Abu ‘Ubaidah Ibnul Jarrâh Radhiyallahu anhu . [1]
Allâh Azza wa Jalla telah memberikan berita kepada Rasul-Nya tentang perkara gaib ini. Dan ini termasuk kandungan firman-Nya berikut:
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا ﴿٢٦﴾ إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya”.[Al-Jin/72:26-27]
Sa’îd bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu Anhu
Sa’îd bin Zaid al-‘Adawi terlahir di Makkah. Nama lengkapnya,Sa’îd bin Zaid bin ‘Amr bin Nufail bin Abdil ‘Uzza bin Riyâh bin Qurth bin Razâh bin ‘Adi bin Ka’b bin Lu`ai bin Ghâlib al-Qurasyi al-‘Adawi Radhiyallahu anhu. Salah seorang Sahabat Nabi yang masyhur lagi terpandang. BerkunyahAbul A’war. Beliau berasal dari satu suku dengan ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu , tepatnya, merupakan putra pamannya. Garis nasab mereka berdua menyatu pada Nufail. Istri Sa’îd bin Zaid Radhiyallahu anhu, Fâthimah binti Khaththâb Radhiyallahu anha merupakan saudara perempuan ‘Umar bin Khaththâb Radhiyallahu anhu .
Sementara sang ayah, Zaid bin ‘Amr bin Nufail termasuk orang-orang yang lari kepada Allâh Azza wa Jalla dan menghindari penyembahan terhadap berhala-berhala. Ia masih berada di atas millah Ibrahim. Sempat menjumpai masa hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul, dan tidak lama kemudian ia meninggal.
Termasuk As-Sâbiqûnal Awwalûn
Sa’îd bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu anhu menyatakan keislamannya sejak dini bersama sang istri, sejak awal perkembangan dakwah Islam. Bahkan keislamannya menjadi sebab Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu memeluk Islam. Beliau memeluk Islam sebelum Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki rumah al-Arqam bin Abil Arqam Radhiyallahu anhu, sehingga terhitung sebagai salah satu dari As-Sâbiqûnal Awwalûn.
Jihad Sa’îd bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu Anhu
Jihad Sa’îd bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu anhu dimulai pada Perang Uhud. Ia tidak ikut serta dalam Perang Badar lantaran diutus oleh Rasulullah n ke negeri Syam bersama Thalhah bin ‘Ubaidillâh Radhiyallahu anhu untuk mencari-cari berita tentang kafilah dagang Quraisy. Setelah Perang Uhud, seluruh peperangan bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia ikuti. Bahkan Sahabat Nabi yang terkenal dengan keberaniannya ini ikut ambil bagian dalam Perang Yarmuk yang dipimpin oleh Panglima Khâlid bin WalîdRadhiyallahu anhu dan pengepungan Damaskus.
Sa’îd bin Zaid bin al-‘Adawi Radhiyallahu Anhu, Orang Yang Terkabul Doanya
Doa orang yang terzhalimi termasuk doa yang mustajab. Bagaimana bila orang yang terzhalimi dan memanjatkan doa itu adalah seorang Sa’îd bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu anhu .
Ada sebuah kisah terkait julukan Sa’îd bin Zaid sebagai orang yang mujâbud da’wah (doanya dikabulkan).
Kisah itu disampaikan oleh ‘Urwah bin az-Zubair rahimahullah bahwa Sa’îd bin Zaid Radhiyallahu anhu diperkarakan oleh Arwa binti Aus di hadapan penguasa waktu itu, Marwân bin Al-Hakam. Wanita itu mengklaim bahwa Sa’îd bin Zaid Radhiyallahu anhu menyerobot sebagian dari tanah miliknya. Maka, Sa’îd berkata, “Apakah aku (akan nekat) mengambil sebagian dari tanahnya setelah aku mendengar sabda Rasûlullâh?”. Kemudian Sa’îd bin Zaid Radhiyallahu anhu mengatakan, “Aku pernah mendengar Rasûlullâh bersabda:
مَنْ أَخَذَ شِبْرًا مِنَ اْلأَرْضِظُلْمًا فَإِنَّهُ طُوِّقَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ سَبْعِ أَرَضِيْنَ
“Barang siapa menyerobot sejengkal tanah secara zhalim, maka tanah itu akan dikalungkan pada Hari Kiamat dari tujuh bumi”. [HR. Al-Bukhâri no. 3198 dan Muslim no.1610]
Maka Marwân rahimahullah berkata kepadanya, “Aku aku tidak akan pernah memintamu saksi setelah (mendengar) ini.
Setelah itu, Sa’îd bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu anhu mengatakan, “Ya Allâh, bila Arwa ini memang benar telah berbuat sewenang-wenang kepadaku, maka butakanlah matanya dan jadikanlah kuburnya di sumurnya”. Lalu Allâh Azza wa Jalla mengabulkan doanya. Wanita itu akhirnya buta, dan suatu hari, ia keluar untuk memenuhi keperluannya, lalu terjerumus ke dalam sumur miliknya dan meninggal di dalamnya.
Hadits Sa’id bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu Anhu
Dalam kitab-kitab hadits, tidak banyak hadits yang beliau riwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , hanya sejumlah 48 hadits. Ada dua hadits yang berasal dari Sa’îd bin Zaid Radhiyallahu anhu di dalam Shahihain.
Di antara jumlah yang sedikit itu adalah hadits tentang orang-orang yang mati syahid.
عَنْ سَعِيْدِ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : مَنْ قُتِلِ دُوْنَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ, وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ, وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ دِيْنِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ , وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ ” .
Dari Abul A’war Sa’id bin Zaid Radhiyallahu anhu, sesungguhnya ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang bersabda, “Orang yang terbunuh karena membela hartanya, maka ia matis yahid. Dan orang yang terbunuh karena membela darahnya, maka ia mati syahid. Dan orang yang terbunuh karena membela agamanya, maka ia mati syahid. Dan orang yang terbunuh, karena membela keluarganya, maka ia mati syahid”.[HR. Abu Dawud no.4772, at-Tirmidzi no.1421].
Sa’id bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu Anhu
Said bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu anhu meninggal di ‘Aqîq Madinah pada tahun 51 H dalam usia 73 atau 74 tahun.
Sebuah Pelajaran Penting
Kehidupan seorang Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti akan mendatangkan pelajaran-pelajaran berharga bagi umat Islam, sebagaimana akan dapat digali sekian banyak pelajaran dari kehidupan penghuni Surga ini, Sa’îd bin Zaid Radhiyallahu anhu . Salah satunya, yang keluar dari lisannya saat berkata kepada Marwan, “Apakah aku (akan nekat) mengambil sebagian dari tanahnya setelah aku mendengar sabda Rasûlullâh?”, pengagungannya terhadap petunjuk Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan komitmen besarnya untuk menghindari ancaman-ancaman siksa yang disampaikan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maraji.
- Siyaru A’lâmin Nubalâ, adz-Dzahabi 11/124-143
- Usdul Ghâbah fî Ma’rifati ash-Shahâbah, Ibnul Atsir hlm. 484-486.
Semoga bermanfaat.
Disusun oleh
Ustadz Abu Minhal, Lc
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] Silahkan lihat Aqîdah as- Salaf Wa Ash-Hâbil Hadîts hlm.287.
- Home
- /
- B2. Topik Bahasan7 Syakhshiyah
- /
- Sa’îd bin Zaid Al-‘Adawi...