Aqduz Zimmah

AQDUZ ZIMMAH

  1. Aqduz Zimmah adalah mengakui keberadaan orang-orang kafir atas kekafiran mereka dengan syarat pembayaran jizyah (upeti) dan kewajiban mereka untuk mentaati peraturan Islam, dimana perjanjian ini dilakukan oleh seorang pemimpin (negara Islam) atau wakilnya.
  2. Jumlah Jizyah : Ditentukan oleh pemimpin Negara Islam atau wakilnya, tergantung pada keadaan apakah dia hidup dalam kemudahan (kaya) atau kesusahan. Tidak diwajibkan membayar jizyah atas anak kecil, wanita, hamba sahaya, orang yang fakir, orang yang gila, buta dan rahib.
  3. Apabila orang kafir zimmi (orang kafir yang telah terikat perjanjian) membayar jizyah (yang diwajibkan kepada mereka) maka hendaklah kita menerimanya, maka diharamkan bagi kaum muslimin memerangi mereka, dan jika salah seorang dari mereka masuk Islam maka kewajiban jizyah gugur baginya, dan hendaklah kaum muslimin menampakkan  kekuataan dihadapan mereka pada saat menerima jizyah sementara mereka dalam keadaan hina. Boleh menjenguk, menghibur dan berbuat baik kepada mereka untuk menarik hati mereka dan mengharapkan mereka agar masuk Islam.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قال الله تعالى: قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ  [التوبة/29].

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk”.[At-Taubah/9: 29]

Baca Juga  Membangun Khilafah dan Imaroh

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

žقال الله تعالى: لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ  [الممتحنة/ 8]

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. [Al-Mumtahanah/47: 8]

Keutamaan orang yang masuk Islam dari Ahli kitab

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  رضي الله عنه قاَلَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم-: ((ثَلاَثَةٌ لَهُمْ أَجْرَانِ رَجُلٌ ِمنْ أَهْلِ اْلِكتَابِ آمَنَ بِنَبِيِّهِ وَآمَنَ بِمُحَمَّدٍ – صلى الله عليه وسلم- وَالْعَبْدُ الْمَمْلُْوْكِ إِذَا أَدَّى حَقَّ اللهِ تَعَالىَ وَحَقَّ مَوَالِيْهِ وَرَجُلٌ كَانَتْ عِنْدَهُ أَمَةٌ فَأَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبَهَا وَعَلَّمَهَا فَأَحْسَنَ تَعْلِيِْمَهَا ثُمَّ أَعْتَقَهَا فَتَزَوَّجَهَا فَلَهُ أَجْرَانِ)) متفق عليه.

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tiga orang akan mendapatkan dua pahala: Lelaki dari ahli kitab yang beriman kepada nabinya lalu beriman kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan hamba sahaya yang menunaikan hak-hak Allah Ta’ala dan hak majikannya, dan seorang lelaki yang memiliki seorang budak wanita dan mendidiknya dengan baik serta mengajarnya dengan baik kemudian dimerdekakannya lalu dinikahinya maka dia mendapatkan dua pahala”. Muttafaq alaihi[1]

Wajib bagi seorang pemimpin untuk memperlakukan ahli dzimmah dengan hukum Islam pada masalah hukum yang berhubungan dengan jiwa, harta, mengajukan tuntutan, penegakkan hukuman bagi tindak pidana yang mereka yakini keharamannya seperti pidana zina, bukan pada pidana yang mereka yakini kehalalannya seperti minum khamar, memakan daging babi, maka mereka tidak dihukum atas perbuatan mereka tersebut namun mereka dilarang mengerjakannya secara terbuka.

Baca Juga  Hukum Memecah Belah Kaum Muslimin yang Telah Bersepakat

Diwajibkan bagi ahluz zimmah untuk tampil beda dengan kaum muslimin baik selama hidup atau setelah kematian mereka, agar masyarakat muslim tidak tertipu dengan mereka, maka mereka memakai pakaian dan berkendaraan dalam posisi yang lebih rendah agar terwujud perbedaan, dan dibolehkan bagi mereka memasuki mesjid pada saat ada harapan bagi keislaman mereka kecuali Masjidil Haram yang tidak boleh dimasuki oleh orang yang masih musyrik.

Tidak boleh mengedepankan ahluz zimmah dalam sebuah majlis, dan tidak boleh pula berdiri untuk menyambut mereka serta memulai mereka dengan salam, namun jika mereka memulai mengucapkan salam maka hendaklah kita membalasnya dengan mengucapkan: (wa alikum), juga tidak boleh memberikan ucapan selamat (sebagai penghormatan bagi) hari besar mereka. Mereka juga dilarang membangun biara, gereja, dan membangun sarana ibadah lainnya, serta meneguk khamar, memakan babi dan membunyikan lonceng dan membaca kitab suci mereka secara terbuka serta meninggikan meninggikan bangunannya melebihi bangunan seorang muslim dan lain-lain.

Perjanjian Memberikan Keamanan Kepada Orang Kafir

[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي   (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Jihad, Hukum dan Keutamaannya كتاب الجهاد). Penulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri.  Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
_______
Footnote
[1] HR. Bukhari: 97, Muslim: 154